***
Mata mereka saling berpandangan. Keramaian stasiun tidak menjadikan pertemuannya bersama Tany jadi lebih romantis seperti yang ada di dalam pikiran Banyu selama perjalanan menuju Gambir.
Tany tidak bisa menutup rasa kaget. Banyu dapat melihat mantan kekasihnya selama enam tahun itu mencengkeram erat lengan sahabatnya. Sahabat yang kini mungkin langsung akan dikutuk menjadi batu oleh Tany.
"Jangan salahkan Naya. Ini semua ide aku," jelas Banyu yang sengaja berdiri hampir setengah meter dari Tany.
Banyu tidak ingin membuat Tany histeris atau mendadak pingsan. Ia tahu apa yang pernah dilakukannya dulu tidak etis dan perpisahan mereka adalah murni kesalahannya sebagai lelaki. Banyu hanya ingin kesempatan satu kali lagi.
Tany memandang Banyu dan sahabatnya bergantian. Sorot mata kesal saat melihat Naya menjadi tatapan jijik dan marah saat manik mereka beradu. Banyu menerima dengan ikhlas emosi yang kini dirasakan Tany terhadapnya.
"Kamu mau apa? Mau ngobrol santai sama aku? Atau mau tanya kabar aku gimana?" Tany memberondong Banyu dengan pertanyaan yang sebetulnya lebih mirip sindiran.
"Aku mau minta maaf, Tany." Banyu berkata pendek dan maju satu langkah mendekati Tany.
"Jangan deket-deket," bentak Tany seolah Banyu adalah virus yang dapat menghancurkannya dalam hitungan detik.
Obrolan mereka harus berhenti saat Rengga menghampiri Tany dan berdiri di sampingnya. "Ada apaan nih?"
Tany tidak memiliki pilihan lain dan segera beringsut mendekati Rengga. Melihat Naya dengan pandangan kesal dan melangkah mundur lebih jauh dari Banyu.
"Ini Naya, sahabat gue." Tany menunjuk Naya pada Rengga.
Rengga mengangkat dagu dan menyapa Naya. "Rengga."
Pandangan Rengga lalu jatuh pada Banyu. Sosok laki-laki yang membuat Tany tidak nyaman dan dongkol dalam waktu bersamaan.
"Ini siapa?" Rengga bertanya dengan pongah dan serasa pemilik Gambir yang sedang menyambut tamu.
Ketiganya terdiam dan tidak ada yang menjelaskan tentang siapa Banyu. Naya menatap Banyu karena mendadak menjadi musuh dalam selimut untuk sahabatnya sendiri. Tany memandang ke arah lain untuk menghindari tatapan Banyu.
Banyu akhirnya mengulurkan tangan, "Saya Banyu, salah satu peserta trip ke Baluran. Naya yang mengajak saya ikut."
Uluran tangan Banyu disambut dingin oleh Rengga. "Tapi lo udah lapor sama Kyra sepupu gue?"
Banyu menggeleng, "Semua hal menyangkut transportasi, iuran dan biaya lain Naya yang bantu urus."
"Oke, kalau gitu." Rengga nampak tidak peduli dengan uraian Banyu. "Kita semua udah pegang tiket masing-masing, 'kan? Aman lah."
Rengga nampak menggamit tangan Tany seakan menunjukkan kekuasaannya terhadap pejantan lain bahwa Tany adalah miliknya. Hal yang Rengga tidak tahu adalah Tany dan Banyu adalah sepasang mantan kekasih dan enam tahun bukanlah waktu yang singkat.
Betul, tebakan Tany. Jika ia lengah sedikit, Rengga sudah pasti memainkan kartu genitnya. Tapi kali ini, Tany seolah menurut pada tindakan Rengga yang sok posesif padahal mereka bukan apa-apa. Ia perlu udara segar sebelum menuntut jawaban Naya.
Tany dan Rengga kembali ke bangku yang diduduki, sedangkan Naya bergeser sedikit mendekati Banyu.
"Banyu, tanggung jawab ya kalau gue sampai berantem sama Tany dan nggak punya temen. Siapa lagi yang mau temenan sama introvert macam gue selain Tany?" Naya berkata pelan seraya memperhatikan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back to Us (ODOC THE WWG 2022)
RomanceSepasang mantan kekasih bertemu kembali dalam kegiatan komunitas backpacker. Banyu sudah menyiapkan lamaran romantis untuk mendapatkan Tany kembali. Sedangkan Tany yang patah hati karena digantung enam tahun mengucap sumpah tidak mau kenal Banyu lag...