Sepasang mantan kekasih bertemu kembali dalam kegiatan komunitas backpacker. Banyu sudah menyiapkan lamaran romantis untuk mendapatkan Tany kembali. Sedangkan Tany yang patah hati karena digantung enam tahun mengucap sumpah tidak mau kenal Banyu lag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Tany mengikuti Naya yang sudah kabur duluan ke kamar kecil. Banyu mengekor langkahnya dari belakang. Tany masuk ke salah satu rumah makan kecil yang berada di parkiran rest area. Dengan menenteng kabel pengisi daya ponsel, matanya dengan awas mencari-cari sumber daya.
Aha! Tany menemukan satu meja makan yang kebetulan berdekatan dengan colokan listrik. Langkahnya bergegas ke meja yang dimaksud. Banyu masih mengikuti dari belakang seraya memanggil pelayan yang sigap membawakan menu ke meja yang mereka tuju.
"Tiga orang, Mas." Banyu berkata pada pelayan yang sudah meletakkan buku menu dan nota polos yang dapat diisi pengunjung untuk mencatat pesanannya.
"Silakan, Mas." Pelayan berlalu dan mengambil pesanan lain.
"Kamu mau makan siang nggak?" Banyu memperhatikan daftar menu dan membacakan beberapa menu yang familiar untuk di telinga mantan kekasihnya.
"Pesan yang cepat saja, Ay ... eh ... aku mau makan ... uhm ... soto daging bening atau soto ayam saja deh," ujar Tany sedikit kikuk karena hampir keceplosan sendiri.
Banyu hampir saja menggoda Tany kembali tapi niatnya diurungkan karena ia tidak ingin suasana baik yang sudah hadir di antara mereka harus buyar kembali karena tindakan norak Banyu.
"Nasinya satu atau setengah?" Banyu bertanya seraya mencatat cepat pesanan Tany. "Kamu mau minum apa sekalian? Es jeruk? Biasanya kalau sudah makan kuah yang pedas-pedas nanti kamu panik cari yang segar," kata Banyu sembari menatap manik Tany.
"Terserah kamu aja deh," jawab Tany. "Duh, tapi kayaknya aku nggak bisa bayar pakai QRIS nih. Tuh lihat warungnya sederhana banget."
Banyu mengangkat sepasang alisnya, "Kan ada aku, Tan. Nanti aku bayarin dulu ya."
Tany mengangguk pendek. Dompet yang berisi uang tunai miliknya ketinggalan di mobil Rengga. Sontak Tany hanya bisa bertahan dengan akses uang digital yang dimilikinya melalui ponsel.
Persoalan ketinggalan uang tunai mungkin tidak akan menjadi masalah jika Tany sedang berada di Jakarta, Bandung atau beberapa kota besar lain. Namun, ketinggalan uang tunai di daerah pinggiran Jawa seperti ini tentu membuat dirinya harus memutar otak.
"Kamu royal banget deh. Promosinya jadi tahun ini?" Tany menanyakan hal lain tentang sisi lain pekerjaan Banyu. Selama dua tahun terakhir sebelum mereka putus, Banyu memang memacu dirinya agar bekerja lebih giat dari sebelumnya. Tuntutan dan beban sebagai anak sulung menjadikannya tulang punggung keluarga untuk ibu yang sedang berobat bolak-balik rumah sakit dan sepasang adik kembar yang akan kuliah.
Banyu mengangguk, "Baru dua bulan sih berjalan. Aku nggak nyangka load kerjanya gila. Jujur ya, ini saja cuti pertama aku setelah tiga bulan nonstop tidak mengambil jatah libur selain Minggu."
Tany menganga mendengar pernyataan Banyu tentang pekerjaan dan promosi yang baru diterima mantan kekasihnya.
"Wah, enak dong. Gaji kamu sudah tiga kali lipat dari yang terakhir?" Celetuk Tany yang terdengar seakan menyindir. Banyu dapat menangkap intonasi yang berbeda dari pertanyaan terakhir perempuan yang kini menyemprot hand sanitizer ke seluruh telapak tangan lalu meletakkannya di atas meja.