30 : Pergi.

6.9K 761 10
                                    

Ada yang mengatakan jika waktu akan berlalu lebih cepat saat kita merasa bahagia. Mungkin itu yang dirasakan oleh Wiza dan Keenan saat ini, dimana Keenan yang tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan jarak jauh dengan kekasihnya.

Saat ini mereka ada di mobil Jamie untuk mengantarkan Wiza yang akan melanjutkan studinya di London. Ia mendapatkan beasiswa disana dan tentu Keenan tak ingin Wiza melewatkan kesempatan tersebut.

"Sumpah ya, tau gitu bukan gue yang jadi supir" ucap Jamie karena melihat Keenan yang terus memeluk Wiza dan Wiza hanya mengusap lembut punggung kekasihnya dari kaca spion.

"Iri bilang" balas Wiza, traumanya akan naik mobil atau kendaraan umum sudah jauh lebih baik di bandingkan sebelumnya, karena ia kembali konsultasi dan dengan bantuan orang - orang terdekatnya.
Setidaknya kini ia tidak gemetaran dan berkeringat dingin atau bahkan tak sadarkan diri seperti sebelumnya.

"Kevan kan ada" balas Keenan yang bersandar pada Wiza.

"Susah, gue gak bisa nyetir satu tangan" ucap Jamie.

"Kamu fokus aja sih, nabrak nanti kalau ngomel terus" ucap Kevan.

Dan sisa perjalanan hanya terdengar lagu yang di putar dan kekesalan Jamie.

Sesampainya di bandara, Kevan dan Jamie membantu Wiza dengan kopernya. Gadis itu hanya membawa dua koper, satu koper besar dan satu lagi berukuran sedang juga tas yang biasa ia pakai waktu SMA.

Mereka pun mengantar Wiza sampai pintu gate keberangkatan, dan yang lain pun telah menunggu di sana.

"Thanks ya udah mau nganter sampe sini" ucap Wiza pada orang - orang di depannya dan Keenan pun tak bisa lagi menahan air matanya untuk keluar.

"Jauh banget anjing London, gue mana ada duit buat nyusul" ucap Prima yang langsung memeluk Wiza tanpa aba.

"Pinjol ada Prim" usul Bagas yang ikut memeluk Wiza.

"Jagain Keenan. Gue nitip dia sama kalian, jangan sampe lecet, kalau ada yang deketin bilang gue, kalau bisa jangan sampe ada yang deketin" bisik Wiza pada keduanya.

"Kita emang satu kampus, tapi kan beda fakultas anjing" bisik Bagas.

"Ya pokoknya jagain" balas Wiza sambil menepuk punggung kedua sobatnya.

"Setan" umpat keduanya sebelum melepas pelukan Keenan.

Wiza pun beralih memeluk Kevan, Mika, Giselle dan Lia pesannya sama, yaitu jagain Keenan.

"Ju, gue pergi ya pulangnya gak tau kapan" bisik Wiza pada Jamie.

"Nanti gue bilang bokap biar lo bisa balik pas studi lo udah beres" balas Jamie yang juga berbisik.

Dan satu hal yang tidak ketahui semua orang kecuali Jamie adalah Wiza akan membantu Om Johnathan dengan cabang perusahaannya yang baru saja ia buka di sana.

"Gak perlu, ini salah satu cara gue buat balas budi. Sama satu lagi, tolong jagain Keenan" ucap Wiza sebelum melepas pelukannya.

"Nanti kalau libur gue kesana" ucap Jamie dan Wiza hanya mengangguk.

Kini gadis itu beralih pada kekasihnya yang sudah banjir air mata.

"Aku pergi ya, kamu baik - baik disini. Oke?" ujar Wiza sambil menghapus jejak air mata dari kedua pipi Keenan.

"Ikut" ucap Keenan pelan dan Wiza menggeleng pelan.

"Aku tarik kata - kataku, kamu harus stay disini sama aku" ujar Keenan sambil menggenggam erat ujung baju yang Wiza pakai.

"Al jangan kayak gini please" balas Wiza menangkap pipi Keenan dan menatapnya lembut, kini mereka memiliki tinggi yang sama, mungkin itu karena Wiza yang suka sekali minum susu Milo.

"I can't Nara" lirih Keenan dan Wiza pun memeluk gadis yang lebih tua.

"You can, we can" bisik Wiza yang juga mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Don't see nobody else" ucap Keenan sebelum menenggelamkan wajahnya pada bahu favoritnya.

"Never" balas Wiza dengan tegas.

Hingga panggilan tentang keberangkatannya membuat Wiza sadar bahwa ia harus pergi.

"Jaga diri kamu baik - baik, telfon aku kapan aja kamu mau. Oke?" Dan Keenan hanya mengangguk mengerti.

"I love you more" mendengar itu membuat Keenan semakin enggan untuk melepas pelukannya.

"Ken udah" ucap Mika sambil menarik gadis itu karena Wiza harus pergi.

"Kak jagain ya, sama inget yang tadi" ucap Wiza dan Mika hanya mengangguk.

"Sekali lagi thanks udah mau nganter, bye, see you next time" ucap Wiza dengan senyum tipis khasnya sebelum menarik kedua kopernya pergi dari sana.

Dan saat itulah air matanya jatuh, berat rasanya meninggalkan orang - orang terdekatnya. Apalagi jika ada yang paling ia sayang diantaranya.

"Oke Za, pasti bisa, harus bisa" ucap Wiza pada dirinya sendiri, karena ini jalan yang ia pilih. Maka harus ia selesaikan sampai tuntas.

Sementara Keenan kembali menangis di pelukan Mika.

"Pasti pulang Ken, Wiza pasti pulang atau lo nanti liburan bisa kesana bareng Jamie" ucap Mika.

"Yuk balik, gak mungkin kan kita diem di bandara terus" ajak Lia sambil mengusap bahu Keenan lembut.

Keenan hanya diam sepanjang perjalanan pulang, Kevan dan Jamie tak berani untuk mengeluarkan suaranya.

Ia percaya dengan Wiza namun ia tidak percaya dengan pikirannya yang akan selalu memikirkan hal - hal buruk tentang kemungkinan - kemungkinan saat Wiza sangat jauh darinya.

To Get HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang