Lift terbuka, langkah kaki seorang wanita memasuki lantai paling atas gedung perkantoran tersebut. Melihat ke arah dimana meja dua sekertarisnya berada namun ia hanya menemukan Alfred yang menyapanya ramah pagi ini, tidak ada Luis. Tapi tas kerja pria itu ada di dalam lokernya, mungkin Luis sedang ke toilet atau berada di pantry membuatkan Tanya secangkit kopi.
"Pagi, Miss!" Sapa Alfred seraya menunduk ramah kepada Tanya.
"Pagi, Alfred!" Sahut Tanya, kedua matanya mencari-cari keberadaan Luis sampai ia memasuki ruangannya sendiri. Padahal Tanya ingin mengetahui keadaan pria itu yang katanya semalam wajahnya lebam karena perkelahian dengan Don, mengingat hal itu membuat darah Tanya seolah mendidih.Tak habis pikir mengapa Don melakukan itu pada pria yang tak bersalah seperti Luis, kesal dan marah. Tanya masih bisa mengontrol emosinya demi profesionalitas kerja, lagi pula Luis berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Dan semoga saja luka pria itu di wajahnya tidak terlalu parah.
Tok.. tok..
"Masuk!" Ujar Tanya saat mendengar suara ketukan di pintunya, ia segera membenarkan setelan yang ia kenakan. Luis pasti masuk ke dalam ruangannya membawakan secangkir kopi pagi seperti rutinitas hariannya. Namun ketika Tanya duduk di kursi kebesarannya, keningnya mengernyit bingung. Bukan Luis yang mengantarkan kopi kepada Tanya, melainkan Alfred.
"Dimana Luis?" Ujar Tanya.
Karena setahu Tanya, Alfred masih ada di meja kerjanya saat Tanya tiba. Dan Tanya pasti yakin kopi yang dibawa oleh Alfred itu adalah buatan Luis, bukan buatan Alfred.
"Uhm, dia ada di meja kerjanya, Miss!" Jawab Alfred dengan tergagap
"Lalu, mengapa bukan dia yang mengantar kopiku?" Protes Tanya."Uh, dia bilang. Dia malu dengan wajahnya yang lebam dan membiru." Kata Alfred lagi, Tanya menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Tanya berdiri dan keluar dari ruangannya guna mendatangi Luis, Alfred membuntuti Tanya. Pria itu ada di meja kerjanya tengah memerhatikan layar komputernya, saat Tanya menarik bahu Luis dan membalikan tubuh pria itu.
Tanya terkejut bukan main, wajah Luis bukan hanya lebam di sekitar mata dan pinggir bibir. Tapi juga ada beberapa jahitan di dahi dan memar di sekitar pelipis.
"Demi Tuhan! Apa yang kalian berdua lakukan hingga seperti ini?!" Suara Tanya meninggi, khawatir dan terkejut tentu saja.Tanya tak menyangka akan separah ini, semalam ia berpikir bahwa itu hanya sebuah perkelahian biasa dan tidak terlalu meninggalkan bekas dan kesakitan. Namun kenyataannya, wajah tampan Luis kini nampak seperti tak berwajah. Tanya memijit dahinya sendiri seraya berpikir keras, Luis tidak bisa berbicara karena sudut bibirnya yang membiru dan sakit.
"Al, antar Luis pulang sekarang juga! Dan kau Luis, kau akan kembali bekerja setelah keadaanmu benar-benar pulih. Aku tidak ingin mendengar penolakan!" Ujar Tanya dengan ketus, wanita itu lalu masuk kembali ke dalam ruangannya tanpa menutup pintu. Alfred dan Luis berpikir wanita itu akan bekerja, namun tak lama kemudian mereka berdua melihat Tanya keluar dari dalam ruangan membawa tasnya lagi.
"Aku keluar sebentar! Sebaiknya kau antar pulang Luis sekarang juga!" Kata Tanya lagi saat melewati mereka berdua.
"I-iya Miss..." sahut Alfred, tak lama wajah bosnya itu menghilang di balik pintu lift. Alfred tak habis pikir.Mungkin wanita itu ingin melabrak bartender itu, "Hell, Man! Apa yang terjadi padamu dan pria bartender itu?" Tanya Alfred, Luis ingin menjawab dan bercerita panjang lebar tentang kejadian semalam. Namun saat ini bibirnya sulit untuk digerakan karena rasa perih itu masih ada.
"Kau ini bicara apa? Ah, ya sudahlah. Ayo ku antar pulang!" Ujar Alfred lalu membantu Luis membawakan tas kerja pria itu.Keluar dari bangunan perkantoran, Alfred menyetop sebuah taksi. Sebenarnya Luis tidak ingin pulang, tapi bibirnya sama sekali tidak bisa terbuka lebar dan memberitahu Tanya bahwa ia masih dapat bekerja. Alfred sendiri sebenarnya sudah dengar berita semalam tentang Luis yang berkelahi dengan seorang bartender lewat rekan kerjanya.