Heartbeat

98 12 0
                                    

Tanya bangun di pagi hari dan berharap semua hal yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi, tapi dadanya yang terus berdetak tak karuan seolah menyadarkan Tanya bahwa semalam ia benar-benar melihat pria itu. Berharap di setiap paginya ia bangun dengan keadaan bahagia akan kehidupan baru, tapi ternyata semua hal tidak selalu berjalan sesuai rencana.

Tanya harus bangun pagi, membersihkan diri, sarapan pagi lalu pergi bekerja dengan pikiran yang selalu tertuju pada pria itu. Yang nyatanya pria itu ada di kota ini meski Tanya telah berupaya untuk meninggalkannya, Ayahnya berkata untuk tidak lari dari masalah dan menghadapinya. Andaikan ini semua perihal pekerjaan, Tanya pasti akan senang menghadapi masalah apapun.

Tapi soal perasaan, Tanya menyerah pada dirinya sendiri. Bahkan wanita setegar karang dan sekuat batu seperti Tanya bisa luluh hanya karena seorang pria, inilah yang membuat Tanya sedari dulu tak ingin merasakan cinta dan memiliki komitmen penuh akan hubungan percintaan tersebut. Karena merelakannya pergi tidak semudah jatuh ke dalamnya.

Kini pria itu kembali padanya dengan menjadi karyawan hotel dan restoran milik Ayahnya, tak pernah terpikirkan oleh Tanya jika semua ini akan terjadi sedemikian rupa. Tanya masih tak percaya dengan apa yang terjadi semalam tadi, berharap semua hanyalah mimpi tapi bayangan pria itu semalam di balik tuxedonya membuat Tanya tak bisa mengelak.

"Pagi, Miss!" Sapa salah satu karyawan Tanya saat wanita itu tiba di kantor, saat wanita seusianya akan dipanggil dengan sebutan 'Madam'. 'Miss' masih menjadi andalan panggilan Tanya yang sama sekali belum terganti dan ia merasakan hal itu jika beberapa karyawannya tengah berbicara di belakang Tanya.

Tanya memang disegani di kantor atau dimana pun dirinya berada, tapi tak sedikit pula orang-orang yang berbicara tentang kesendirian Tanya yang telah menginjak usia tiga puluh lima tahun itu dan mempertanyakan ketertarikan Tanya akan gender. Sayangnya Tanya mengakui bahwa dirinya masih straight, hanya saja ia tak ingin membagikan kisah cintanya yang terjalin dengan seorang bartender yang bekerja di restoran dan hotel milik Ayahnya.

Tanya memasuki ruangan kerjanya melewati Alfred yang terlihat sibuk bekerja pagi ini, terkadang Tanya merasa kasihan dengan pria itu ketika dia harus bekerja seorang diri mengurus semua jadwal Tanya dan keperluan dirinya. Belum lagi berbagai laporan yang masuk setiap harinya.

Mungkin Tanya harus memikirkan sekertaris baru untuk menemani Alfred, terbawa suasana hati telah membuat Tanya terlalu jauh akan pekerjaannya. Membiarkan anak buahnya kerepotan sendiri, padahal Alfred sangat gemar berbincang dengan Tanya ketika pagi hari. Membuatkan Tanya kopi dan bercengkrama dengannya.

Tapi pagi ini, tidak ada aroma kopi segar di pagi hari. Meja kerja Tanya hanya ada sebuah laptop dan pena di sana, Tanya sadar jika Alfred pasti tak sempat membuatkannya secangkir kopi karena kesibukannya saat ada penambahan kantor dan juga penambahan karyawan tentunya. Laporan yang masuk pasti bertambah banyak setiap harinya.

Tanya menghela nafas panjang, pagi ini Tanya bahkan belum menerima satu laporan pun dari Alfred. Akhirnya ia bergegas mengunjungi meja kerja Alfred pagi ini, saat Tanya membuka pintu pria itu masih sibuk dengan teleponnya guna berbicara dengan seseorang. Tanya mendekatinya, bersandar di dinding dengan kedua tangan bersidekap di depan dada.

Menunggu pria itu selesai berbicara dengan telepon kantornya, saat Alfred selesai Tanya sempat mendengar desahan panjang keluar dari bibir pria itu. Alfred pasti sangat lelah, berbeda dengan Tanya yang memang gila bekerja dan menyukai kesibukan. Alfred adalah pekerja fresh graduate yang baru saja memasuki dunia kerja, adalah hal yang wajah ketika pria itu kewalahan mengatasi semua pekerjaannya.

"Miss, jadi dari tadi di situ?!" Ujar Alfred yang terkejut melihat wanita berpakaian berwarna putih ketat bersandar di sebelahnya, Tanya tersenyum ke arah Alfred.
"Sibuk?" Ujar Tanya, suaranya terdengar dingin walau wajahnya terlihat manis.
"Seperti yang kau lihat." Sahut Alfred.
"Aku bertanya, apa kau sibuk?!"

My Black Man (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang