07. Cemburu

77 16 18
                                    

***

Perjalanan mereka akhirnya dimulai. Mobil Rengga meluncur melewati parkiran Gambir dan menuju tol Cawang untuk mengambil jalur tol terbaru arah Cikopo Palimanan, begitu rute yang diperlihatkan aplikasi maps di tab milik Rengga.

Tany memperhatikan interior mobil yang ada di hadapannya. Bukannya sok ndeso tapi ini pertama kalinya Tany duduk di dalam mobil yang ia tahu bukan barang murah. Dashboard di hadapannya juga terlihat kinclong dan elegan.

Sesaat Tany memandang Rengga yang sedang memilih lagu dari tablet, tidak ada desir rasa yang sama dirasakan olehnya. Padahal lima belas menit lalu, jantung Tany kembali berdegup saat ia menatap Banyu sekilas dari bangku penumpang.

Tidak ada yang menarik dari perjalanan dari tol dalam kota menuju tol luar kota. Keramaian yang sama disaksikan Tany saat ini. Musim libur panjang telah membuat jalur tol yang baru ini juga dipadati oleh mobil-mobil berplat Jakarta dan sekitarnya.

Sudah hampir lewat jam makan malam, Rengga akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di rest area. Kini mereka berada di rest area sekitar daerah Batang, Jawa Tengah.

"Pada mau makan malam nggak?" Rengga bertanya di balik kemudi. Mobilnya sudah terparkir rapi di depan minimarket yang ada di area peristirahatan.

Tany menggeleng singkat. Naya mengangkat bahu sedangkan Banyu juga tidak memberi jawaban jelas.

Rengga membuka pintu pengemudi yang diikuti ketiga orang lain. Tany dan Naya menghampiri Rengga yang berdiri di depan kap mobil seraya menyalakan rokok putihnya.

Banyu juga sudah berdiri di hadapan Rengga seraya memegang air mineral yang belum dibuka. Kedua mata Tany beradu sebentar dengan mantan kekasihnya. Banyu lalu menyodorkan botol air tersebut pada Tany tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Kalau nggak macet, kita sekarang harusnya sudah sampai Semarang." Rengga berkata seraya menghembus asap rokok ke udara. Tatapannya memandang Banyu. Pembicaraan yang mungkin hanya dipahami sesama lelaki yang terbiasa menyetir.

"Gue nggak masalah kan harus gantian nyetir," ujar Banyu seraya menekan kata-katanya agar terlihat santai dan tidak menyimpan bara di dalam intonasinya.

"Gimana kalau kita bermalam di Semarang saja?" Rengga tidak menjawab usulan Banyu dan malah menawarkan ide lain.

"Kita nggak bisa ngomong apa-apa sih kalau memang lo punya rencana kaya gitu," terang Tany pada gerombolan kecilnya. Tany menoleh pada Naya yang berdiri di sampingnya seraya meregangkan tubuh seperti kucing.

"Bentar gue cek Airbnb yang ready buat ntar malam," kata Naya seraya mengeluarkan ponsel dari saku belakang celana jeansnya.

Airbnb merupakan salah satu marketplace atau platform yang menawarkan informasi penginapan bermalam baik di rumah, apartemen, hotel yang menyewakan kamarnya, yacht atau perahu mewah, kastil bahkan pulau pribadi. Harga pun beragam disesuaikan dengan kocek yang kita miliki.

"Kalau macetnya masih begini, paling lama kita sampai di Semarang jam setengah sebelas lebih sih." Rengga menerawang melihat kemacetan yang tidak hanya terjadi di jalan tol tapi juga sudah merambah ke rest area tempat mereka berpijak saat ini.

Banyu mengangguk pelan, "Gue setuju usul Rengga. Keselamatan lebih penting. Misalkan kita menginap semalam di Semarang. Besok lanjut perjalanan ke Sidoarjo paling lama empat atau lima jam, kalau nggak terjebak macet seperti ini lagi."

"Nah enaknya kita nggak perlu mengejar teman-teman lain di checkpoint terakhir sebelum menuju Baluran." Tany mendadak nimbrung dalam percakapan, "Soalnya kita sudah nebeng di mobilnya Rengga. Jadi kita semua bisa langsung menuju Baluran tanpa ganti mobil ke elf yang sudah disewa Kyra untuk rombongan."

Way Back to Us (ODOC THE WWG 2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang