Tiga puluh sembilan

1.5K 236 72
                                    


Selamat membaca....



Hari ini adalah hari untuk pernikahan indra dan risa, bukankah ini begitu sangat cepat. Acara dimana semua orang berkumpul di gedung yang sangat besar.

Tampak kedua pengantin tersebut sangat gugup, di saat ijab kabul kini ingin di gelar.

"Bagaimana saudara Indra anda sudah siap?" Tanya penghulu

Indra menarik nafasnya dan menghembuskan secara perlahan.

"Insha allah siap"

Kini tangan indra dan papa risa sudah bertaut, dengan detak jantung yang berdebar dengan sangat hebat.

"Indra Wijaya bin Alan David Wijaya saya nikahkan dan saya kawinkan engkau kepada putri saya bernama Risa Aziem Aprilliana Binti Budi Aziem Sudarsono dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin uang sebesar 75.500 dollar di bayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Risa Aziem Aprilliana Binti Budi Aziem Sudarsono dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" ucap indra dengan satu nafas

"Bagaimana mana para saksi sah?"

"Sah" teriak semua orang yang berada di sana.

Mereka pun berdoa, jenny yang berada di sana hanya menitihkan air mata bahagia. Tugas jenny untuk menjaga Indra sudah selesai, jenny kini hanya bisa memantau keadaan indra dari jauh.

Semua teman jenny berada di sana, termasuk amel berada di antara keramaian di sana.

Aris merangkul jenny. "Lo nangis?" Tanyanya

Jenny melihat aris. "Kelilipan"

"Jangan sedih bro, abang lo ga akan pergi jauh. Dia masih bisa disini, buat jaga lo" sahut will jenny hanya tersenyum

"Baik, semuanya untuk melanjutkan acara ini. Untuk adik dari saudara pengantin pria, untuk menyampaikan kata sambutan untuk pengantin kita saat ini" ucap MC

Aris dan lain menyemangati jenny, jenny berjalan ke panggung dimana para pengantin sudah berada di sana. Semua mata tertuju pada jenny, amel yang sedari tadi mencari keberadaan jenny akhirnya menemukannya saat dia berdiri di atas panggung.

Jenny menghela nafasnya. "Hari ini, hari yang bahagia, ini hari yang baik. Hari ini, tepat setahun lalu, kedua mempelai belum saling mengenal. Dan, hari ini juga, kedua mempelai telah menjadi panutan dalam hidup saya," buka Jenny, disambut hening hadirin yang menyimak ucapan Jenny dengan tenang.

"Beberapa Jam yang lalu, telah duduk di kursi pelaminan untuk mengikrarkan janji sebagai suami dan istri untuk selama-lamanya"

Amel memandang lekat jenny yang berada di atas sana.

Jenny juga mengungkapkannya perasaannya yang campur aduk menghadapi hari-hari dalam keluarganya.

"Ditanya senang, itu sudah pasti. Ditanya sedih, itu juga tidak bisa saya hindari" ujar Jenny dengan nada tenang.

"Buat saya ada dua tipe orang yang lahir di bumi ini. Yang pertama, orang-orang yang terlahir untuk jadi pintar, seperti bang indra dan Kak Risa. Dan, juga orang-orang yang melompat untuk berusaha menjadi pintar, seperti saya."

Sambutan manis dari jenny mengundang senyum semua tamu undangan, indra dan risa pun melihat jenny dengan bangga.

Jenny melanjutkan sambutannya dengan cerita mengenai sang Abang. Bagi Jenny, saudara laki-lakinya itu itu adalah sosok panutan, orang terberani yang pernah ia temui, dan orang yang pintar.

"Saya senang, tapi saya juga menangis, saya kaget. Dan, saya paham betul, kalau perasaan itu hanya akan saya rasakan sekali seumur hidup saya" ujar Jenny

Tempat Pulang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang