Bekal

291 48 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Benar kita hanya merawat luka karna tawaran bahagia yang mungkin saja hadir sesaat.


Dyaksa pagi-pagi sudah menenteng ranselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dyaksa pagi-pagi sudah menenteng ranselnya. Dengan hoodie abu yang menutupi kepala. Hari ini pun ia harus melakukan banyak kegiatan. Semakin menuju semester akhir kegiatannya malah semakin padat saja.

"Ada kuliah pagi, Mas?" Tanya Sinta mempersilahkan putranya duduk berhadapan dengan suaminya.

"He.em UTS, Mah. Kayaknya Dy gak pulang dulu banyak schedule yang harus di selesaikan. Dy di apart aja ya lebih deket," jawab Dyaksa.

"Oma mau ketemu. Bisa mampir ke rumah beliau sebentar?" Sankara menatap putranya yang tak berekspresi.

"Nanti jika sempat." Kehilangan mood jika sudah menyangkut Sekar, membuat Dyaksa beranjak.

"Usahakan ya!" Tekan Sankara.

Pria itu hendak berlalu namun di tahan Sinta dengan mata sendunya.

"Sarapan dulu ya," bujuk wanita rambut panjang bergelombang itu.

"Nanti aja Mah."

"Kamu bawa obat kamu kan?"

"Always. Dy pamit."

Pria itu benar-benar berlalu. Berusaha mengembalikan mood agar orang tidak menemui Dyaksa yang dingin. Karna orang sekitarnya akan sangat sungkan dan canggung jika dia sudah dalam mode dark moodnya.

****

Pagi hari adalah hal yang tersibuk bagi para penghuni rumah sebab saling menyiapkan diri untuk memenuhi tanggung jawab  masing-masing.

Si bungsu yang memasang sepatu dengan roti di mulutnya dan setelah itu menyalami ibunya singkat kemudian secepat kilat berlari menuju motornya.

"Adek, nebeng woy!" Teriak sang kakak yang tidak di gubris.

"Gue udah telat banget kak," balas sang adik berlalu mengendarai motor besarnya.

"Yah gimana dong Bu ini. Lagian Ayah tumben banget berangkat pagi bener..," keluh sang dara.

Haura hanya tersenyum singkat kembali ke dapur menyiapkan bekal untuk anak gadisnya.

"Ya kamu pake tidur segala habis subuh. Muroja'ahnya gak selesai pun itu. Di tinggal kan," sindir Haura membuat Khalisa mencebik.

"Hari ini ada UTS, Bu," rengek Khalisa.

"Naik ojol mau? Kunci mobil satuan kayaknya di simpan ayah. Gak tau ibu. Takutnya nanti dicari kamunya makin lama berangkat," tawar Haura.

Khalisa menghela nafas," ya mau gimana lagi."

"Yaudah, udah Ibu pesankan. Kayaknya sih udah mau nyampe. Ini bekalnya. Kalau urusan kampus selesai langsung pulang. Kamu masih tahap pemulihan ya!"nasihat Haura.

Sampai Bertemu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang