âme-soeur - I

3.3K 442 15
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sosok laki-laki ini menghadap ke arah cermin. Memperhatikan setiap goresan luka yang terukir sadis disana. Ia menunjukkan senyuman pilu. Perihnya tidak terasa sama sekali, seperti sudah mati rasa.

Jarum jam mengarah pada pukul 2 pagi. Dirinya masih kalut akan kejadian yang baru saja terjadi satu jam yang lalu. Dimana tubuhnya disentuh bahkan disakiti.

Emosinya bercampur menjadi satu. Sedih, marah, kesal, bahkan jijik dengan dirinya sendiri. Tapi apa yang bisa seorang yatim piatu miskin sepertinya lakukan, kala ini adalah pekerjaannya. Memuaskan setiap lelaki hidung belang yang butuh pelampiasan nafsu.

Mendapatkan uang yang banyak dalam waktu sangat singkat adalah impian semua orang. Begitupun juga dengan Kenzie. Menjadi seorang designer terkenal masih menjadi impian utamanya. Jadi ia harus kerja keras, apapun caranya.

Kenzie mengusap air mata yang mulai mengalir. Ia benci menangis, seakan memperlihatkan dirinya sangat lemah. Kenzie tidak suka.

" Kenzie? Kau di dalam ? "

" Ya! Sebentar "

Buru-buru Kenzie memakai pakaiannya kembali. Merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.

" Are you okay? " Pria dengan kulit tan yang berdiri tepat di depan pintu ini bertanya. Menatap Kenzie dengan pandangan cemas. Pertemanan selama 3 tahun, cukup membuat mereka mengerti persis watak dan kebiasaan satu sama lain.

" I'm fine, ada apa Ian ? "

" Syukurlah. Egan sepupu Alston membutuhkan bantuan, kau mau ? "

Siapa yang menyangka pertemuan dikala pilu yang ia rasakan membuahkan hasil?






***




Kedua mata cantik itu terbuka perlahan, membiasakan cahaya matahari yang masuk. Dahinya berkerut ketika paham kalau ini bukanlah kamar biasa ia dipakai oleh client-clientnya.

Ini bukan Atlas Bar, melainkan sebuah apartmen yang letaknya jelas dilantai paling tinggi. Dimana ia bisa melihat pemandangan kota London dari dinding kaca ini.

Yang sedang Kenzie pikirkan, ini milik siapa? kenapa bisa ia disini?
Bukankah terakhir ia melayani pria bernama Egan kalau ia tidak salah ingat?

Sibuk dengan pikirannya, pintu tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok pria perawakan tinggi dengan tubuh tegapnya. Kenzie sudah sering melihat pria seperti ini, tapi entah kenapa melihat tubuh shirtless Egan membuatnya sedikit tersipu.

" Makanlah, ini sudah siang " ucap Egan selagi menaruh nampan berisi roti, sunny side up, sosis dan juice.

Kenzie masih diam pada posisinya. Menatap makanan yang ada dengan Egan bergantian.
Bingung, dan merasa aneh dengan kondisinya saat ini.

âme-soeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang