Kring.... Kring....
Kedua mata Tanya terbuka secara reflek saat mendengar alarm jam yang ada di atas nakasnya, menekan tombol atas jam digital tersebut guna menghilangkan suara berisik yang mengganggu. Hari baru telah tiba dan kembali ke kesibukan bak sebuah robot yang telah diatur sedemikian rupa agar terus memikirkan pekerjaan dan pekerjaan.
Rutinitas Tanya dimulai setelah dua hari kemarin dirinya telah menghabiskan waktu akhir pekan bersama sahabatnya, kini ia harus kembali pada kesibukan yang mungkin akan membuat kepalanya terasa terbakar. Belum lagi hari ini adalah hari yang super sibuk, Tanya harus mengadakan pertemuan untuk beberapa hari ke depan sampai semua hal beres.Membuka piyama tidur lalu mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya saat berada di kamar mandi, setelah acara mandi yang singkat Tanya memasuki walk-in-closet guna mencari pakaian formal yang menarik untuk hari ini. Terbiasa dengan cardigan, kini wanita berusia tiga puluh lima tahun itu memilih sebuah dress formal berwarna solid, memadukannya dengan heels kantor serta tas jinjing keluaran merk ternama. Seperti biasa tampilannya selalu memukau ditambah dengan make up minimalis di wajah cantiknya, aksesoris seperti kalung serta sebuah cincin melingkar indah di leher jenjang dan jemari indahnya. Tak lupa ia selalu mengenakan jam tangan guna mengatur waktu dengan baik di sela semua kegiatannya yang padat.
Tanya keluar dari kamar menuruni tangga, menuju pantry dan membuat secangkir kopi hangat yang dapat menambah rasa percaya dirinya hari ini. Membuat sarapan lalu duduk seorang diri di kursi makan seperti hari-hari biasanya, roti isi dengan secangkir kopi memang sangat nikmat jika disajikan di pagi hari. Terkadang Tanya selalu ingin meminum kopi guna menambah inspirasinya setiap hari, tapi ia sadar bahwa tak terlalu baik jika mengonsumsi kopi terlalu sering untuk kesehatannya. Karena Tanya tak ingin mati konyol sendirian di rumah besar ini karena sebuah penyakit, Tanya berusaha mengubah pola hidupnya saat ini. Tak ada alkohol dan rokok lagi, hanya kopi dan beberapa gelas bir yang tak mengandung alkohol tinggi.
Setelah selesai dengan rutinitas pagi, Tanya menyambar tas hermes berkin miliknya lalu keluar dari dalam rumah tanpa lupa mengunci rumah itu terlebih dahulu. Ia melajukan audy hitamnya menuju sebuah bangunan kantor yang tidak semewah tempatnya bekerja dulu di New York, gaya Los Angeles memang sedikit klasik tapi tetap nyaman. Bangunan yang hanya memiliki tiga lantai tersebut sangatlah luas, tidak ada huruf 'S' di sana. Kini perusahaan keluarga Skinner itu memang tak semewah ketika Axton dan Nando yang memegang kendali penuh, sekarang Nando ingin semuanya lebih sederhana dan lebih mengutamakan produktifitas di atas segalanya.
Tanya memakirkan kendaraannya di tempat parkir, keluar dari dalam mobil dengan anggun ketika heelsnya begitu serasi dengan kaki jenjang nan mulusnya. Tanya membuka kacamata saat memasuki gedung perkantoran milik Ayahnya itu, deretan mobil mewah telah terjajar rapi di parkiran menandakan semua investor telah tiba di dalam sana dan beberapa petinggi perusahaan yang ingin memindah kantor yang ada di New York. Benar saja, kantor dipadati dengan pria berjas rapih serta bersetelan mewah. Ini kali pertama ia memimpin perusahaan keluarga Skinner, Tanya tak mengira jika Ayahnya akan datang ke kantor hari ini. Ia pikir pria itu akan membebankan semua hal kepada Tanya yang baru saja bergabung di perusahaan ini.
"Hai, Sweetheat! Kau terlihat cantik hari ini." Puji Nando seraya memeluk putrinya itu, memang wanita itu sangat cantik dan sangat wangi pagi hari ini. Rasanya mustahil jika tidak ada yang melirik ke arah wanita berparas bak Dewi Yunani dan tubuh yang ideal itu, hanya saja mungkin tidak ada yang berani mendekati wanita sedingin salju dan bermulut ketus itu.
"Terimakasih, Dad! Dan terimakasih sudah datang!" Sahut Tanya, Nando hanya mengangguk seraya merangkul pinggul putrinya itu guna memperkenalkan calon penerus usaha keluarga Skinner kepada setiap kolega, rekan bisnis serta beberapa investor."Dad, aku bukan penerusmu!" Bisik Tanya memprotes perkataan Ayahnya saat mengatakan bahwa wanita itu adalah penerus usaha keluarga satu-satunya.
"Kenyataannya memang seperti itu." Balas Nando.
"Bagaimana jika aku menolak?" Kata Tanya, Nando hanya bisa menghembuskan nafas kasar sambil merangkul bahu putrinya.
"Bisakah kita tidak berdebat hal ini sekarang? Kau punya hari yang besar serta beberapa presentasi Tanya." Kata Nando, entah hanya karena menghindari percakapan itu atau memang Nando ingin Tanya fokus pada satu tujuan hari ini. Yaitu menarik para investor untuk tetap menanamkan sahamnya di perusahaan Nando setelah perpindahan pusat perekonomian perusahaan mereka ini.