"Bagaimana mungkin sesuatu yang dipastikan telah sempurna dibuat sesuai aslinya menghasilkan hasil akhir yang jauh berbeda?". Gumam rum diperpustakaan.
Ini sudah hari ketiga dia membaca lebih teliti mengenai 'obat' yang harus mereka buka rahasia di dalamnya.
Namun anehnya dia dan semua para peneliti itu tetap tak tau dimana letak salahnya obat obat yang dibuat oleh pihak kedua itu.
Bahan aktif, komposisi, dan tekhnologi pembuatan yang sama persis harusnya menghasilkan obat yang sama dengan obat yang dibuat sang penciptanya.
*brak!*
Rum menyenderkan dirinya dikursi dan berpikir.
"Kurasa ada bagian terpenting yang 'mereka' tidak ketahui dalam 'obat' ini".
Dan nampaknya hanya rum yang cukup cerdas dan beruntung menyadari hal itu karena ketika para peneliti lainnya sibuk melakukan uji uji pada obat itu dilaboratorium, rum merasa menganalisa proses pembuatan obat dan laporan uji jauh lebih penting.
Well, bicara mengenai beruntung.....
"Oi nong rum.....". Sapa seorang pria yang sejak beberapa hari lalu muncul entah dari mana ke hadapan rum.
"P' blizz.......". Rum memberi salam sopan kepada pria yang awalnya tidak dia sadari lebih tua darinya.
Rum mengira blizzard berusia sekitar 21 tahun atau setidaknya berusia 24 tahun sepertinya.
Keberuntungan rum itu duduk dengan santainya di hadapannya dan membaca selembar kertas hasil hasil pengamatannya.
"Mari kita lihat apa saja yang kau temukan"."Woah... p' blizz terlihat sangat tampan jika dilihat dari dekat. Kulitnya sangat bersih dan bersinar. Aku tak percaya ada laki laki yang memiliki kulit seperti ini. Bukan hanya itu, tubuhnya juga......".
Tanpa sadar rum mengamati blizzard dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya.
Rum akui, eksistensi blizzard membuatnya bingung.
YOU ARE READING
My Beautiful Fate. (End)
FanfictionAku akan membuktikan pada duniamu bahwa aku pantas. *lanjutan cerita dari 'the piravich triplet's diary'.