Cerita Daisy

309 47 11
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Hati  telah  menjadi  hal  yang  paling  susah  ditebak  dan  dikendalikan.

Ingin  pikiran  dan  hati  kadang  selalu  bertolak  belakang. Menjadikan  dilema  selalu  menghampiri. Dan  itu....  sedikit  merepotkan.

Dyaksa  merapatkan  topi  menghalau  sinar  matahari  sore  yang  terpantul  disetiap  sudut  bumi, berdiri  melihat  perempuan  yang  asik  mengumpulkan  tangkai  bunga  yang  hendak  dibelinya  dengan  mulut  tak  berhenti  berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dyaksa  merapatkan  topi  menghalau  sinar  matahari  sore  yang  terpantul  disetiap  sudut  bumi, berdiri  melihat  perempuan  yang  asik  mengumpulkan  tangkai  bunga  yang  hendak  dibelinya  dengan  mulut  tak  berhenti  berbicara.

"Kak Dy,  beneran  udah  gak  papa? Periksa  ke  dokter  gih. Atau  nanti  pas  pulang  mampir  ke rumah. Nanti  diperiksa  ayah," oceh  Khalisa.

Dua  insan  itu  kini  sedang  berada  di  toko  bunga. Karna  si  gadis  merengek  ingin  membeli  bunga  sebelum  pulang. Mau  tak  mau  Dyaksa  dengan  gemas  menurutinya  karna  belum  puas  mengobrol  dan  menghabiskan  waktu  bersama.

"Emang  saya  kenapa? Soal  tadi  malam  mah  cuman  lagi  marah  dikit  doang," Kata  Dyaksa  membela diri.

"Mbak  Vina!  Khalisa  ambil  segini  ya, 50  ribu  kan. Nih  ambil  aja  kembaliannya," ucap  gadis  itu  menyerahkan  lembaran  uang  bergambar  pahlwan indonesia  itu.

"Dih  ini  ngepas  apanya  yang  ada  kembalian. Dah  sana  pergi!" Usir  pemilik  toko  yang  sudah  sangat  akrab  dengan  Khalisa  itu.

Perempuan  itu  menampilkan  tawa  singkat  sebelum  menarik  jaket  jeans  Dyaksa  meninggalkan  toko  bunga.

"Kakak  kan  ada  asma  siapa  tau  kambuh  gitu." Khalisa  melanjutkan  percakapan  yang  sempat  tertunda  tadi.

Dyaksa  mengekor  dibelakang,  tidak  berusaha  menyeimbangi  langkah  kecil  Khalisa. Sengaja,  lebih  senang  melihat  gadis  itu  sekedar  berhenti  dan  sedikit  berbalik  untuk  menanggapi  perkataannya.

Meski  heran  kenapa  gadis  itu  bisa  mengetahui  kalau  ia  memiliki  asma.

"Kok  kamu  tau  saya  punya  asma. Apa  anak  kedokteran  itu  bisa  langsung  tau  penyakit  orang  dalam  sekejap  ya?" heran Dyaksa.

"Ya  enggaklah  Kak. Ini  bukan  karna  anak  kedokteran  doang  tapi  the  power  of  orang  dalem. Kata  ayah  Kak  Dy  pasiennya  om Haris. Terus  gak  sengaja  nanyak  deh  hee," ujar  gadis  itu  cengengesan.

"Gak  sengaja  nanyak atau  emang  kamunya  yang  kepoan. Heh  itu  data  pribadi  pasien  loh. Ada pidananya," gertak  Dyaksa  menakuti  gadis  itu.

"Eh eh  Khalisa  cuma  nebak  yang  kebetulan  benar  doang  kak. Om  Haris gak  pernah  ngasih  tau. Tapi  kan  beliau  dokter  pulmonolog  jadi  nebak  aja," bela  gadis  itu  tak  mau  disalahkan. "Pegangin  bentar  Kak," sambung  Khalisa  menyerahkan  satu  tangkai  daisy  yang  sudah  di bersihkan  daunnya  itu.

Sampai Bertemu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang