31. Takdir Yang Sampai Di Sini

6K 414 115
                                    

Sekali lagi Mia mengajak teman-temannya brunch di sela kesibukan. Baiklah kesibukannya hanyalah mengantar jemput anaknya sekolah saja, berbeda dengan Zakia yang mempunyai kantor penerjemah dan Vere yang juga wanita karir. Setelah mengalami banyak hal memang sebaiknya menghabiskan waktu bersama dengan teman sesama wanita adalah pilihan terbaik, setidaknya bagi Zakia. Beruntung sekali, masih punya teman yang mendukungnya hingga saat ini. 

"Apa kabar nih janda sekarang?" tanya Vere setelah memesan kudapan. 

"Vere jangan godain temen lha kan kasian gimana sih," protes Mia tidak rela. 

"Gara-gara idola kau tuh," tugas Vere kesal. 

"Gara-gara yang cewek gatel, lakinya juga demen, gitu dah. Kan dalam hubungan orang ketiga gak bakal masuk kalo gak ada yang bukain pintu." Zakia dengan bijak bicara. 

"Gak nyangkaaaa, itu laki yang dipamerin ternyata si Aariz. Kaya tujuh turunan darimana aelahhh. Halu bener," omel Mia kesal, idolanya ternyata bohong. 

"Masih pengen kayak dia?" tanya Vere menggoda. 

"Ogahhhh, kalo diliat mending idup ku sendiri daripada dia." Mia kembali mengomel. 

"Berarti ada bagusnya juga dia. Bisa bikin orang jadi inget bersyukur," sindir Zakia. 

"Iya juga ya, meski liatnya kasian." Mia tiba-tiba melamun. 

"Kasian gigi kau tegak?! Dia nabrak temen kita sampe keponakan kita keguguran, sampe Newa benjut itu. Gak kasian aku, malah bahagia rasanya." Vere dengan emosi berkata. 

Mia mengangguk saja, memang sejak awal Vere selalu sinis dengan wanita itu, ternyata alasannya adalah demikian. Tapi kenapa semuanya menyembunyikan berita itu dari dia, kejam sekali. Padahal kan mereka ini adalah bestie yang selalu berbagi. "Gitu Vere napa gak kasih tau sih, kalo Syeha itu pelakor?" tanyanya. 

"Maunya sih kasih tau, cuman kasian ama kamu. Mikir besok masak apa aja bingung apalagi dikasih masalah beginian. Nanti kalo otak meleleh trus keluar dari idung gimana?" tanya Zakia meledek. 

"Itu mah ingus Za, jorok." Vere kembali emosi. 

"Emang Zakia pengertian banget meski jorok, iya sih pasti otakku bakal panas kalo disuruh mikir berat. Makasih ya sayang." Mia memeluk Zakia. 

"Orang aneh emang," gerutu Vere. 

"Eh tau gak berita terkini tentang si mbak halu itu?" tanya Mia antusias. 

"Gak mau tau," jawab Zakia dan Vere berbarengan. 

"Ehhh serius iniii, berita anget. Dia akhirnya ngaku kalo emang ngrencanain mo bunuh kamu Za," kata Mia serius. 

"Bodo amat," jawab Zakia. 

"Za, bukannya ada agenda pemanggilan kamu sebagai saksi ya?" tanya Vere. 

"Ya, aku sama Newa," jawab Zakia. 

"Kesaksian kamu bakal memberatkan tuh," gumam Vere. 

"Liat aja nanti," jawab Zakia tersenyum. 

Satu persatu urusannya sudah selesai, hukuman untuk mereka itu sudah dianggap pantas. Wanita itu keluar dari penjara dengan kulit yang sudah keriput, vakum sekian lama dari sosial media pasti akan membuat orang lupa akan kiprahnya. Untuk mencapai atas lagi dia harus merangkak lagi, apalagi sebagai mantan napi, masyarakat akan melihatnya dengan tidak biasa. Umur berapa nanti kalau dia bebas, sudah tua memangnya dia mau menggoda siapa lagi. Sudah tidak laku. 

Dan bagi Aariz, pencopotan itu akan memberinya dampak besar. Kalau miskin begitu siapa wanita yang mau dengannya kecuali yang benar cinta tulus tanpa syarat. Tapi wanita seperti itu tidaklah banyak, kalau bertemu ya mungkin dia sedang hoki. Biarkan saja toh Aariz bukan lagi suaminya. Bagi pria, penghasilan adalah salah satu harga diri, dan harga diri Aariz sudah robek sana-sini. Percakapannya dengan bu Rania menyumbang penyebab dicopotnya Aariz dari jabatannya. 

Love In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang