Pengorbanan Jiwa

31 7 0
                                    


( kekejian yang lalu )

Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV

Sepulang sekolah aku mendatangi ruangan Madam Cia. Rasa penasaranku masih mengganggu.Pintu ruangan besarnya terbuka setengah. Di baliknya Madam Cia membaca buku tebal di meja kebesarannya.

"Selamat siang!" Sapaku.

"Masuk saja dan segera tanyakan rasa keingintahuanmu!" Balas Madam Cia tanpa memandangku.

Aku memasuki ruangan yang dipenuhi buku itu tanpa ragu. Terakhir kali aku ke sini adalah saat pendaftaranku. Bola sihir Madam Cia terletak begitu jauh darinya, entah karena apa.

"Mengenai Suku Bayangan." Aku sengaja membiarkan kalimatku menggantung.

"Ah, Suku terkutuk itu? Kau penasaran dengan mereka?" Tanyanya.

Aku mengangguk mengiyakan. Madam Cia menutup buku tebalnya. Akhirnya ia menatapku semenjak aku menginjakkan kakiku di ruangannya.

Madam Cia mengambil bola sihir yang awalnya ia letakkan di dekat jendela. Sinar kebiruan merambat dari bola bersinar itu. Sinarnya memenuhi ruangan, membuat ruangan besar penuh buku tertelan karenanya.

Segalanya menghilang digantikan ruangan hitam. Madam Cia tampak bersinar terang, rambut keritingnya menjuntai ke bawah. Topi sihir khas penyihirnya dipenuhi bunga tulip kuning dan aster. Di sini, Madam Cia tampak rupawan dan beraura positif, kontras dengan pertama kali aku melihatnya.

"Kau tahu tentang Ketujuh Dewa kan?" Tanya Madam Cia.

Ketujuh Dewa adalah Dewa-Dewi yang melindungi bumi. Mereka adalah saudara yang saling membantu. Adik bungsu mereka ditunjuk sebagai pemimpin bumi, Ia dibantu Kakaknya menjalankan berbagai kehidupan di bumi.

Konon katanya dibuku yang pertama kali kubaca ketika kecil, Dewa Ketujuh yang hilang akan berreinkarnasi melalui keturunan keluarga kerajaan. Entah itu dari Kerajaan Drauka atau lainnya. Reinkarnasi itu disebut Anak Dewa.

Lima tahun berturut-turut lulusan terbaik Academi Six diangkat menjadi Anak Dewa. Mereka yang dapat membuat alat kerajaan meledak dianggap Anak Dewa. Bukan tanpa alasan, Kerajaan Drauka dikenal karena sistem pendidikannya serta segala pengetahuannya. Alat yang rancang Kerajaan jelas mustahil untuk diledakkan.

Mereka yang berhasil meledakkannya akan diangkat menjadi Anak Dewa bahkan sampai Putra-Putri mahkota.

Dalam kurun waktu lima tahun itu, lulusan dari Academy menghilang secara misterius. Mereka dianggap gugur dengan menyebarkan isu peperangan atau sebagai bagian dari penelitan. Tapi itu semua adalah kebohongan. Aku tak sengaja mendengar percakapan para prajurit elit kerajaan yang mabuk. Mereka bahkan memaki pemerintah karena hilangnya Anak Dewa itu secara berturut-turut.

Kembali ke pembahasan Ketuju Dewa. Masing-masing Dewa memiliki pelindung dari suku atau keluarga manusia yang kuat. Salah satu pelindung legendaris para Dewa itu adalah Suku Bayangan. Itu karena mereka pelindung pempimpin dari bumi.

"Aku anggap kau tahu itu jadi aku tak perlu menjelaskannya lebih dalam." Ucap Madam Cia.

Aliran air dari kegelapan yang kami pijak membentuk sebuah pohon besar yang kulihat dari dalam mimpi. Salah satu ingatanku juga melihatnya sebagai pohon yang menyerangku ketika aku tersesat di hutan bersama kakak peri yang cantik saat aku masih kecil.

"Ini namanya pohon kehidupan, pohon kehidupan diciptakan Dewa Ketujuh untuk mata pedangnya." Jelas Madam Cia .

"Aku gagal menjadi mata pedangmu!"

Ya, gadis yang berjalan terseok-seok dalam mimpiku mengatakan itu. Aku menjadi yakin kalau identitas gadis itu adalah Suku Banyangan yang melindungi Dewa Ketujuh.

The Destiny a Ordinary People ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang