Sebuah Pelukan

352 51 6
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


Terkadang luka hanya butuh sandaran tanpa tuntutan penjelasan. Membiarkannya tenang dalam sebuah pelukan. Cukup.

Karna tak semua luka sanggup untuk dibicarakan. Sebab, semakin diungkit serasa menabur garam pada luka itu.

Resiko menjadi mahasiswa kedokteran yang di awal perkuliahan sudah dijejali berbagai materi yang harus di khatamkan, selanjutnya dengan segala macam praktek yang menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Resiko menjadi mahasiswa kedokteran yang di awal perkuliahan sudah dijejali berbagai materi yang harus di khatamkan, selanjutnya dengan segala macam praktek yang menunggu.

Meski sudah terbiasa tentang dunia medis. Tetap saja ini menjadi hal baru bagi Khalisa. Memusatkan diri untuk benar-benar mendalami dunia medis yang diimpikannya selama ini.

Bahkan ia nekat ikut organisasi kampus, menjadikan dia sedikit kewalahan dalam mengatur waktu meski begitu, ia sangat menikmati hari-hari menghabiskan dengan sesuatu yang ia senangi.

"Hai Kak Dy," sapa Khalisa.

Pada Dyaksa yang di sore mendung ini sedang berada dilorong bersama temannya.

"Lah Mbul? tumben keliatan. I miss you," seru Dyaksa tanpa filter. Teman pria itu berpamitan menyisakan mereka berdua.

"Astagfirullah belum salat asar. Nitip kak bentar doang. Maaf duh...bentar aja." Perempuan itu berseru menyerahkan beberapa buku kedokterannya yang tebal dan jas labnya, akan kerepotan jika berlari ke masjid kampus dengan membawa buku tebalnya. Apalagi ia sudah terlambat melaksanakan kewajiban karna baru selesai kuliah.

Dyaksa berdecak gemas melihat tingkah laku gadis yang kini dekat dengannya. Meski memang beberapa minggu ini ia jarang melihat gadis itu, tapi disetiap akhir pekan mereka selalu menyempatkan diri untuk jalan bersama.

Ketempat favorit yang selalu mereka kunjungi, tempat mereka bertemu pertama kali.

Dengan kedekatan itu. Dyaksa sudah semakin tidak bisa mengontrol diri. Jika ditanya, Khalisa banyak memberikan sesuatu yang selama ini dicarinya.

Seolah mereka memiliki kewajiban setiap minggu itu harus menghabiskan waktu bersama dan saling memberi sesuatu ke masing-masing diri.

Seperti ajaran salat yang diterangkan gadis itu membuat Dyaksa malah kini intens ingin mengetahuinya. Mempelajarinya atas dasar penasaran apalagi ini adalah seorang Dyaksa yang tidak bisa sedikit saja diberi rasa penasaran.

Pria itu menyelampirkan jas lab Khalisa dan berjalan menuju ruang BEM. Biar saja gadis itu lelah mencari keberadaannya untuk mengambil barang miliknya.

Bersamaan dengan itu, sore mendung berubah menjadi sore hujan dengan rintik yang deras menghujam bumi.

Ada beberapa anggota Dyaksa yang selalu ada diruang BEM. Meski tidak untuk melaksanakan program. Ruangan itu seolah menjadi markas perkumpulan.

"Yang lain pada kemana?" Tanya Dyaksa pada Jeano. Si ketua divisi keamanan itu.

Sampai Bertemu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang