Bertemu adalah sebuah takdir. Meski kisah setelah pertemuan tak sesuai harap. Itu bukan salah takdir karna mempertemukan. Semuanya memiliki alasan. Semuanya sudah diatur semesta untuk dilakoni.
Begitu juga dengan pertemuan Kh...
Hati telah menjadi hal yang paling susah ditebak dan dikendalikan.
Ingin pikiran dan hati kadang selalu bertolak belakang. Menjadikan dilema selalu menghampiri. Dan itu.... sedikit merepotkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dyaksa merapatkan topi menghalau sinar matahari sore yang terpantul disetiap sudut bumi, berdiri melihat perempuan yang asik mengumpulkan tangkai bunga yang hendak dibelinya dengan mulut tak berhenti berbicara.
"Kak Dy, beneran udah gak papa? Periksa ke dokter gih. Atau nanti pas pulang mampir ke rumah. Nanti diperiksa ayah," oceh Khalisa.
Dua insan itu kini sedang berada di toko bunga. Karna si gadis merengek ingin membeli bunga sebelum pulang. Mau tak mau Dyaksa dengan gemas menurutinya karna belum puas mengobrol dan menghabiskan waktu bersama.
"Emang saya kenapa? Soal tadi malam mah cuman lagi marah dikit doang," Kata Dyaksa membela diri.
"Mbak Vina! Khalisa ambil segini ya, 50 ribu kan. Nih ambil aja kembaliannya," ucap gadis itu menyerahkan lembaran uang bergambar pahlwan indonesia itu.
"Dih ini ngepas apanya yang ada kembalian. Dah sana pergi!" Usir pemilik toko yang sudah sangat akrab dengan Khalisa itu.
Perempuan itu menampilkan tawa singkat sebelum menarik jaket jeans Dyaksa meninggalkan toko bunga.
"Kakak kan ada asma siapa tau kambuh gitu." Khalisa melanjutkan percakapan yang sempat tertunda tadi.
Dyaksa mengekor dibelakang, tidak berusaha menyeimbangi langkah kecil Khalisa. Sengaja, lebih senang melihat gadis itu sekedar berhenti dan sedikit berbalik untuk menanggapi perkataannya.
Meski heran kenapa gadis itu bisa mengetahui kalau ia memiliki asma.
"Kok kamu tau saya punya asma. Apa anak kedokteran itu bisa langsung tau penyakit orang dalam sekejap ya?" heran Dyaksa.
"Ya enggaklah Kak. Ini bukan karna anak kedokteran doang tapi the power of orang dalem. Kata ayah Kak Dy pasiennya om Haris. Terus gak sengaja nanyak deh hee," ujar gadis itu cengengesan.
"Gak sengaja nanyak atau emang kamunya yang kepoan. Heh itu data pribadi pasien loh. Ada pidananya," gertak Dyaksa menakuti gadis itu.
"Eh eh Khalisa cuma nebak yang kebetulan benar doang kak. Om Haris gak pernah ngasih tau. Tapi kan beliau dokter pulmonolog jadi nebak aja," bela gadis itu tak mau disalahkan. "Pegangin bentar Kak," sambung Khalisa menyerahkan satu tangkai daisy yang sudah di bersihkan daunnya itu.