28. Rasa Gelisah ✓ Y/N POV

543 46 10
                                    

Setelah sekian lama akhirnya aku bisa tertidur dengan nyenyak, bahkan mata ku sulit untuk bangun pada pagi ini jika saja Kaizo tidak menggesak diriku untuk bangun dari tempat tidur empuk.

Mata ku masih sayu, sangat melelahkan setelah apa yang terjadi. Kaizo memegang tanganku dan menyeret entah kemana. Hal itu membuatku sedikit kesal dengannya.

"Kamu tidak tahu lelah ya?" Tanya diriku, tiba-tiba Kaizo melepas genggaman tangan kami. Aku merasa ada rasa bersalah di mimik wajah nya itu. "Kenapa dilepas?"

Kaizo meletakkan satu tangannya di pinggangku, kemudian menggendong ku. Aku sontak kaget dengan apa yang dia lakukan, aku meminta untuk turun tetapi dia hanya diam saja tak berkutik dan berjalan kembali kekamar. Syukur saja tidak ada yang melihat hal itu.

Sesampainya dikamar Kaizo langsung menurunkan ku dengan perlahan agar tidak sakit.

"Maaf." Lirih Kaizo.

Kini aku yang menyesal mengatakan hal itu.

"E.. eh?? Tidak apa-apa Kaizo..! Kamu pasti membangunkan saya karena ada keperluan kan?" Ucapku.

"Tidak apa, istirahatlah." Sahutnya, kemudian pergi menutup pintu kamar.

Seperti nya dia marah, tapi yasudahlah. Lebih baik aku istirahat lagi daripada bekerja dihari liburku. Aku mulai memandang langit-langit kamar sambil memikirkan hal yang random.

Hingga aku mengingat rasa gelisah yang telah kualami selama bertahun-tahun, yang pertama kasus Ayahku, Borara. Itu sudah hilang dan rasa gelisah pada hal itu sudah hilang, aku sudah bisa menerima kenyataan jika itu adalah Ayahku.

Namun, rasa gelisah kepada korban dari Ayahku masih saja terbenam dipikiran ku sampai-sampai terkadang aku tidak bisa tidur karena memikirkannya. Apalagi korban nya orang terdekat ku saat ini.

Hal yang menjadi penghalang di dalam hubungan selama ini, dahulu ketika masih kecil aku hanya menyepelekan halangan itu. Namun sekarang halangan itu menjadi hal besar hingga aku minder.

Pikiranku mulai lelah, mata ku mulai memburam dan gelap.

***

Di sore hari nya, ah- akhirnya rasa lelah ku hilang. Aku mulai membangunkan sekujur badanku dan keluar dari dalam goa (kamar).

Aku mulai membuka pintu kamar, diri ku sontak terkejut ketika Kaizo menjitakku di depan pintu. "Aw! Ada masalah apa dengan ku?!"

"A.. ah! Gomen, aku ingin mengetuk pintu tapi malah jidat mu yang terketuk. Sekali lagi maaf." Jawab Kaizo.

"Haha, kalau saja kamu overdosis obat tidur sampai-sampai tidak keluar kamar semenjak tiga hari yang lalu."

"APAA?! KUKIRA INI MASIH SORE DI HARI YANG SAMA!" Teriak ku kaget.

Aku langsung cengingisan berbicara tak jelas, Kaizo hanya menggaruk pipi nya yang tidak gatal dengan senyum terpaksa serta tertekan nya. Yang lewat di sana hanya bisa melihat perilaku ku yang aneh.

Setelah omelan yang cukup panjang itu, Kaizo membawa ku kesebuah tempat makan di luar Markas.

Lampu kelap-kelip di sepanjang tempat makan itu, banyak bunga warna merah bertebaran disana. Rasa nya seperti bulan madu? Ah tidak rasa nya seperti kencan. Kaizo menggunakan kemeja putih dilapasi dengan jas sedangkan aku seperti spek gembel.

"Kaizo, jika kamu mengajak kerestoran seperti ini bilang dulu! Aku menggunakan baju seperti ini."

"Kamu mau ganti baju? Aku ada membelikan mu baju untuk kesini, aku tahu kau malas ganti-ganti baju."

Seorang pelayan memberikan paperbag kepada ku, aku menuju ke toilet restoran itu karena tidak ada tempat ganti yang aman selain disana.

Apa ini kencan? Oh, bukannya sudah sering ya? Eh-.. ya aku merasa sudah sering berkencan bersama Kaizo, mungkin hanya dia yang tidak sadar atau aku yang terlalu pede.

Aku kembali dengan baju kasual yang telah diberikan, aku langsung kembali ke meja makan dimana Kaizo bertanya dan aku bertanya kepada nya "Apa ini kencan?"

"Ya, kencan pertamaku."

***

Diriku yang sedang terkunci bersama nya memikirkan hal yang terjadi beberapa hari yang lalu, wajah ku mendadak memerah. Aku mencoba menutupi rasa malu ku, diri ku sekarang seakan sedang ditatap oleh Kaizo.

"Aduh, dulu aku terlalu pede ya?" Batinku, aku tidak ingin menunjukan wajahku pada Kaizo ketika mengingat hal itu.

Aku membangunkan wajahku setelah menyandarkan nya ke meja dan menutupnya dengan tangan, wajah ku masih merah dan tidak mempunyai keberanian untuk menatap pria yang diruangan ini.

"Y/n, wajah mu merah..! Apa kau sudah sangat kepanasan? Atau.."

"Atau.. haha.."

"Ah..! Saya kepanasan, Kaizo. Disini udara hanya masuk sedikit. Lama-lama aku tidak tahan berada disini."

Bruk.

Pintu dihancurkan olehnya.

"Kau..!" Ujarku.

"Ketimbang kamu kepanasan, lebih baik kuhancurkan."

Aku berlari berjalan ke pintu depan, namun sayang nya terkunci. Aku mendecit, kesal dengan perilaku Kakak senior sialan itu. Suatu saat akan kupukul dia.

"Sudahlah, sekurang-kurangnya kamu bisa menyalakan Ac diruangan ini."

Aku pun mengangguk. "Apa kamu tidak bisa menghancurkan pintu depan ini?"

"Saya akan banyak membayar biaya kerusakannya nanti."

"Terlihat seperti sebuah kebohongan, Kaizo."

"Ah ya, sudah kubilang. Jika bukan kegiatan resmi jangan panggil saya-kamu atau saya-anda panggil aku-kamu saja, gue-lo juga boleh sih."

"Ah baiklah, aku bingung sampai kapan aku akan terkurung disini bersama mu." Sahut y/n.

"Dan ternyata ketika pintu nya dibuka sudah ada seorang bayi disini."

"Ngaco! Jangan ngadi-ngadi, aku juga tidak mau terkurung bertahun-tahun disini. Jika sudah lama maka akan kuhancurkan saja yang ada di depan ini."

Pria yang di sebelah ku tertawa dengan kerasnya. "Bercanda, aku ingin melakukan itu secara berurutan."

Diriku pun terdiam sejenak setelah lelucon garing dari Kaizo, aku mulai menghentakkan meja dengan tanganku dan bertanya pada Kaizo.

"APA TIPE WANITA MU?!"

"Loh? Tiba-tiba..?"

"Ya."

Kaizo meletakkan jari-jari nya di dagu sambil memikirkan pertanyaan yang diriku lontarkan tadi. "Jika kamu bertanya tipe wanita, mungkin seperti Lio.."

Plak.

Aku memukulnya. Karena aku tahu apa yang ingin ia katakan.

"Lalu kenapa kau membela ku, bukan gadis itu?" Tanya ku.

"Posesif sekali.. aku hanya bercanda, y/n. Padahal jodohku sendiri sudah didepan mata, untuk apa mencari yang lain"

____

Yah, bentar lagi tamat. Kira² happy end / sad end yaa ?? 🤔

Sebenarnya saya pengen namatin nya pas perang Gleona selesai ( tamat di chapter 24 ) , tapi kalau end nya sampai sana kayak nya gantung banget ya?

 ❛ 𝐒till 𝐁locked ✦ 𝐊ai𝐳o ' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang