( sebuah mimpi panjang )
Altair Marrowes ( Alinovera darries ) POV
Hari ini test pertahanan diri akan dimulai pada jam pelajaran berikutnya. Sedangkan aku belum memilih senjata apa yang akan aku gunakan. Ayumi tentu sudah siap dengan tongkat sihinya, beberapa teman sekelasku juga sudah siap dengan senjata mereka masing-masing. Ada yang memakai tombak, pedang, bahkan sabit dengan gagang yang panjang.
Jam pelajaran pun berakhir menandakan kelas kami harus segera menuju arena pertarungan untuk menjalankan tes. Letaknya ada di bagian barat bangunan utama. Aku berjalan ke sana sendirian karena Ayumi sudah meninggalkanku. Wajar saja ketua kelas pasti memiliki banyak urusan.
Aku berpapasan dengan Kalla di perjalanan. Gadis itu masih mendiamkanku karena kejadian tempo hari, masalah aku tidak mengajaknya ke pusat kota.
"Hai!" Sapaku. Kalla berlalu mendahuluiku tanpa membalas sapaanku.
Aku mengcekal lengannya membuatnya berbalik menantapku. Pipinya yang seputih salju diterpa cahaya matahari. Bersemu dengan warna merah karena malu. Hari ini tampaknya Ia mengurai rambutnya. Warna biru di rambut Kalla memang tiada duanya. Sangat cantik dan tidak membosankan. Andai aku juga memiliki warna rambut yang sama.
Sangat susah mendapatkan level dimana warna rambut Kalla akan masuk ke rambutku. Jika di dunia asliku akan butuh waktu yang lama untuk mencampur serta mengoleskan berbagai warna untuk mendapatkan warna yang sama.
"Kau masih mau mendiamkanku?" Tanyaku kebingungan.
Gadis itu masih diam tidak berniat menjawab pertanyaanku yang sudah jelas jawabannya. Aku melepaskan tanganku di lengannya. Kalla merapikan seragamnya yang kusut karena ulahku, dia masih menungguku untuk bicara lebih banyak.
"Maaf karena tidak mengajakmu. Aku terlalu egois karena tidak mendengarkan pendapatmu terlebih dahulu." Pasrahku. Wanita memang mahluk paling susah dilawan.
Kalla menghela napasnya, dia juga sudah lelah jika terus mendiamkanku, wajahnya sudah mulai melembut sekarang. "Kau bisa memanggilku jika membutuhkan bantuan. Kau yang sudah menyelamatkan nyawaku, Altair! Sekarang biarlah aku untuk selalu ada saat kau membutuhkanku. Jangan orang lain." Jelas Kalla.
"Tentu! Kau adalah teman terbaikku kalla. lagipula orang pertama yang kukenal di sini adalah kau. Jadi kau tak perlu khawatir aku akan melupakanmu. Karena hal seperti itu takkan terjadi."
Air muka Kalla berubah lagi tapi ia memaksakan senyuman terbit di wajahnya. Aku meringis merasakan rasa sakit yang sama. Aku pernah berada di posisi Kalla. Dimana orang yang sangat kami cintai hanya menganggap kami teman terbaiknya. Maaf Kalla, ini juga demi kebaikan Altair. Aku tidak berhak menentukan Altair akan mencintai siapa karena aku yakin, aku akan kembali ke duniaku entah dalam waktu dekat atau masih dalam perjalanan panjang yang akan aku tempuh. Saat itu tiba, semua keputusan akan berada di tangan Altair yang asli.
"Baiklah! Semoga testmu berjalan dengan lancar! Tunjukkan bahwa kau memang layak di sini!" Ucap Kalla memberiku semangat. Aku tersenyum membalas kata-kata penyemangat darinya.
Aku sedikit mengacak rambutnya lalu pergi meninggalkan Kalla menuju arena pertarungan. Di pintu arena, Ayumi sudah menungguku dengan tumpukan kertas di kedua tanganya. Ia mengajakku masuk dan memperlihatkan bagaiman megahnya arena pertarungan di Academy Six.
Tempat duduk penonton dibuat berundak-undak seperti tangga yang melingkar bulat atau oval. Di ujung utara dan selatan terdapat podium tempat para penguji atau dewan guru menonton pertandingan. Kata Ayumi jika ada pertarungan resmi Kaisar dan Keluarga Kerajaan akan duduk di podium itu. Lantai arena ditutup dengan pasir agar darah yang keluar karena pertarungan tidak mengalir kemana-mana. Sedangkan tempat duduk penonton terbuat dari batu marmer berundak bewarna putih yang dipadu dengan corak coklat. Pilar-pilar yang berdiri tegak dihiasi ukiran khas Academy. Sangat mewah, itu yang aku rasakan ketika pertama kali memasuki arena.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny a Ordinary People ( END )
Fantasy[Two Souls]Everything Is Not a Coincidence. Untuk 15 tahun ke atas. Mohon kerjasamanya!!! Terbangun menjadi bayi laki-laki setelah kematian? Aneh tidak? Aneh lahhh! Aku kan wanita lajang yang belum menikah ... Ketika ia membuka matanya kembali, dia...