30. Sesuai pendapatmu | Kaizo POV #2

664 47 4
                                    

Pilihan yang terjadi ini akan menjadi penentu masa depanku, apa aku bisa menjadi seorang Ayah dan Suami yang baik, atau aku menjadi kebalikan dari ekspektasi.

# STILL BLOCKED | Kaizo POV '

/\ ________•  3  •________ /\

Author : Apakah diri ku bisa mengawal mereka hingga pernikahan nanti nya?
_____________

Guru ku tertawa mendengar aku yang membahas pasal cinta, terlebih lagi nya aku langsung to the point membahas pernikahan.

"Kaizo, kau sangat to the point ya..! Setidak nya bahas pasal pacaran atau pdkt dulu." Ujarnya yang masih cekikikan.

"Ah, saya sudah sering bertanya Laksamana, namun anda sering melewati pembicaraan itu dengan alasan Liora." Jengkel ku.

"Maafkan diriku dengan hal yang sudah terjadi ya, baiklah! Jadi kau tadi bertanya apa saja yang harus di siapkan ketika lamaran?"

"Ya."

"Cari di google."

"LAKSAMANA!!!"

"HAHAHA, BERCANDA!"

Dia tidak pernah serius ketika membahas hal yang tidak pernah ku bahas dengan nya, kadang ingin ku pukul tetapi takut kualat. Jadi aku hanya bisa menahan kedua tangan.

Namun dia juga jadi penolong di saat diriku terpuruk, walau perilaku nya sedikit membuat ku jengkel, namun dia sudah bisa terbilang menjadi Ayah di dalam hidup.

"Minta restu kemana, Kaizo?"

"Kemana aja."

"Astaga hahaha..!"

Dia mengelus kepala ku, tidak kena sih karena tertutup oleh topengku. Namun belaian nya masih bisa kurasakan dengan baik.

"Aku, saya bukan anak kecil lagi.. berhenti membelai seperti ini."

"Bagiku kau masih berumur sembilan tahun, Kaizo. Tapi sekarang kau sudah dewasa, mungkin tidak ada salahnya kau jatuh cinta ya."

Masih dengan senyuman nya, wajah nya tidak terlihat, namun aku bisa merasakan ekspresi nya karena aku memang sudah mengenal Maksmana dengan sangat baik melebihi Ayah.

Ketimbang Ayahku, Maksmana sudah mendampingi ku belasan tahun. Namun bayangan yang terlintas empat belas tahun yang lalu masih belum hilang. Bagaimana kedua orang tua ku berkorban, demi diriku dan adik ku.

Ayah dan Ibu pembohong, itu yang ku bilang kepada mereka saat aku tidak bersama mereka. Merawat adik ku yang masih kecil, hanya aku. Aku. Aku. Dan terus aku. Namun itu hal yang tidak benar. Fakta nya sekarang sudah banyak yang menjaga yang melindungi nya.

Masalah itu aku sudah tidak khawatir kan terlalu serius lagi.

Kesal dengan Borara, namun aku mencintai anak nya. Kurasa itu tak masalah sekarang. Itu bukanlah hambatan di masa mendatang mau pun di hari ini.

"Baik Kaizo, akan kujelaskan kisah cinta ku ya?"

"Aku bertanya apa yang disiapkan pada saat lamaran, kenapa malah membahas kisah cinta mu? Aku tidak pernah melihat anda membawa perempuan atau memperkenalkan nya kepada ku, bahkan aku tidak tahu apa kah anda sudah menikah atau belum!" Ujarky sembari menghentakkan meja yang ada di hadapan ku.

Dia tertawa lagi. "Itu privasi ku."

"Lagi dan lagi, privasi. Kalau begitu aku tidak akan memperkenalkan anda kepada gadis ku."

"Ahahah..!! Kenapa? Bukankah aku ini Mentor mu?"

"Seperti kata anda, privasi."

Tapi aku yakin dia sudah tahu. Ya, seharus nya sudah tahu sih. Kalau dia benar-benar tidak tahu maka akan ku pukul dengan sekeras-keras nya hingga berbunyi.

"Tapi dindingnya tebal dan tinggi." Ucapku sekali lagi.

"Kenapa lagi? Bukannya masalah orang tua nya itu sudah clear?"

"Yang pasti akan jadi gosip, orang tua dari sang mempelai wanita telah menghancurkan keluarga pihak lelaki, bahkan mereka membunuh orang tua mempelai lelaki. Ya.. walau bukan perempuan itu yang membunuh kedua orang tua ku, tapi tetap saja itu sulit sebenarnya."

Hening sejenak, Laksamana tiba-tiba berdecit sembari tertawa kecil.

"Jika mereka masih hidup.. bagaimana, heh?" Ujar Maksmana.

"Kau melarang ku ke Gogobugi, bagaimana cara ku mengetahui nya?"

"Seharus nya kau bertanya kepada mempelai wanita, karena dia sudah pernah sekali kesana. Dia di antar diam diam oleh Amato, baru saja dia mengatakan nya beberapa minggu yang lalu."

Awal nya diri ku membalikkan badan ku dari Laksamana, namun aku langsung berbalik kembali ketika dia mengatakan hal yang membuatku sedikit terperenjat kaget. Tidak, aku sangat kaget.

"Maksud anda, f/n pernah kesana?"

"Baguslah kau mengatakan nama panjang sang mempelai wanita."

Bibir ku pun ku gigit dengan gigi ku, karena sudah kesal dengan tingkah laku nya yang abstrak itu. "Aduh, Laksamana saya serius!"

"Iya sudah kubilang, lebih baik bertanya kepada sang mempelai ketimbang bertanya denganku."

***

Berjalan dengan penuh pikiran, masih ingat apa yang diucapkan oleh guru ku tadi nya. Kenapa semua nya menyembunyikan ku dari sebuah fakta? Apa karena aku seorang pembawa sial?

Aku siap menerima semua fakta tentang orang tua ku, walau mereka dikatakan mati dengan mengenaskan, aku pasti siap menerima semua nya, asal jangan menghalangi ku untuk pergi ke kampung halamanku sendiri.

Aku menghembuskan nafas dengan berat di depan pintu ruangan y/n, mencoba tetap tenang walau sebenar nya aku sangat was-wasan untuk mengatakan hal yang sangat ingin ku pertanyakan dari dahulu.

Tangan ku mulai mengetuk.

Berucap dengan suara pelan dan sedikit lembut.

Bunyi kunci pintu yang mau di buka dari dalam, arti nya ada orang di dalam kamar itu

"Ya, siapa?"

"Aku, Kaizo. Ada yang ingin aku bicarakan, bolehkah kau keruang kerja ku sekarang juga?"

_______

Hai, gomen udah lama tidak up, aku kemarin fokus buat ppdb dan Alhamdulillah sudah lulus :D jadi Insya Allah aku udah gak terlalu sibuk lagi, jadi bisa ngelanjutin fanfic ini sampai tamat!

Bye, see u next chapter





 ❛ 𝐒till 𝐁locked ✦ 𝐊ai𝐳o ' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang