Love, Live, Alone

162 17 1
                                    

"Kau tahu, Daddymu masih terlihat sangat tampan walau usianya sudah tidak muda lagi." Kata Irina di perjalanan pulang seusai makan malam bersama kedua orang tua Tanya, sementara Tanya hanya berdeham.
"Jangan macam-macam, Irina!" Balas Tanya memperingatkan.
"Aku hanya bercanda! Tapi memang Mr. Skinner itu sangat tampan." Balas Irina.
"Tunggu sampai kau lihat foto kakekku." Ujar Tanya seraya tertawa renyah.
"Apa dia tampan juga?" Tanya Irina penasaran.
"Ya, tentu saja! Keturunan Skinner memang selalu tampan." Sahut Tanya.
"Ya, tak salah jika kau juga sangat cantik sampai-sampai Ken menguntitmu." Kata Irina.
"Ew! Pria itu lagi, aku tidak tahu tujuannya sebenarnya untuk apa. Tapi aku tidak perduli." Kata Tanya menoleh ke kanan dan kiri seraya menyetir guna mencari sesuatu.

"Dia tahu hubunganmu dengan, ehm... seseorang itu adalah palsu, jadi dia berusaha mencari bukti untuk menunjukannya kepada kedua orang tuamu. Dengan begitu Ken bisa menjadi calon suamimu lagi." Jelas Irina panjang lebar setelah ia tahu motif dan tujuan pria itu langsung dari mulut Ken sendiri.
"Mengerikan! Tapi sepertinya semua usahanya sia-sia." Balas Tanya, Irina mengangguk membenarkan.
"Lagi pula, apa yang membuat dia berpikir jika kedua orang tuamu akan memilihnya kembali menjadi calon suamimu?" Ujar Irina tak habis pikir.
"Mungkin Ken berpikir kedua orang tuaku bisa disogok dengan sekotak kue." Kata Tanya, kedua wanita itu tertawa terbahak.

"Dia belum lihat Ayahku saat marah, itu lebih mengerikan dari pada berhadapan dengan seekor singa." Kata Tanya di sela tawanya.
"Ya, Ayahmu terlihat mengerikan tapi sangat tampan!" Ujar Irina yang kembali membuat Tanya menggelengkan kepala.
"Tanya, apa yang kau cari?!" Tanya Irina saat melihat wanita itu menoleh ke kanan dan kiri dengan memelankan kendaraan yang ia kendarai.
"Aku sedang mencari kedai burger." Sahut wanita itu.
"Apa?! Kita baru saja makan malam setelah aku memakan spagetti buatanmu, dan sekarang kau ingin aku makan lagi? Apa kau mencoba membuatku gemuk?" Protes Irina yang hanya ditanggapi Tanya dengan senyuman.

"Kau adalah tamuku, sudah seharusnya aku menjamumu." Balas Tanya.
"Kau beruntung menjadi wanita yang tidak mudah gemuk walaupun makan sebanyak apapun, tidak sepertiku. Aku harus menjaga pola makanku dengan ekstra." Irina terus mengomel di sepanjang jalan tanpa Tanya gubris, ia hanya peduli dengan perutnya yang meminta terus diisi.
"Well, lucky for me!" Sahut Tanya begitu ia mendapatkan sebuah kedai drive thru dan berbelok ke arahnya.
"Kau mau memesan sesuatu?" Tawar Tanya, Irina menggeleng dengan wajah masam yang membuat Tanya ingin tertawa.
"Baiklah, jangan meminta punyaku nanti." Balas Tanya, wanita itu memesan kentang ukuran besar dan sebuah burger serta minuman soda.

Saat pesanan Tanya sudah diberikan, Irina dapat mencium aroma makanan yang menguar selama di dalam mobil dan berhasil membuat liurnya hampir menetes.
"Kau memang penggoda ulung, Tanya!" Cecar Irina lalu mengambil kentang goreng milik Tanya dan memakannya.
"F*ck Diet!" Umpat Irina yang berhasil membuat Tanya tertawa girang, kedua wanita single serta mandiri itu terlihat sangat menikmati kehidupan mereka. Jauh dari kata kekangan dan tidak ada pacar pria yang selalu bertanya dimana keberadaan mereka serta tak henti-hentinya menelpon. Tanya menyukai hidupnya yang seperti ini, sementara Irina memang sudah terbiasa hidup bebas dan sendiri.

Berkeliling mengitari kota Los Angeles, melihat tempat-tempat dimana dulu Tanya dan Irina selalu menghabiskan waktu. Ada beberapa perubahan di berbagai tempat ke arah yang lebih baik, sebuah kafe dan taman. Tempat-tempat itu banyak mendapat perbaikan hingga menjadi lebih indah dari yang dulu, bahkan sekarang lebih ramai terutama di malam hari seperti ini oleh pasangan kekasih.
"Kau tahu, teman-teman sebaya kita bahkan yang usianya jauh di bawah kita sudah memiliki pasangan dan menikah." Ujar Irina ketika kendaraan mereka berhenti di sebuah taman.
"Ya, aku bertemu dengan salah satu dari mereka ketika aku berkunjung kemari." Sahut Tanya merebahkan kepalanya di sandaran kursi.

"Apa kau ingin menikah, Tanya?" Tanya Irina membuka percakapan yang dalam, berusaha mengulik hati dan perasaan sahabatnya itu saat ini. Dan berharap wanita cantik itu dalam keadaan baik-baik saja.
Tanya menggeleng lemah, "tidak untuk saat ini, aku mencintai kesendirianku!" Kata Tanya, terdengar jujur di telinga Irina. Ia mengerti keadaan Tanya sebelum ini, wanita itu masih berusaha keluar dari zona gelap yang berhasil membuatnya terpuruk beberapa waktu lalu.
"Apa kau sekarang sudah baik-baik saja?" Tanya Irina lagi, mereka saling memandang satu sama lain. Tanya tersenyum menyadari sahabatnya itu ternyata masih sangat perduli kepadanya.

My Black Man (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang