Menaiki sebuah taxi yang berhenti tidak jauh dari parkiran apartemen itu, Taehyung mengarahkan sang supir untuk mengantarnya pulang.
Sepanjang jalan, tidak ada yang Taehyung lakukan. Terus termenung memikirkan keadaan kawan-kawannya yang lain bagaimana kini kabar Seokjin, Jimin, juga Hoseok yang entah berada dimana.
Memikirkan kemungkinan terburuk, akankah Jungkook membunuh ketiga kawannya itu? Taehyung sungguh tidak tenang. Sebelum akhirnya supir tadi berhenti, menyampaikan jika mereka telah tiba di tempat yang Taehyung tuju.
Bangunan ini, bangunan yang begitu Taehyung kenal. Memberikan selembar uang tadi pada pengemudi taxi, Taehyung turun seraya berjalan mendekat untuk membuka pintu tempat tinggalnya dulu.
Ke empat sidik jari telah terekam begitu apik, Taehyung tidak perlu khawatir saat salah satu dari mereka kehilangan kunci fisik pintu itu. Siapapun bisa membukanya, selama sidik jari mereka terpasang di sana.
Berjalan perlahan, pintu itu kembali menutup senada dengan langkah kaki Taehyung. Melihat sebuah sofa berlapiskan kulit yang indah, tergambar ketiga kawannya yang dulu selalu meminum teh dan kopi bersama.
Duduk sesaat, memejamkan matanya dengan meresapi setiap rasa nyeri yang kini tengah dia rasakan. Perutnya keram, rasa nyeri itu masih terasa hingga kini Taehyung terpejam.
"Kau baik baik saja?"
Suara itu, seperti suara yang Taehyung kenal. Lengan nya merasa tersentuh dengan ujung jari seseorang itu. Ini mimpi? Namun sentuhan nya begitu nyata untuk Taehyung resapi.
"Hyung?"
Grep!
Matanya terbuka perlahan, menangkap gambar Seokjin yang terlihat begitu kacau. Taehyung sontak berdiri, memeluk erat tubuh itu tidak perduli jika kini Seokjin tengah merintih kesakitan.
Dia terlalu takut, takut yang kini ada dalam pelukannya hanyalah sebuah ilusi. Taehyung tidak melepaskan pelukan itu, sampai akhirnya dia menyadari dua orang lagi tengah berdiri di balik tubuh Seokjin.
"Aku pikir kau mati."
Ucap laki-laki yang begitu akrab dengan nya. Itu Jimin? Hoseok juga yang lain lebih dulu berada di tempat ini? Taehyung merasa tenang, nafas panjangnya mengudara bebas begitu saja tanpa banyak pertimbangan.
Lututnya lemas, jatuh begitu saja di lantai dengan dekapan Seokjin yang masih menggenggam tubuhnya erat-erat. Menyadari sesuatu terjadi pada kawan nya, Jimin dan Hoseok datang mendekat. Memastikan Taehyung baik baik saja.
"Taehyung?"
"Syukurlah kalian selamat." Cicit Taehyung lirih.
"Apa yang terjadi padamu—"
"Taehyung?" Racau Seokjin, yang terlihat begitu khawatir.
Pertanyaan itu tidak lagi terjawab, Taehyung menutup matanya rapat dengan bibir yang terlihat begitu pucat.
Amarah Hoseok kembali bangkit, meski banyak luka yang kini bersarang di tubuhnya karena ulah Yoongi, Hoseok merasa tidak takut! Dia bahkan tidak perduli jika harus mati di tangan salah satu anggota organisasi mafia itu.
"Sial! Apa yang sudah Jungkook lakukan padanya?" Racau Hoseok, seraya hendak berlalu pergi.
Srek!
Hendak keluar dari sana, Jimin menahan lengan itu. Tidak, apa yang akan Hoseok lakukan? Menyerahkan diri begitu saja agar mereka bisa dengan mudah membunuhnya? Sia-sia, bahkan bisa kembali ke sini dengan selamat saja itu sebuah keajaiban bagi mereka berempat.