Ragu, itu yang dirasakan Ilham sekarang. Ya, dia ragu dengan perasaannya. Sebenarnya dia ini hanya kagum atau memang cinta, dia tak tahu.
Dia selalu melaksanakan shalat tahajud untuk meminta petunjuk pada allah swt, meminta keyakinan untuk hatinya.
Malam saat Reva koma, dia datang lagi untuk melihat keadaan Reva, sendiri.
"Assalamualaikum"
"Saya datang lagi"
Ilham duduk dikursi samping Reva, dia menyandar pada kursi menatap pada Reva yang tertidur dengan beberapa alat menempel pada tubuhnya.
"Maaf karena saya telat menolong saat penculikan terjadi, padahal saya ada disitu"
"Saat bangun nanti, kamu boleh memukul atau menendang saya seperti yang pernah kamu lakukan"
"Saya berencana melanjutkan kuliah di luar negeri, saya akan berangkat seminggu lagi. Jadi, cepat lah bangun. Agar saya bisa meminta maaf dan juga saya ingin membicarakan sesuatu yang penting"
"Saya juga ingin mengucapkan selamat. Selamat karena telah memenuhi fikiran saya (batin)"
"Saya lihat, mafia yang menculikmu itu begitu menjagamu, dia sepertinya memiliki perasaan denganmu"
"Salah satu temanmu juga terlihat memiliki perasaan denganmu. Kamu ternyata berbakat menarik hati para lelaki ya"
"Jika saya menjadi salah satu dari mereka, kira-kira bagaimana tanggapanmu? Apakah kamu menerimanya?"
"Tapi melihat respon keseharian mu pada saya, saya ragu jika kamu menerima"
"Saya memang ragu dengan perasaan antara kamu dengan Fatimah, tapi kamu lebih mendominasi. Saya pikir itu hanya kagum, tapi apa benar hanya sekedar kagum?"
"Entahlah. Saya tak dapat menentukannya"
"Apa nama yang tepat untuk perasaan itu?"
Ilham tahu jika Reva mendengarkan semua ucapannya, dia sengaja mengucapkannya sekarang. Karena dia akan pergi ke negeri orang, jadi ini adalah kesempatannya, dan belum tentu saat kembali nanti Reva masih mengingatnya.
Ilham melihat kearah jam tangannya, waktu besuk sudah hampir habis, dia harus segera keluar.
"Saya permisi, semoga allah menghindarkan kamu dari segala marabahaya. Assalamualaikum"
Ilham pamit, lalu keluar dari ruangan ICU tempat Reva dirawat.
....
"Jadi gimana?" Tanya Abi
"Maaf Ilham mengecewakan. Tapi Ilham tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, Ilham takut membuat Fatimah kecewa dan sakit hati karena Ilham" Ilham
Umi dan Abi menghela nafas mendengar keputusan putra sulung mereka, jika begini, mereka tak akan bisa memaksa. Karena anak mereka lah yang akan menjalani, mereka hanya bisa mendukung.
"Baiklah, Abi menerima keputusan kamu. Abi yakin kamu sudah memikirkannya secara matang" Abi
"Terima kasih Abi, Umi" Ilham
"Nanti malam kita kerumah mereka, kita akan memberitahu mereka tentang keputusan kamu" Abi
"Kamu juga harus menjelaskan alasan kamu menginginkan pembatalan ini, terutama pada Fatimah" Umi
"Iya Umi" Ilham
....
Malam harinya, Ilham dan keluarga mengunjungi kediaman Fatimah dengan tujuan membatalkan perjodohan yang sudah sampai pada tahap pertunangan.
Setelah acara makan bersama, barulah Ilham menyampaikan tujuan mereka datang.
"Maaf om, maaf tante, dan Fatimah. Ilham mau memutuskan pertunangan ini"
Keluarga Fatimah tentu terkejut saat mendengar ucapan itu, terutama Fatimah.
"Kenapa?, apakah ada sesuatu?" Tanya Abi Fatimah
"Ilham sadar, perasaan Ilham ke Fatimah itu perasaan sayang sebagai adik. Ilham gak mau buat Fatimah kecewa atau sakit hati" Ilham
"Perasaan akan tumbuh karena terbiasa Ilham" Umi Fatimah
"Ilham terbiasa dengan Fatimah, dan selama itu juga ilham terbiasa dengan rasa saudara, bukan pasangan" Ilham
Semua diam mendengar jawaban Ilham, hingga Fatimah angkat suara.
"Fatimah setuju" ujarnya
Semua pandangan mengarah padanya,
"Umi, Abi. Perasaan itu gak bisa dipaksa, jika pertunangan ini tetep lanjut tanpa keikhlasan dua pihak, ujung cerita hanya ada kata perpisahan" Fatimah
"Fatimah, kamu yakin?" Abi Fatimah
"Yakin Abi, Fatimah gak mau maksa perasaan sayang sebagai adik Ilham berubah jadi sayang sebagai pasangan hidup. Ini yang jalanin kita" Fatimah
"Bagaimana dengan perasaan kamu?" Abi Fatimah
"Perasaan bisa hilang ditelan waktu, apalagi pada orang yang bukan jodohnya. Fatimah bisa kok" Fatimah
"Fatimah, saya minta maaf" Ilham
"Kamu gak salah, aku yakin kamu udah mantepin hati dan mikirin ini semua bener-bener" Fatimah
"Yasudah, karena Fatimah sudah memberi keputusan, kami sekeluarga menerima pemutusan pertunangan ini" Abi Fatimah
"Terima kasih Abi, terima kasih Umi, dan terima kasih Fatimah" Ilham
"Meski pertunangan ini telah putus, saya harap tali silaturahmi tak ikut putus" Abi Ilham
"Tentu saja" Abi
....
Hari ini, dua hari sebelum keberangkatan ke Prancis untuk melanjutkan kuliah, Ilham mendengar kabar jika kondisi Reva menurun dan diterbangkan ke luar negeri untuk pengobatan lebih lanjut.
Khawatir, tentu saja. Ilham merasa Reva ini jika ada masalah, pasti selalu terluka. Seperti sudah menjadi langganan.
Dia mendapat kabar ini dari anak buahnya yang ditugaskan untuk mengawasi di Rumah Sakit tempat Reva dirawat. Reva diterbangkan ke New York tadi malam, tapi untuk lokasi Rumah Sakitnya, Ilham belum tahu Reva akan dibawa kemana.
"Semoga ini adalah terakhir kalinya kamu terluka" Doa Ilham
....
Hari keberangkatannya, Ilham diantar ke Bandara oleh Abi, Umi, dan Vino adiknya.
Ilham mendapatkan penerbangan pagi, dia sudah berpamitan pada keluarga, dan juga teman-temannya.
Ilham pergi untuk melanjutkan pendidikannya, dan untuk belajar mengikhlaskan Reva.
Ini part khusus buat yang nanya Ilham kemana, ilham jadinya sama siapa.
Ilham ke Prancis nyari cewe
Ilham gak jadi sama Fatimah ya.
Maaf kalo singkat:)
KAMU SEDANG MEMBACA
VERA or REVA [TERBIT]
خيال (فانتازيا)⚠ BANYAK TYPO BERTEBARAN [ PART SUDAH TIDAK LENGKAP ] Vera Novya Syakilla gadis cantik, memiliki IQ diatas rata-rata, cuek kalo baru kenal, gak pekaan, hangat kepada sahabat dan keluarga. Anak tunggal dari keluarga sederhana. Selalu ingin memiliki k...