Kedua pandangan mereka bertemu, Luis tidak dapat mengalihkan kedua matanya dari wajah cantik bosnya itu. Bulu mata lentik serta alis mata yang dipertegas setajam mungkin, bibir seksi yang dibuat merona seolah menatang siapapun yang berbicara dengannya. Serta poin tambah saat wanita itu memiliki tubuh sintal nan seksi, dan yang terpenting kaki jenjang itu selalu menggoda Luis.
"Jangan mengagumiku seperti itu, kau belum sembuh!" Ujar Tanya mengejutkan Luis yang akhirnya berusaha mengalihkan pandangannya setelah disinggung oleh wanita itu, membuat Luis menjadi salah tingkah dan dirinya saat ini tidak dapat berkata apapun karena memar di wajahnya. Tanya menyunggingkan senyum, ia tahu Luis masih sangat polos meski usia mereka sepantaran.
Tanya juga ingin melakukannya, sungguh.
Tapi melihat keadaan pria itu saat ini, Tanya merasa tidak tega. Karena tentu saja permainan Tanya akan sedikit panas dan sadis, "jika waktunya tiba, Lu!" Kata Tanya lagi, Luis bingung dengan kalimat yang baru saja wanita itu ucapkan dari bibir manisnya.Ingin bertanya tapi lagi-lagi Luis tertahan dengan wajah sembab dan bibirnya yang membiru, sedangkan wanita itu hanya tersenyum seolah ia tengah menggoda Luis dan menyembunyikan sesuatu. Apakah wanita itu juga tertarik padanya? Luis tak ingin besar kepala terlebih dahulu sebelum mengetahui kebenaran, Tanya sangat pandai bermain teka-teki yang Luis tak pandai dalam memainkannya.
"Kau pria yang baik, Lu! Aku hanya ingin kau tidak terlalu tertarik padaku seperti seseorang, karena aku.. tidak akan pernah bisa membalas sesuatu yang kalian harapkan, yaitu cinta." Kata Tanya lagi, Luis semakin dibuat bingung. Tanya seakan tengah curhat masalah pribadinya sendiri yang Luis tidak paham awal mula cerita tersebut.
Tapi mendengar kalimat wanita itu barusan, sepertinya Luis dapat menyimpulkan ada seorang pria yang berharap akan perasaan Tanya. Dan mungkin saja pria itu adalah pria bartender yang berkelahi dengannya semalam, dan Tanya baru saja memperjelas kepada Luis bahwa dirinya memiliki ketertarikan kepada wanita itu.
Ya, memang benar!
Hanya saja Luis masih sadar diri dan tidak seagresif pria bartender semalam, dan Luis juga paham maksud dari kalimat Tanya barusan yang memberi peringatan kepada Luis terlebih dahulu sebelum semuanya terlanjur jauh. Luis mengangguk mengerti, ia ingin bertanya sesuatu kepada Tanya. Tiba-tiba terbesit sebuah ide di kepala Luis.Ia masuk ke dalam kamar secara tiba-tiba dan membuat Tanya terheran, tak lama pria itu kembali dengan membawa sebuah pena dan sebuah buku. Luis duduk kembali ke atas sofa seraya menuliskan sesuatu, Tanya melihat sebelah tangan pria itu menulis di atas kertas yang ada di dalam buku itu. Lalu menyerahkannya kepada Tanya setelah selesai menulis..
"Kau ingin aku menjadi apa bagimu?" Tulis Luis di dalam buku kosong tersebut, Tanya membacanya dan lagi-lagi menyunggingkan senyum.
"Bagaimana kalau sekertaris?" Ujar Tanya, Luis mengangguk menyetujui. Dia memang sekertaris Tanya, tapi sepertinya wanita itu menginginkan Luis lebih dari seorang sekertaris di kantor saja. Tapi sekertaris pribadi yang selalu ada untuk Tanya."Baiklah, aku rasa itu cukup untuk memperjelas hubungan antara dirimu dan aku.."
"..aku tidak bermaksud kasar atau apapun yang kau pikirkan, aku hanya tidak ingin ada keributan di kemudian hari seperti semalam karena pria itu telah menaruh hati padaku." Jelas Tanya.
Kini terjawab sudah bagi Luis, dan benar jika pria bartender itu pernah memiliki sebuah hubungan yang tidak diketahui oleh orang banyak bersama Tanya. Dan lagi, Alfred pernah berkata jika Tanya selalu tertarik kepada pria berkulit coklat karena Don pernah menerobos masuk ke dalam ruangan kerja Tanya hanya karena ingin membicarakan sesuatu.
Ingin Luis bertanya lagi guna memastikan, tapi pertanyaannya pasti akan lebih panjang dan sepertinya satu halaman di buku yang ia pegang, Luis rasa tidak akan cukup. Lagi pula, ia tidak ingin terlalu mengungkit urusan pribadi Tanya meski dirinya masih penasaran. Hal itu mungkin akan membuat Tanya merasa tidak nyaman.