Tentang DIA

372 57 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Damai  itu  bukan  tentang  tempat. Bukan  dingin  pegunungan  bukan  pula  riuh  keindahan  ombak.

Sejauh  apapun  melangkah  tak  akan  ditemukan  kedamaian  kalau  bukan  dari  hatimu  yang  kau  ajak  berdamai  dan  kembali  pada  pelukan  Tuhan  yang  maha  kasih.

***
 

Bahkan  sampai  kajian  di Istiqlal  selesai  dan  hari  beranjak  siang. Khalisa  tidak  menemukan  tanda-tanda  keberadaan  Dyaksa.

Pria  itu  biasa  akan  datang  ke  Katedral  saat  masih  pagi  hari  dan  masih  sempat  menyebrang  ke  Istiqlal  menyapanya. Apa  hari  ini  pria  itu  tidak  jadi  datang?

Bahkan  Sasa  sudah  sedari  tadi  mengajaknya  pulang. Tapi  Khalisa  menolak  dan  menyuruh  Sasa  pulang  terlebih  dahulu. Meski  menunggu  dalam  ketidakpastian. Khalisa  tetap  ingin  menunggu.

Pada  akhirnya  pria  itu  benar-benar  datang. Meski  dengan  aura  dingin  dan  wajah  datar. Sepertinya  pria  sedang  tidak  dalam  mood  yang  baik.

"Kamu  masih  menunggu  ternyata," Kata  Dyaksa  dengan  senyum  kecil  bahkan  hampir  tak  memiliki  senyum  diwajah  yang  biasa  terlihat  cerah  itu.

"Eh  kajiannya  baru  selesai  juga,  kak," gumam  Khalisa  canggung. "Kakak  baik-baik  saja?"

"No! I am  not. Dan  sebenarnya  tidak  ingin  menunjukkannya  pada  siapapun. Tapi  keinget  kamu  yang  akan  menunggu  jadi  saya  kemari  dan  kamu  mendapati  saya  seperti  ini," ungkap  pria  itu  jujur.

Jujur  bahwa  ia  sedang  tidak  baik-baik  saja  hari  ini. Bahkan  dari  mulutnya  tercium  aroma  nikotin   menandakan  bahwa  pria  itu sepertinya  melampiaskan  pada  zat  kimia  itu.

"Ayo  beli  coklat  dingin  Kak. Khalisa  ada  rekomendasi  tempat  deket  sini. Enak  tau,  yuk! " ajak  Khalisa  dengan  nada  ceria. Berusaha  memberi  energi  positif  yang  mungkin  saja  akan  menular  pada  Dyaksa.

Sedang  pria  itu  hanya  mengangguk  singkat. Dyaksa  yang  ini  benar-benar  terlihat  menakutkan  dengan  aura  dinginnya.

Seolah  ada  kepribadian  lain  yang  sedang  merasukinya. Tidak  seceria  Dyaksa  pada  biasanya. Dengan  candaan  dan  wajah   berseri  itu.

Jadilah  mereka  berjalan  beriiringan  menuju  cafe  dengan  keheningan. Karna  Dyaksa  benar-benar  bersikap  sangat  dingin. Bahkan  keinginan  Khalisa  untuk  bertanya  penyebab  dari  kemuraman  Dyaksa  hari  ini  diurungkan  sebab  terasa  sangat  canggung.

Setelah  minuman  coklat  pesanan  mereka  datang. Dan  Dyaksa  menyeruput  sedikit, akhirnya bisa  membuatnya sedikit  tenang. Benar  kata  Khalisa  bahwa  coklat  ini  sangat  enak.

"Kamu  kalau  lagi  di titik  lelah  dengan  keadaan  biasanya  ngapain?" Akhirnya  Dyaksa  memilih  membuka  obrolan  sebab  setelah  amarah  dalam  dirinya  reda  ia  membutuhkan  sebuah  nasihat  untuk  ketenangan  jiwanya  yang  selama  ini  sangat  susah  bagi Dyaksa menemukan  kedamaian  dalam  diri.

"Solat," jawab  Khalisa.

"Solat?"

"Iya  kak, Tuhan  Khalisa  memberikan  solusi  atas penat  kehidupan  dengan  solat. Tuhan  memang  tidak  pernah  berjanji  semua  kehidupan  itu  selalu  mulus. Tapi  Tuhan  berjanji  bahwa  setiap  masalah  pasti  akan  ada  solusinya," tutur  Khalisa  dengan  kalimat  terjeda  menunggu  respon  Dyaksa.

Sampai Bertemu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang