Pagi hari, saat Luis pergi bekerja ada rasa keraguan di hatinya. Langkahnya begitu pelan saat berjalan kaki menuju bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya itu, di saat semua orang menyukai aroma gaji di setiap bulannya. Dan seharusnya Luis merasa bangga akan posisinya yang berada dekat dengan sang CEO.
Tapi setelah kejadian kemarin, Luis menjadi takut untuk kembali ke tempat itu. Memegangi tas kerjanya dengan erat seraya menegak salivanya sendiri, berada di dalam lift yang hampir penuh ketika jam kerja akan dimulai. Luis merasa sebentar lagi Tanya akan memberinya banyak pertanyaan tentang hal kemarin, dan Luis tidak tahu harus menjawab apa.
Apalagi setelah ia menitipkan laporannya kepada Alfred, wanita itu pasti akan bertanya. Lift terbuka membawa Luis ke dalam sebuah lantai paling atas gedung perkantoran tersebut, sudah ada Alfred berada di meja kerjanya seraya menenteng segelas mug yang Luis duga adalah kopi, aromanya tercium wangi di indera penciuman Luis.
"Kau berada dalam masalah besar!" Ujar Alfred yang jahil ketika Luis melewati meja kerjanya, sementara pria itu mendudukan diri seraya menghembuskan nafas panjang. Raut wajahnya tak terlihat khawatir, tapi di dalam hati Luis benar-benar sangat takut untuk menghadapi Tanya.
"Apa katanya kemarin?" Tanya Luis yang melihat map laporan hariannya ada di meja kerjanya dan belum ditanda tangani oleh wanita itu."Dia mengamuk, katanya kenapa bukan kau saja yang mengantar laporan itu." Balas Alfred memberitahu Luis, dada Luis terasa naik-turun sekarang ini. Melirik ke arah pintu yang masih tertutup rapat karena pemiliknya belum tiba.
"Menurutmu dia akan memecatku?" Tanya Luis lagi.Alfred mengerdikan bahu, "mana aku tahu! Tapi mungkin tidak, mengingat kau adalah sekertaris favoritnya."
"Favorit?" Luis mengernyitkan kening.
Alfred mengangguk seraya menyesap kopi paginya yang terasa nikmat, "ya, karena kau cekatan dan pekerja keras. Terlebih kau memiliki paras tampan dan kulit kecoklatan, tidak sepertiku." Tukas Alfred yang semakin membuat kening Luis berkerut.Luis pikir Tanya bukanlah wanita atau bos yang seperti itu, terlihat sekali bagaimana sikap dan perilaku Tanya selama Luis bekerja untuknya. Tanya tidak pernah membedakan warna kulit atau ras, yang Luis dapat simpulkan mengapa Tanya selalu memarahi Alfred adalah karena rekan kerjanya itu gemar mengacau.
"Tidak mungkin, ada-ada saja kau!" Kata Luis mengabaikan hal tersebut lalu memulai pekerjaannya."Ya sudah kalau kau tidak percaya!" Sahut Alfred lalu beranjak dari tempat duduknya menuju pantry, menurut Alfred bosnya itu memiliki ketertarikan sendiri dengan pria berkulit coklat. Terbukti pada seorang pria yang pernah mendatangi wanita itu ke kantornya, yang katanya adalah teman Tanya dan Alfred telah salah membuat laporan ke pihak kepolisian.
Teman atau sesuatu...
Alfred terkikik geli saat mengingat hal itu, terlebih ia baru mengetahui sekarang ini jika pria itu adalah seorang bartender di salah satu restoran milik keluarga Skinner. Benar-benar kebetulan yang mengejutkan.
Sementara Luis masih duduk di kursinya pagi ini.Biasanya ia akan membuat dua cangkir kopi untuk dirinya dan satu lagi untuk Tanya, tapi pagi ini untuk berdiri saja Luis merasa takut. Padahal Tanya tidak berbuat apapun kepadanya, hanya Luis saja yang merasa aneh semenjak kedua matanya tergoda oleh kaki jenjang milik bosnya itu.
Tak lama kemudian, suara lift terbuka. Tiba-tiba saja jantung Luis berpacu lebih cepat dari biasanya mendengar suara lift tersebut, tak berani menoleh siapa seseorang yang baru saja tiba di lantai gedung yang ia huni ini. Namun dari suara ketukan heels yang Luis dengar, suara langkah itu adalah milik seseorang, bosnya..
Luis masih belum berani melihat dan hanya tertunduk memerhatikan layar komputernya yang terasa tidak menarik dari suara ketukan kaki tersebut, Tanya menyipitkan kedua matanya saat ia melewati meja kerja milik Luis. Wangi aroma lavender menguar begitu saja ke indera penciuman Luis saat wanita itu melewatinya, seolah menggoda Luis untuk melihat sang pemilik tubuh tersebut.