*german pov*
"Hiks... hiks.......".
Suara sesengguk seseorang menyadarkanku dari tidurku yang kuyakini cukup lama.
Perlahan aku membuka mataku.
"Oh shit!". Aku terkejut melihat siapa yang sedang tidur dan mencengkram leherku.
"P' storm?!".
"Fuck you german shepherd!. Akan ku bunuh kau!. Berani beraninya kau menghamili adikku!". Gumam p'stormy dalam tidurnya.
Melihat penampilannya dan aroma alkohol yang kuat darinya kurasa dia mabuk saat sedang tertidur.
Aku menggesernya dariku perlahan tak ingin dia bangun dan menikamku dengan pisau karena aku bisa melihat ada pisau dapur disalah satu tangannya dan bantal yang nyaris tak berbentuk seperti habis ditusuk berkali kali.
Jujur saja, p'stormy adalah orang kedua yang kutakuti setelah paman mean.
Mengapa?. Karena p'stormy memiliki pemikiran konstan yang unik. Artinya, dia akan melakukan apa yang dia dengar dan pikirkan saat itu juga.
Paman mean mungkin akan mengancam kemudian melakukan ancamannya, tapi yang satu ini akan menikamku tiba tiba jika dia merasa itu perlu.
"Oh, dimana ini?". Aku menyadari bahwa aku berada diruangan yang asing.
Tapi ketika aku melihat pajangan foto masa kecil sitriplet piravich dimeja dekat kasur, bisa kutebak ini kamar blizzard.
Aku bisa mencium aromanya dikamar ini.
Aku melirikkan mataku ke jam mendapati waktu menunjukkan pukul 7 dipagi hari.
Well, dimana cintaku berada?.
Dengan wajahku yang telah ditempeli plester, aku berjalan keluar kamar mencari belahan jiwaku.
Aku berjalan menuruni tangga rumah megah milik mean piravich itu mendapati begitu banyak foto dan piagam piagam penghargaan disana.
Bicara piagam, aku tak menemukan piagam atas nama blizzard terpajang.
Yah aku tak kaget, ketika p'gale dan p'stormy sibuk ikut kompetisi aku yakin kekasihku sibuk tertidur dikamarnya.
"Hehehe....". Aku menertawai isi pikiranku sendiri.
Aw ..... blizzard sangat menggemaskan saat masih kecil!!. Lihat pipi chubby dan matanya yang bulat itu!.
Dan lihat rambut hitamnya yang panjang!.
Itu adalah bayi paling menggemaskan yang pernah ku lihat!!
Shit!. Tanganku sangat gatal ingin mencuri semua foto masa kecil blizzard.
"Ekhem....". Suara seseorang memecah konsentrasiku.
"Selamat pagi paman plan".
"Itu, wajahmu baik baik saja?".
"Oh ini..., lumayan paman".
Tentu saja aku berbohong. Rahangku seperti mau patah!!.
"Maaf na,. Mean memang arogan pada orang luar. Tapi tenang saja, tak lama lagi kau akan menjadi bagian dari keluarga piravich. Sikapnya akan melembut padamu".
Paman plan menepuk bahuku pelan kemudian dia menatap ke foto foto yang dipajang di dinding rumahnya itu.
Sejenak aku diam menatap wajah paman plan. Aku menyadari betapa mirip paras paman plan dengan blizzard.
Yang berbeda hanya paman plan memiliki postur tubuh lebih 'feminim' dari blizzard.
Tiba tiba aku terpikir sesuatu.
YOU ARE READING
My Beautiful Fate. (End)
FanficAku akan membuktikan pada duniamu bahwa aku pantas. *lanjutan cerita dari 'the piravich triplet's diary'.