16. Gadis Mafia

119 13 3
                                    







💚💚💚💚💚
💚💚💚💚
💚💚💚
💚💚
💚


SELAMAT MEMBACA


•••





Peristiwa yang terjadi dua belas tahun lalu masih teringat jelas dalam benakmu, sebuah peristiwa yang menghancurkan seluruh bahagiamu, peristiwa yang merenggut keluarga yang kau miliki. Semuanya masih sering terputar kembali bahkan hingga sekarang setelah kau bertumbuh dewasa.

Kau bukan lagi y/n kecil yang hanya akan menangis ketika mengingatnya, kau sudah dewasa, begitu pula dengan kehidupanmu yang berubah seratus delapan puluh derajat.

Karena dendam itu, semangatmu terus berkobar untuk mencari siapa-siapa saja yang ikut andil dalam pembunuhan beberapa tahun silam. Hingga kini, keempat pelaku sudah tewas di tanganmu, hanya tersisa satu orang yang diduga menjadi pemimpin kala itu. Sekarang kau pun sudah mengantongi data pribadi orang itu, hanya menunggu waktu hingga kau menemukan dan membunuhnya.

•••

Bersama setiap kicauan burung di pagi itu, kedua kaki jenjangmu mulai melangkah menyusuri jalanan yang masih sepi. Tanpa alas kaki maupun jaket, tubuhmu membaur bersama dinginnya angin pagi. Rasanya seperti mendapat dekapan dari orang-orang yang sedang kau rindukan.

Tak terasa kau telah tiba di taman yang menjadi kenangan satu-satunya bersama mereka, setiap pagi atau sebelum memulai misi kau selalu berada di sini untuk menangis.

"Hey Nona, kau baik-baik saja?" Reflek, kau langsung mendorongnya hingga laki-laki itu terjatuh dari bangku kalian.

"Astaga, maaf," Dengan cepat kau membantunya berdiri, laki-laki itu membersihkan pakaiannya yang sedikit terkena tanah sebelum tersenyum padamu.

"Maaf mengagetkanmu, apa yang terjadi hingga kau menangis begini? Oh aku lupa memperkenalkan diri, namaku Taehyung dan aku pria baik-baik jadi kau bisa menceritakan masalahmu siapa tau aku bisa membantu," Entah mengapa hatimu terasa hangat, pria ini adalah satu-satunya orang yang tersenyum padamu.

"Aku nggak papa, namaku y/n. Kalo ngomong nggak usah formal gapapa kan? Aku lebih suka gini."

Ia hanya mengangguk, "Hey, kamu nggak pake sendal? Sayang banget kakinya lecet gitu," Tiba-tiba saja Taehyung duduk dan menempelkan plester di punggung kakimu yang entah sejak kapan sudah terluka.

"Makasih."

Entah mengapa rasanya begitu nyaman dekat dengan laki-laki ini, semua pembicaraan kalian terasa mengalir begitu saja.

Tak berselang lama, dering handphone tiba-tiba terdengar dari saku kemeja Taehyung, "Ah aku harus pergi sekarang, daa y/n."

"Hati-hati Tae," Katamu setelah lelaki itu tersandung dan hampir jatuh karena terburu-buru.

Belum sampai sepuluh menit, laki-laki itu kembali dan berhenti di depanmu, "Lupa minta nomor hapenya, boleh kan? Aku pengen temenan sama kamu," Ia tersenyum, baru kali ini seseorang mengatakan hal itu. Teman? Bukankah sepertinya akan menyenangkan? Tanpa pikir panjang kau menyebutkan nomormu yang langsung dicatat oleh Taehyung.

"Oke thanks, kali ini aku bener-bener pergi," Kau hanya tersenyum menyaksikan langkahnya yang kian menjauh.

•••

Minggu demi minggu telah berlalu, rencana balas dendam yang kau susun menjadi sedikit terganggu lantaran kedekatanmu dengan Taehyung semenjak hari itu. Alih-alih merasa kesal, kau malah begitu senang dengan kehadirannya. Seperti sekarang ini kalian tengah berada di sebuah restoran karena Taehyung memaksa mentraktir makanan untukmu.

Oneshoot BTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang