Tanya mengantar Irina kembali ke hotel hanya sampai parkiran saja, ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria yang mulai banyak bicara semenjak bukan menjadi Submissive Tanya lagi. Irina mengerti akan hal itu, kedua wanita yang sudah sersahabat sejal kecil itu saling berpelukan satu sama lain di dalam mobil.
"Aku akan merindukanmu..." ujar Irina yang dibalas senyuman hangat dari Tanya.
"Aku juga akan merindukanmu, Ir! Maaf tidak bisa mengantarmu besok pagi ke bandara, jadwalku lebih padat dari biasanya sekarang ini." Kata Tanya.
"Tidak apa, aku mengerti. Aku hanya berpesan untuk menjauhi pria itu sebisa mungkin, sepertinya dia mulai bersikap aneh semenjak hubungan kalian berakhir. Dan aku rasa dia bisa saja bertindak nekat. Hati-hati, Tanya!" Seru Irina mengingatkan Tanya, wanita itu mengangguk mengerti. Dirinya pun kini khawatir akan hal itu, khawatir jika Don membongkar semua rahasia termasuk hubungan gelap yang pernah mereka jalani dulu kepada semua orang, terutama semua karyawan Tanya.
"Baiklah." Sahut Tanya, setelah itu Irina keluar dari dalam mobil Tanya memasuki hotel. Tanya segera meninggalkan area hotel untuk kembali ke kantor, walau ada sepasang netra kebiruan dari balik jendela kaca yang memerhatikan kendaraan yang ditumpangi oleh Tanya melaju meninggalkan tempat itu. Tanya dapat merasakan jika pria itu pasti melihatnya dari dalam hotel.
Entah perasaannya saja, atau memang hal itu memang terjadi. Tanya berusaha membuang pemikiran tersebut sebelum ia menjadi benar-benar gila karena terus memikirkan hal itu, ia kembali ke kantor dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari hotel. Tanya memasuki bangunan perkantoran yang saat ini sudah lebih tinggi dan lebih luas dari sebelumnya.
Ada banyak karyawan yang menegur sapa Tanya dengan ramah, seperti biasa hanya dibalas senyum dingin tanpa sapaan balik dari wanita sedingin es itu. Ia menuju lift dan menekan tombol paling atas gedung perkantoran tersebut, ketika lift berhenti pintu terbuka dan Tanya segera menuju ruangannya.
Sebelum masuk ia sempat meletakan sekantung makanan di atas meja kerja Alfred, pria yang masih sibuk bekerja itu pun terdiam ketika bosnya yang baru saja tiba entah dari mana, meletakan sebuah kantung dengan aroma rempah-rempah yang sangat kuat. "Makanlah dulu, pekerjaanmu bisa ditunda nanti." Kata Tanya yang langsung memasuki ruangannya begitu saja.
Alfred yang masih bingung segera meletakan gagang telepon dan membuka bungkusan tersebut, seprosi makanan cina di dalam kotak makanan styrofoam dengan asap masih mengebul saat Alfred membukanya. Ia baru saja selesai makan siang, tapi makan siangnya terganggu oleh pekerjaan yang bertubi-tubi datangnya sehingga Alfred tidak dapat menikmati makan siangnya.
Pria itu melirik ke arah kanan dan kiri, terlihat sepi saat semua orang sedang sibuk bekerja. Alfred ingin ke pantry dan memakan makanan yang baru saja dibawa oleh Tanya itu dengan aroma yang berhasil mengguggah seleranya, lagi pula hari ini tidak ada kunjungan. Bosnya Tanya juga tidak memiliki tamu yang harus ditunggu oleh Alfred.
Dan lagi, bosnya sendiri yang menyuruh Alfred untuk makan bukan? Maka dengan senang hati Alfred akan melakukannya, ia membawa kotak makanan tersebut menuju pantry meninggalkan tugas-tugasnya. Alfred ingin memanjakan diri sejenak sampai Tanya menemukan seorang sekertaris baru untuk membantu semua pekerjaannya.
Sementara Tanya di dalam ruangannya, kembali ke pekerjaan seraya membantu pekerjaan Alfred. Ia membuka sebuah laman dimana Tanya membuka lowongan pekerjaan untuk posisi sekertaris kedua, terlihat ada ribuan orang yang berminat menempati posisi tersebut. Tanya cukup senang melihat ada banyak orang yang ingin bergabung dengannya, walau harus disayangkan Tanya hanya memilih satu orang dari ribuan pengalaman yang masuk kepadanya.
Karena terlalu banyaknya pelamar, Tanya membuka sesi kedua dimana tes akan diadakan secara online. Beberapa pertanyaan akan Tanya ajukan di sana, dan yang lolos akan memasuki babak interview yang akan langsung dilakukan oleh Tanya sendiri. Tanya terlalu fokus akan pekerjaannya sendiri di ruangannya.