Irina

211 21 0
                                    

Tanya duduk di bandara menunggu kedatangan sahabatnya, duduk sendiri di kursi membuatnya teringat akan kejadian beberapa bulan lalu ketika ia menjemput seseorang yang dari New York ke Los Angeles. Entah mengapa beberapa kenangan tak bisa hilang dari pikiran Tanya, bahkan beberapa pria berkulit coklat yang berselisihan dengan Tanya berhasil mengungkit memori lama. Namun tiba-tiba saja seruan seorang wanita bersuara besar dan nyaring mengejutkan Tanya, sahabatnya itu berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di bandara karena tingkahnya itu dan membuat malu Tanya. Wanita berambut pirang lurus nan panjang itu berlari ke arah Tanya.
"Tanya!!!" Jerit Irina lalu memeluk sahabatnya itu seolah mereka telah lama tak bertemu, padahal Tanya baru saja pindah ke Los Angeles bulan lalu.

"Baiklah, kau telah membuatku Malu Ir!" Bisik Tanya.
"Tanya, itukah kau? Aku hampir tidak mengenalimu dengan rambut pendekmu itu!" Ujar Irina.
"Ya, aku hanya ingin sesuatu yang baru." Sahut Tanya lalu mengajak sahabatnya itu pergi.
"Jadi, kau apakan mobilku?" Kata Tanya ketika mereka berdua telah berada di dalam mobil Tanya.
"Tenanglah, aku tidak menjualnya! Mungkin belum." Jawab Irina yang berhasil membuat Tanya menyunggingkan senyum.
"Kita mau kemana?!" Ujar Irina membuka kacamatanya saat Tanya berbelok ke arah yang tidak biasanya.
"Ke rumahku!" Balas Tanya.

"Bukannya rumahmu bukan belok sini?" Kata Irina.
"Bukan rumah orang tuaku, tapi rumah orang tuaku." Sahutnya lagi.
"Ah, ya. Crazy rich b*tch! Seharusnya aku tahu hal itu, dan oh.... jangan bilang itu rumahmu!" Ujar Irina saat kendaraan yang ia tumpangi berbelok ke sebuah perumahan elit, bukan hanya elit namun juga sangat mewah. Itu bukan rumah, melainkan sebuah mansion dengan halaman yang sangat luas dimana Tanya memiliki taman indah dan air mancur di sekitarnya.
Irina bersiul saat ia turun dari mobil dan mengagumi arsitektur mansion yang berdiri kokoh di hadapannya, "kau membelinya dengan uang Ayahmu?" Tanya Irina melihat ke sekeliling, benar-benar pemandangan yang menyejukan kedua mata.

"Tidak! Ayahku bahkan belum membayarku sepeser pun." Sahut Tanya lalu membuka bagasi guna mengambil koper Irina.
"Itu akan menjadi perusahaanmu, Tanya. Mengapa Ayahmu harus membayarmu?" Protes Irina, Tanya hanya menaikan bahunya acuh lalu mengajak irina untuk masuk ke dalam rumahnya. Masalah warisan atau sebagainya, Tanya tak pernah memusingkan hal itu. Baginya ia hanya seorang pekerja keras yang berusaha memenuhi hidupnya sendiri, di sini ia hanya membantu Ayahnya. Prinsip Tanya mandiri adalah hal yang paling utama dalam hidup tanpa mengharapkan sesuatu dari orang lain, karena Tanya pernah mendengar desas-desus dari Ayahnya jika mendiang kakeknya meninggal karena keluarga besar Skinner tak menerima kakeknya menikah dengan neneknya. Tragis sekali!

Maka dari itu, Tanya tak ingin menggantungkan hidup pada keluarga Skinner dan memilih untuk tidak menonjolkan nama belakangnya itu. Dan bahkan jika bukan karena permintaan Ayahnya, Tanya tidak akan menggunakan nama belakang Skinner di namanya.
"Jadi kau dapat uang sebanyak ini dari mana?" Tanya Irina lagi.
Tanya hanya menghembuskan nafas panjang seraya mendorong koper milik sahabatnya itu, "John memberiku sedikit imbalan dan ucapan perpisahan." Jawab Tanya.
"Wow! Itu pasti uang yang sangat banyak, kau memang selalu menjadi favoritnya, Tanya!" Kata Irina yang tak terlalu ditanggapi oleh Tanya.

Begitu memasuki rumah Tanya, Irina kembali dibuat heboh dengan segala furnitur dan dekorasi di dalam ruangan. Seolah tempat itu adalah rumah masa depan yang terlihat futuristik dan juga sangat berkilau. "Sudahlah, jangan terlalu udik! Ayo ku antar ke kamarmu!" Ajak Tanya sebelum Irina tak dapat menutup bibirnya yang selalu terbuka karena takjub.
Hanya ada dua lantai di mansion Tanya, namun tinggi dan luasnya satu lantai mengalahkan luasnya salon Irina yang berada di New York.
"Ini kamarmu! Dan kamarku ada di sebelah jika kau butuh sesuatu." Kata Tanya saat mereka telah berada di lantai dua mansion milik Tanya.

"Bantuan? Apa kau tidak mempunyai maid?" Tanya Irina heran.
"Kau bercanda! Aku terbiasa hidup seorang diri." Sahut Tanya.
"Jadi, mansion seluas ini hanya ditinggali kau seorang diri?" Tanya Irina, wanita itu hanya menggangguk meng-iyakan. Irina menepuk dahinya sendiri, orang-orang berduit memang gemar menghamburkan uang hanya demi sesuatu yang tidak terlalu penting. Contohnya rumah besar yang hanya memiliki satu penghuni dimana ada banyak kamar dan ruangan yang kosong.
"Bagaimana kau membersihkannya seorang diri?" Tanya Irina lagi.
"Apa kau pernah dengar jasa cleaning, Irina? Maka dari itulah aku tidak butuh maid, atau asisten rumah tangga atau semacamnya." Sahut Tanya lagi.

My Black Man (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang