( last bos )
Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV
Aku tidak dapat menghitung sudah hari ke berapa perang ini berlangsung. Tapi jika kami belum memenggal kepala Nero De Lacia maka perang ini akan berlangsung selamanya.
"Kau khawatir pada sesuatu?" Tanya Xander di sampingku. Saat ini kami sedang berkuda menuju langsung ke Kastil Raja. Tempat itu kemungkinan besar Nero berada di sana.
"Tidak! Aku merasa aneh pada tubuhku belakangan ini." Balasku.
"Seperti apa itu?" Tanya Xander terdengar khawatir walau samar.
"Bukanlah hal yang membahayakan. Aku hanya merasa tubuhku semakin kuat padahal aku tidak sering latihan belakangan ini." Balasku memberikannya senyuman kecil agar dia berhenti mengkawatirkan orang lain.
Sebenarnya, tubuhku terasa panas belakangan ini. Panasnya pun bukan panas demam seperti layaknya penyakit. Panas menyengat yang hanya dapat aku rasakan sendiri. Rasanya seakan membakarku saat aku mencoba untuk tidur.
Lalu badanku akan lemas setelahnya. Tak jarang aku pingsan di kamarku sendiri karena panas itu. Aku sudah memeriksa tubuhku, namun tidak ada sihir aneh ataupun racun. Panas ini, entah dari entitas seperti apa tapi rasanya begitu mengerikkan.
"HATI-HATI!" Teriakan dari Orion membuat kami melihat bola api dengan jumlah yang banyak menyerbu menyerang kami.
Aku memindahkan kudaku ke dimensi lain, berfokus pada pertarungan di depanku. Para penjaga kerajaan yang mulai menyadari keberadaan kami.
Pangeran Archo membuka gerbang dimensi di depan Kami. "Cepat masuk!" Titahnya.
Kami melompat kedalam dimana gerbang dimensi itu membawa kami masuk ke dalam kerajaan. Pangeran Archo menuntun kami menuju ruangan yang diperkirakan menjadi sarang Nero.
Aku, Xander, Orion, Arion,Cassia, Kalla, dan Aris mengikuti langkah Pangeran Archo. Hanya kami yang berani mengambil tugas ini. Selain mempersingkat perang, kami juga dapat mengendalikan pasukan musuh. Itu adalah strategi yang Aris berikan.
Kalla terus memberikan sihir penyembuhan kepada kami. Mana gadis itu seakan tidak akan pernah habis.
Pangeran Archo membuka dua pintu besar di ujung lorong dan seperti yang diharapkan. Di dalam sana, Cessio dan Nero sedang menunggu kedatangan kami dengan seringai di kedua mata mereka.
"Tidak disangka~sudah berapa lama kita tidak bertemu Cassia?" Tanya Cessio, seolah ingin membongkar rahasia Cassia.
Aura dingin yang dipancarkan Cassia memenuhi ruangan ini. Aku tahu, dia sedang marah besar.
Arion mengeluarkan lira yang sering dia gunakan. Bersiap untuk melawan lawan di depannya. Pangeran Archo tidak tinggal diam dan pada akhirnya kami menyerang dua orang di depan jami dengan brutal. Tidak denganku dan Cassia.
"Kenapa tidak menyerang?" Tanyaku penasaran.
"Kau sendiri?" Balas gadis itu bertanya dengan dingin.
"Aku merasa aneh, seperti ada yang menggelitik dari belakang suasana ini." Jawabku.
"Sepertinya mereka juga memulai ritualnya." Gumam Cassia.
"Ritual? Ritual apa?"
"Pemanggilan Dewa Kuno."
"ALTAIR!" Teriakan dari Kalla berhasil menyadarkan kami berdua. Dengan sigap aku membawa Cassia berpindah tempat, kami berguling ke samping setelah serangan mengerikam Cessio mulai merobohkan ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny a Ordinary People ( END )
Fantasy[Two Souls]Everything Is Not a Coincidence. Untuk 15 tahun ke atas. Mohon kerjasamanya!!! Terbangun menjadi bayi laki-laki setelah kematian? Aneh tidak? Aneh lahhh! Aku kan wanita lajang yang belum menikah ... Ketika ia membuka matanya kembali, dia...