3. Deja vu

131 16 0
                                    

Kita menemui orangtua kita yang berada dibawah (lantai satu).

"Kalian sudah bicara satu sama lain." Ujar bunda yang melihat kedatanganku bersama Off.

Dan Off hanya mengangguk sekilas, "Sudah."

"Lalu apa jawaban kalian?"

"Iya" / "belum pasti" kita berbicara barengan, dan tentunya yang menjawab iya itu adalah Off dan yang menjawab belum pasti adalah aku. Jujurly aku masih ragu.

"Auuhh, kenapa kau menjawab itu? Bukannya kita sudah sepakat akan menyetujui perjodohan ini?" Protes Off menatap kearahku.

Aku menghela nafas, "Oke, oke, aku terima perjodohan ini."

"Se-serius?"

"Untuk apa kita berbohong?"

"Terimakasih ya sayang karena telah mau menikah dengan anak mama." Ujar mama Off sambil tersenyum.

"Tidak masalah kok, tan. Lagian anaknya tuh yang maksa buat menikah dengannya." Ujarku dan semua orang terkekeh geli.

"Jangan panggil tante dong. Panggil mama aja ya?" Pintanya. Gimana ini? Aku tidak terbiasa.

"Ba-baik tan -- ma." Aaa hampir saja aku kelepasan. Aku tersenyum kaku.

"Ya sudah, kalau begitu pernikahan ini akan diselenggarakan minggu depan, oke?" Ujar ayahku, ah apa-apaan ini?

"Gak kecepatan?" Tanyaku.

"Nggak kok."

"Terus gimana tentang pekerjaan ku? Dan... keturunan?" Semua orang langsung menatapku, ah sial kenapa aku harus berbicara seperti itu?

"Kalau pekerjaan itu bisa dibicarakan baik-baik, kalau tentang keturunan... tenang saja kamu memiliki rahim kok." Ujar bunda yang berhasil membuatku dan Off cengo kecuali ayah dan orangtua Off.

Apa maksudnya?

"Apa maksud bunda? Aku lelaki bun." Ujarku cengo.

"Mau lelaki atau perempuan itu tidak dipermasalahkan. Yang pasti kamu memiliki rahim dan kamu bisa hamil."

WTF??

"Kok bisa?" Ujarku cengo.

"Memang tidak ada lelaki yang melahirkan, tapi ada lelaki yang bisa hamil alias memiliki rahim. Memang jarang ada lelaki yang begitu, tapi jika ada berarti lelaki itu adalah lelaki yang istimewah atau spesial. Dan juga lelaki jika mengandung tapi kehamilannya akan jauh lebih lemah dibanding kehamilan yang terjadi pada wanita. Jadi, jika kamu hamil tolong jangan kecapekan dan jangan melakukan hal-hal yang bisa membuat kandungan itu lemah." Sial, jelas banget ya penjelasannya.

"Kok bunda tau?"

"Gun, kamu lupa? Bunda ini mantan dokter loh. Bunda sudah menjadi dokter sejak umur bunda 24 tahun dan disitu bunda menjadi dokter yang terkenal. Dan bunda sudah menjadi dokter selama beberapa tahun. Namun ketika bunda bertemu dengan ayahmu kita menikah lalu bunda mengandung kamu dan sejak itulah bunda berhenti menjadi dokter. Dan yang bekerja cuma ayah kamu doang."

Aku hanya mengangguk mengerti dan mulutku berbentuk O kecil.

"Kalau begitu berarti Gun dan aku bisa memiliki keturunan dong?"

"Yah, begitu."

"Yes, aku mau memiliki banyak anak." Ujar Off, ini anak ngawur banget dah?

"Aku tidak setuju." Ucapku tegas.

"Lah kenapa? Kan ini menyangkut pekerjaan juga. Nanti anak kita yang bisa meneruskannya kan?"

"Ya pokoknya aku gak setuju, cuma memiliki satu sampai dua anak saja sepertinya akan membuatku kehilangan nyawa." Ujarku berhalusinasi bagaimana kedepannya.

Comeback || OFFGUN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang