"Sudah kembali ke thailand?!".
Teriak helen ketika dia berhasil menghubungi sang mantan suami.
"Beliau sudah banyak pekerjaan. Tapi jangan khawatir, beliau pasti akan kembali lagi. Urusan ini belum selesai. Pembatalan kontrak yang beliau ucapkan tidak berarti apapun. Yang berhak membatalkan hanya tuan muda blizzard dan tuan albrecht".
"Tsk, persetan dengan perjanjian!. Aku butuh mengambil sesuatu darinya!".
"Perjanjian kontrak?. Tenang saja, dia membawanya. Dia masih memikirkannya. Tuan muda kami tak akan membuang kontrak itu".
*peep*
Percakapan itu diputus begitu saja oleh helen.
"Oh god...., bagaimana ini?". Helen terlihat sangat frustasi ketika mengetahui bahwa cucu tuan albrecht telah kembali ke negara domisilinya.
"Helen". Panggil blizzard.
"Ya tuan muda?". Helen menoleh dan mendapati sang tuan muda terlihat tak kalah stress.
"Begini, kurasa aku akan pulang ke thailand".
"Hah?".
"Saat ini tuan albrecht sedang tak bisa dihubungi begitupula dengan cucunya. Jadi, aku akan mempercepat kepulanganku dulu. Sembari aku disana, aku serahkan rumah padamu na. Jika tuan albrecht ada informasi, tolong segera kabari aku".
"Baik tuan muda". Ucap helen dengan intonasi sangat menyesal.
"Ei...jangan memasang ekspresi seperti itu".
"Tapi ini terjadi karena kebodohan saya".
"Well..., sudahlah. Ini mungkin sudah waktunya aku pulang. Semenjak aku pindah ke amerika, aku tak pernah kembali ke sana walau study ku telah lama usai. Setelah lebih dari 5 tahun mungkin memang ini sudah diatur oleh takdir".
Mata helen tiba tiba menjadi berkaca kaca dan air matanya nyaris menetes.
"Oi.... kenapa malah menangis?". Blizzard memeluk wanita yang telah bekerja sebagai asisten pribadinya itu erat.
"Saya tau jika tuan muda kembali ke thailand, ada kemungkinan tuan muda tidak bisa kembali lagi ke sini. Sedangkan semua mimpi besar dan karya karya tuan muda ada disini. Saya sudah merusak karir tuan muda blizzard". Helen menangis senggugukan.
"Sudah... sudah...., ini tak seburuk itu. Setelah aku mendapatkan cincin kakekku dan menyerahkannya kepada nenek. Aku akan menemukan cara untuk kembali ke sini".
"Hmn". Helen mengangguk sembari membalas pelukan blizzard.
********
*Beberapa hari kemudian*
"Hmn?".
Pagi ketika german bersiap berangkat, dia mendapati ada pesan dari nomer asing ke ponsel khusus yang dia gunakan untuk komunikasi dengan keluarga dari pihak ibunya.
Semenjak dia kembali ke thailand, dia mematikan ponsel itu dan baru menyalakannya karena tak ingin terus terusan diteror kakeknya dan philiph.
"Halo tuan muda Qenn. Maaf mengganggu waktu anda. Tapi ada sedikit kesalahpahaman dipertemuan anda dengan asisten pribadi saya helen".
"Saya sungguh sangat menyesali kejadian ini, namun hadiah yang helen serahkan pada anda diperuntukkan untuk orang lain. Karena itu, bisa saya mengambil kembali barang tersebut?" .
"Oh, si 'beliau' itu menghubungiku?".
German melirik ke arah cincin dan gelang yang berada diatas meja kecil didekat kasurnya.
YOU ARE READING
My Beautiful Fate. (End)
FanfictionAku akan membuktikan pada duniamu bahwa aku pantas. *lanjutan cerita dari 'the piravich triplet's diary'.