Setelah memperkenalkan Keenan pada kedua orang tuanya, Wiza membawa kekasihnya itu ke salah satu tempat favoritnya.
Sedangkan Keenan memilih diam karena merasa adanya perubahan pada Wiza.
Selama perjalanan Keenan hanya memandang sekitar, sesekali Wiza akan memainkan jari tangan Keenan yang berada di depan perutnya.
"Pantai?" tanya Keenan begitu melihat tempat tujuan mereka.
"Betul" balas Wiza sambil menuju ujung tempat parkiran.
"Yuk turun" ucap Wiza dan Keenan pun turun lalu membiarkan Wiza membuka kunci pada helmnya sambil melihat pemandangan yang ada di depannya.
"Pake" ucap Wiza sambil memberikan hoodie yang ia ambil dari bagasi motor.
"Kamu emang mau bawa aku kesini ya?" tanya Keenan sambil mengambil hoodie milik Wiza lalu memakainya. Dan Wiza hanya mengangguk sebagai jawaban.
Wiza menarik tangan Keenan, begitu pacarnya itu selesai memakai hoodienya, matahari sudah mulai tenggelam.
Mereka duduk beralaskan kemeja flanel milik Wiza, keduanya diam menatap matahari yang mulai tenggelam.
"Gimana? mereka gak gigit kan" ucap Wiza memecah suasana dan diakhiri kekehan kecilnya.
"Gak lucu Nara" balas Keenan sambil menyandarkan kepalanya pada bahu kiri Wiza.
"Abis kamu diem aja daritadi" ucap Wiza.
"Hm, what's wrong?" balas Keenan sambil menatap wajah Wiza dari samping.
"Ini tempat favorit aku sama Papah kalau abis jenguk bunda, kita bakalan ngomong banyak hal, tapi lebih banyak Papah cerita sekangen apa beliau sama bunda" ujar Wiza.
"Bunda sama aku kecelakaan waktu aku umur tujuh, mobil kita kebalik. Yang aku inget sebelum gak sadar itu, pelukan Bunda. Waktu aku bangun dari koma, Bunda udah pergi"
"Terus beberapa tahun setelahnya Papah pergi karena depresi, beliau bunuh diri di ruang kerjanya karena perusahaan yang dia pegang bangkrut, semua aset yang Papah punya di jual buat bayar utang sama gaji pegawai"
"Badannya udah dingin di sofa waktu aku temuin abis main dari rumah Julian yang notabenenya rumah dia ada di seberang rumahku, dan curangnya dia, masa permintaan terakhirnya minta aku buat jadi orang yang kuat gak kayak beliau. Suka bercanda emang Papah Aga itu tapi gak lucu" Keenan hanya mendengarkan sambil memeluk tubuh Wiza dari samping.
"Kamu pasti bingung kenapa aku bisa tinggal bareng keluarga Julian kan?" tanya Wiza pandangannya menatap lurus ke depan dan Keenan hanya mengangguk.
"Simple, keluarga Aditama nganggep kasus bunuh dirinya Papah itu aib dan berusaha nutupin itu dari media. Dan dari awal pernikahan Bunda sama Papah itu gak di setujui sama keluarga Aditama, beda kasta kalau kata mereka. Keluarga Bunda, gak terima anak tunggalnya pergi jadi nyalahin aku. Jadi, om Jo minta aku buat tinggal sama dia aja" Keenan semakin mengeratkan pelukannya begitu mendengar cerita Wiza.
"Al jangan kenceng - kenceng meluknya, susah napas nih akunya" ucap Wiza membuat Keenan melepaskan pelukannya dan menghapus jejak air matanya.
"Kok nangis? aku cerita bukan pengen buat kamu nangis" ucap Wiza sambil memegang kedua pipi Keenan.
"Kamu hebat" Wiza tersenyum mendengarnya, di elusnya pipi Keenan pelan.
"Emang, baru sadar?" balas Wiza dan Keenan hanya menggelengkan kepalanya sebelum memeluk Wiza dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pacarnya itu.
"Terus kamu di adopsi sama keluarganya Jamie?" tanya Keenan.
"Engga, aku gak mau walau sempet di tawarin"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Get Her
FanfictionYang satu terkenal akan sifat cuek dan dinginnya, satunya lagi berhasil membuat Nusantara gempar akan kehadirannya. homophobic, dni!