New Life

1.2K 62 2
                                    

Memiliki rumah baru dan kehidupan baru, Tanya tak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya. Nando dan Liliane membiarkan putri semata wayangnya itu untuk tinggal seorang diri guna memulihkan diri, dukungan kedua orang tua serta tempat tinggal yang nyaman membuat Tanya mampu melupakan segala kesedihan. Jiwanya tak lagi suram dan wajahnya kini kembali bersinar layaknya matahari pagi yang segar, membantu usaha turun-temurun keluarga Skinner. Tanya membangun bisnis Ayahnya kembali yang sempat dikelola oleh orang lain seusai masa pensiun pria itu, kini semua kendali ada pada Tanya. Tak sulit bagi wanita yang sudah menginjak usia tiga puluh empat tahun tersebut untuk mengendalikan sebuah perusahaan.

Ia pernah melakukannya sebelumnya, hanya beda bidang namun semua sistem pengaturan masih sama. Kuku bercat merah sesuai dengan warna lipstik, serta pakaian ketat yang super eksentrik selalu menjadi andalan Tanya sedari dulu, tak pernah berubah meski kini jiwanya sangat tertutup untuk orang lain. Tiga puluh empat bukanlah angka yang kecil, semua teman sebaya dan keluarga yang telah mencapai usia kepala tiga pasti akan memikirkan soal pernikahan. Bahkan ada yang telah memiliki beberapa anak dan membangun keluarga bahagia, tapi wanita itu masih sama seperti dulu. Masih tak memusingkan sesuatu yang sangat diidamkan oleh semua wanita di bumi ini, menikah!

"Morning, Alfred!" Ujar Tanya pada sekertarisnya yang masih sangat muda, fresh graduate dengan usia sekitaran dua puluh lima. Nando mengganti sekertarisnya yang dulu karena wanita itu sudah terlalu tua untuk mengurus semuanya, kebetulan Tanya menggantikan posisi CEO sebelumnya dan posisi sekertaris pun kini diganti menjadi pria yang lebih muda. Diharapkan semua hal yang berjalan di perusahaan tersebut lancar dengan otak yang masih sangat muda dan segar, karena Nando mengganti hampir seluruh karyawannya semenjak kedatangan Tanya. Nando ingin putri semata wayangnya itu memiliki suasana yang baru dan segar, jiwa muda dan pemikiran yang lebih kekinian. Dan mungkin Tanya bisa menjadi pemimpin yang baik untuk anak-anak muda itu.

"Morning, Miss! Kopimu sudah ada di dalam." Ujar Alfred dengan sopan seraya berdiri sedikit membungkuk ketika Tanya melewati meja kerjanya menuju ruangan dengan pintu bertuliskan 'Tanya Skinner The CEO'.
"Oke, terimakasih Alfred!" Sahut Tanya membuka kenop pintu lalu memasuki ruangan yang sangat indah meski tak ada lagi gedung pencakar langit atau awan biru yang menjadi pemandangannya seperti kantornya dulu di New York. Tanya berusaha mengenyahkan masa lalu, masa kini adalah hal yang harus ia nikmati. Pikirannya harus tertuju pada masa kini dan masa depan guna menjernihkan isi keplanya dari berbagai masalah yang pernah hinggap di hidupnya.

Tanya duduk di kursi kebesarannya, menyesap kopi seraya membuka laptop. Sudah satu minggu ia bekerja untuk Ayahnya, memang tidak ada perayaan resmi atau penyerahan mandat kursi CEO dari Nando. Karena Tanya tak menyukai perayaan atau semacamnya, pikir Tanya semua hal itu tidak terlalu penting. Hanya membuang waktu dan seolah membuat pencitraan bagi dirinya dan keluarga Skinner di mata semua orang terutama rekan-rekan bisnis Ayahnya dan semua karyawannya, Tanya hanya berfokus pada bisnis dan usaha demi kemajuan perusahaan ini. Hal lain yang tidak penting akan Tanya singkirkan, karena wanita penuh ambisi sepertinya tak butuh pencitraan, ia ingin dipuja karena kerja kerasnya.

Sedang asik bekerja, tiba-tiba ponselnya berdering. Tanya melirik ke arah benda mungil yang tergeletak di ujung meja kerjanya, terdapat nama Liliane Skinner yang sedang menelponnya. Ia menghembuskan nafas kasar seraya melirik jam dinding yang tergantung rapi beserta beberapa penghargaan yang ada di dinding ruangan kerjanya, ini masih sangat pagi dan Ibunya itu menelponnya seolah Tanya adalah gadis remaja yang harus selalu dipantau setiap pagi dan setiap harinya. Baru satu minggu ia menjabat sebagai seorang CEO, Ibunya itu tak pernah membiarkan ponsel Tanya diam walaupun hanya sehari saja. Terkadang Tanya tak ingin mengankat telepon dari Ibunya, tapi tentu saja hal itu akan membuat wanita tua tersebut sedih.

"Halo, Mom! Apa ini sudah waktunya mengganggu orang lain?" Ujar Tanya setelah menempelkan benda mungil itu ke daun telinganya sementara sebelah tangannya bekerja menggerakan mouse guna melanjutkan pekerjaannya tadi.

My Black Man (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang