***
Banyu sudah berada di taksi online yang dipesannya menuju pelabuhan Surabaya. Setelah melihat Tany melangkah lebih dulu meninggalkan dirinya ke stasiun kereta, Banyu tidak memiliki pilihan selain menyelesaikan pekerjaan dadakan untuk menggantikan rekan kantornya.
Memaksa Tany untuk mendengarkan penjelasan juga bukan pilihan logis. Memaksakan kehendak pada telinga dan hati yang sedang tertutup sama saja dengan menegakkan benang basah. Sebuah pekerjaan sia-sia yang hanya akan membuang waktunya saja, begitu pikir Banyu.
Ponsel Banyu berdering. Ia menengok nama dan foto yang tertera di layar, salah satu adik kembar Banyu. Banyu menekan tombol jawab.
"Halo, Dek." Banyu menyapa adiknya.
"Bang, kita semua sudah on the way ya."
"Semua ikut akhirnya?" Banyu menanyakan kelengkapan personil keluarga yang akan ikut dalam perjalanan liburan singkat mereka. Liburan sinting yang hanya direncanakan Banyu dalam dua minggu dan akhirnya semua sepakat untuk mengikuti keinginannya.
Adik Banyu menjawab singkat, "Ayah dan adiknya Mbak saja yang ikut. Kakaknya mungkin menyusul. Hiace yang Abang pesan nyaman juga nih."
"Bagaimana kondisi Mama? Tekanan darah dan obat-obatan tidak lupa dibawa?" Banyu menanyakan kesehatan ibunya yang sering mendadak drop tapi untungnya beberapa bulan terakhir berada di dalam kondisi stabil dan sehat.
"Aman, Bang. Ini Mama bahagia banget loh, katanya mau jemput calon mantu. Bang Banyu mau video call nggak?" Suara si bungsu terdengar tidak kalah bersemangat.
Banyu menarik nafas panjang. Ini adalah tindakan paling egois yang pernah dilakukannya. Memboyong dua keluarga inti sebagai senjata terakhir untuk mengubah pendirian Tany, mantan kekasihnya.
"Nggak perlu, Dek. Lagipula nanti berisik di mobil. Tahu sendiri 'kan kalau Mama sedang bersemangat bagaimana hebohnya. Kirim foto selfie aja ya," pinta Banyu pada adiknya.
"Siap, Bos. Nanti kita kabari terus ya. Semoga perjalanannya lancar dan nggak kena macet," jawab Bungsu dengan bijak.
Banyu mengangguk lalu menutup sambungan telepon antara keduanya.
Pikiran Banyu kini kembali kusut. Membatalkan keberangkatan dua keluarga yang dimintanya menyusul ke Baluran adalah tidak mungkin. Banyu tidak tega atau lebih tepatnya gengsi mengaku bahwa Tany sudah mengusir Banyu dan menutup pintu kesempatan untuk mereka bersama lagi.
Mengiba pada Tany dan mengatakan pada mantan kekasihnya bahwa Banyu sudah menyiapkan kejutan untuk melamarnya di depan kedua orang tua dan saudara kandung mereka juga tidak mungkin. Kemarahan Tany tidak mungkin surut setelah hanya dengan mendengar kejutan yang disiapkan oleh Banyu.
Banyu tidak memiliki waktu untuk bersedih atau mendayu-dayu mengingat kemarahan mantan kekasihnya. Banyu yakin bahwa Tany masih menyimpan secuil rasa di sudut hati baginya. Kini tinggal Banyu berusaha lebih keras mengutarakan dan menjelaskan maksud hati untuk masa depan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back to Us (ODOC THE WWG 2022)
RomantikSepasang mantan kekasih bertemu kembali dalam kegiatan komunitas backpacker. Banyu sudah menyiapkan lamaran romantis untuk mendapatkan Tany kembali. Sedangkan Tany yang patah hati karena digantung enam tahun mengucap sumpah tidak mau kenal Banyu lag...