Stalker

119 15 0
                                    

Renovasi dilakukan, ditambah beberapa lantai yang akan dibagi menjadi tempat berbagai macam divisi dan bidangnya masing-masing. Hampir rampung selama satu bulan ini semua berjalan dengan baik, gagasan Tanya benar-benar bisa memuaskan para investor. Pembangunan hotel dan restoran baru telah selesai dan akan segera dibuka untuk bisnis, Tanya sebenarnya tidak ingin melakukan perayaan untuk membuka hotel sekaligus restoran baru itu. Tapi sepertinya para investor dan rekan bisnis Ayahnya menginginkan perayaan guna menarik pelanggan tentunya, dan sebagai CEO tentu Tanya harus mengatur semuanya dan turut andil dalam perayaan tersebut.
"Kapan perayaannya bisa kita adakan, Al?" Ujar Tanya kepada sekertarisnya Alfred.

Pria itu berdiri tak jauh dari kursi kebesaran dimana Tanya duduk menyilangkan kaki melihat Alfred yang sibuk dengan i-pad yang ada di tangannya.
"Minggu ini, Miss! Jika kau berkata demikian, aku akan membuat jadwal dan mempersiapkan semuanya. Termasuk undangan serta hidangan di resto yang akan menarik pelanggan tentunya." Jawab Alfred, Tanya menganggu, Alfred sebenarnya tidak bodoh. Hanya saja terkadang sedikit menjengkelkan, kali ini usulan pria itu terdengar benar di telinga Tanya.
"Baiklah, kau persiapkan segalanya. Jika ada kesulialtan, kau bisa meminta bantuanku. Aku akan selalu ada di sini!" Ujar Tanya.
"Baiklah, Miss!" Pria itu kemudian pergi dari ruangan Tanya.

Sementara wanita itu memijit dahinya sendiri saat sakit kepala melanda, kesibukan ini benar-benar membuat tidurnya tidak teratur hingga kedua kantung matanya menghitam meski Tanya berusaha menutupinya dengan make up. Beruntung semuanya hampir mendekati selesai, tinggal menunggu restoran diisi dengan segala perabotan dan perayaan yang akan menutup kesibukan Tanya.
"Hah..." ia menghela nafas panjang, tak sabar rasanya merebahkan diri di atas ranjang sepanjang hari ketika akhir pekan. Karena beberapa minggu ini Tanya tak dapat mengambil akhir pekannya dengan baik, ia harus bekerja dan terus bekerja meskipun di rumah. Ingin meminta bantuan kepada Ayahnya, tapi rasanya Tanya tak tega jika harus mengganggu pria tua itu ketika masa kerjanya sudah habis.

Pada akhirnya Tanya mengorbankan hari-harinya untuk menyelesaikan semuanya, dengan cepat tanpa membuang-buang waktu. Ketika semuanya selesai mungkin ia akan mengambil cuti selama beberapa hari guna mengistirahatkan kepalanya, berjemur di pinggir pantai di belakang halaman rumah orang tuanya pasti lebih baik. Hari makin mendekati hari perayaan, Tanya mengunjungi restoran dan hotel yang akan menjadi resto dan hotel termewah di Los Angeles. Semua sudah tertata rapi begitupun dengan beberapa karyawannya, sebagian merekrut karyawan baru dari kota ini dan sebagian lagi membawa karyawan yang ada di New York guna memastikan peraturan lama masih berlaku.

Tanya cukup senanh dengan pekerjaan seluruh karyawannya, ia bahkan tidak tahu jika salah satu restoran di New York adalah milik Ayahnya juga. Nando tidak pernah berbicara tentang hal itu kepada Tanya, Tanya berkeliling di sepanjang hotel yang luasnya tak kira-kira. Fasilitas kolam renang dan gym serta sebuah klub malam yang memiliki banyak bar, minuman ternama milik keluarga Skinner pun turut ditawarkan di sana. Bagai mendapat dua jackpot sekaligus ketika Ayahnya memiliki sebuah restoran dan sebuah club dimana ia bisa menjual minumannya juga. Saat Tanya berkeliling ditemani oleh Alfred di sampingnya, ia melihat banyak karyawan yang mengenakan seragam kemeja putih dengan celana hitam.

Beberapa adalah hotel keeping dan peramu saji, ada beberapa chef dan koki serta resepsionis. Dan di balik kumpulan koki serta chef juga terdapat beberapa bartender yang akan bekerja langsung di bawah pimpinan Tanya, terkadang saat Tanya berkeliling ia merasakan sesuatu yang aneh di balik leher belakanhnya. Seolah ada sesuatu yang mengganjal di sana tapi saat Tanya berbalik badan, tak ada apapun di sana. Tanya mengernyitkan dahi, menggeleng lemah lalu melanjutkan perjalannya melihat restoran keseluruhan.
"Kau baik-baik saja, Miss?" Tanya Alfred yang melihat bosnya itu bertingkah sangat aneh, mungkin karena wanita itu bekerja terlalu keras belakangan ini.

Alfred memakluminya, mengajak Tanya berkeliling restoran dan memesan minuman di sebuah bar. "Duduklah dulu, Miss!" Ujar Alfred, Tanya hanya mengangguk. Karena sepertinya semua pelayan sedang sibuk mengatur perabotan, Alfred memutuskan pergi ke bar seorang diri demi memesan dua gelas minuman untuk dirinya dan juga bosnya. Cukup lama Tanya menunggu, membuat wanita itu tak sabar menunggu terlalu lama dan ingin menyusul Alfred.
"Ini dia!" Ujar seorang pria secara tiba-tiba yang berhasil membuat Tanya terkejut, ia melihat Alfred membawakan dua gelas anggur untuknya sendiri dan juga Tanya. Wanita itu kembali mendudukan diri setelah minumannya telah tiba di meja.

My Black Man (book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang