Pagi itu adalah beberapa minggu sebelum german dan blizzard melangsungkan pernikahan mereka.
Mereka makan bersama dikediaman mean piravich sembari membicarakan kapan tanggal baik untuk pernikahan dilakukan.
"Seminggu lagi!. Bagaimana?". Ucap nenek piravich dengan semangat yang tentu saja di dukung oleh nenek rathavit.
"Mengapa begitu buru buru?. Lihat wajah german masih begitu lebam. Apa tidak sebaiknya kita tunggu lebamnya sembuh baru pernikahan dilangsungkan?". Kakek piravich memberi opini.
Dia kurang setuju jika pernikahan itu dilakukan terburu buru.
"Bagaimana menurutmu rathavit?".
Kakek rathavit malah melirik kepada german.
"Bagaimana mau mu german?". Tanya kakek rathavit padanya.
"Sejujurnya saya lebih suka jika kami menikah secepatnya kek. Tapi apa yang kakek piravich katakan benar. Mungkin sebaiknya menunggu sampai lebam di wajahku hilang terlebih dahulu". Ucap german dengan jas serba hitam yang dia kenakan menambah kesan menakutkan dipenampilannya yang kini semakin terlihat seperti mafia.
Maksudnya.., banyangkan saja.
Selama lima tahun belakangan german tak terbiasa terlihat ramah.
Wajahnya cendrung memperlihatkan ekspresi datar dan marah.
Wajah lebam, minim senyuman dan pakaian formal serba hitam sungguh memberi kesan bahwa qenan albrecht tanapon baru saja kembali dari pertempuran besar.
"Dua bulan lagi. Itu cukup untuk mempersiapkan pernikahan dengan matang kurasa". Ucap mean.
"Maaf mean, saya sependapat dengan tuan piravich. Tapi mungkin jangan terlalu lama mengingat kandungan blizzard sudah menginjak dua bulan. Tidak kah lebih cepat lebih baik?". Kini kakek albrecht memberi opini.
"Bagaimana pendapat anda tuan siwat?". Tanya mean pada kakek buyut siwat yang sejak tadi lebih banyak diam mendengar.
"Jujur saja, saya pribadi berharap pernikahan ini secepatnya dilaksanakan mengingat kesehatan saya dan istri sudah tak sebaik dulu". Jelas kakek buyut siwat berharap keinginannya dipertimbangkan.
"Apa tiga minggu cukup kek?." Tanya plan pada kakek buyut siwat.
"Saya rasa tiga minggu adalah waktu yang tak terlalu lama namun juga tak terlalu cepat. Lebam german akan sembuh dan persiapan acara juga tak terkesan terburu buru. Bagaimana?".
"Saya rasa cukup". Kakek buyut siwat setuju.
Mereka saling menatap satu sama lain merasa opini plan adalah jalan tengah terbaik.
"Well, bagaimana menurutmu perth?. Jangan sampai ini kau jadikan alasan untuk tak hadir!". Ancam mean pada ayah dari german yang sejak tadi hanya diam menyimak.
"Kau tak ada dipernikahan ku perth, Jika kali ini kau tak hadir juga, acara akan dibatalkan saat itu juga!". Ancam plan.
Perth terdiam diposisinya tak diberi kesempatan untuk mencari alasan untuk menghilang.
Mata german, kakek al, dan kakek buyut siwat kini terpusat memohon padanya.
"Huft... ini sangat berat". Pikir german.
"Paman perth pasti hadir kan?". Mohon blizzard pada perth.
Mata perth bertemu tatap dengan mata blizzard.
"Hmn. Tentu paman hadir".
"Anakmu yang ini sialan!!". Mean kesal mendengar jawaban instan perth terhadap permohonan blizzard seakan blizzard lah anaknya.
YOU ARE READING
My Beautiful Fate. (End)
FanfictionAku akan membuktikan pada duniamu bahwa aku pantas. *lanjutan cerita dari 'the piravich triplet's diary'.