2. Cinta Terlarang (2)

358 27 7
                                    



💛💛💛💛💛
💛💛💛💛
💛💛💛
💛💛
💛

SELAMAT MEMBACA







Hari ini seperti biasanya, para kakakmu akan berkumpul untuk sekedar menghabiskan waktu di ruang tengah dengan menonton TV.

Kau menawarkan diri untuk membuatkan minuman, dan yah para kakakmu itu mendadak terheran-heran lantaran kau yang mendadak rajin. Sebenarnya kau melakukan ini agar bisa berpindah tempat dari samping Jimin. Jujur saja rasanya mendadak aneh saat jantungmu berdetak terlalu cepat saat ketika di sampingnya.

"Tadaa, es coklat spesial buatan Y/n udah jadi," Kau segera membagikannya, ternyata rasanya menyenangkan orang-orang di sekitarmu merasakan sesuatu yang kau buat.

"Makasih cantik," Ya, dan lagi-lagi pipimu tiba-tiba merah merona begitu bersitatap dengan Jimin.

Sepertinya kakak tertuamu menyadari hal itu, "Y/n, kenapa mukanya tiba-tiba merah gitu? Lo sakit?"

"Ah enggak kok, aku agak gerah dikit."

Untungnya mereka semua percaya dan kembali dengan kegiatan menontonnya. Mungkin terkecuali Jimin yang malah terus terfokus padamu yang kini berada di antara Namjoon dan Taehyung.


•••


Minggu pagi kau ditemani Jungkook tengah lari pagi di sekitar rumah kalian. Sesekali kalian berkejaran bersama beberapa anak kecil di sana. Kau dan Jungkook hanya terpaut satu tahun membuat kalian bisa dibilang seperti anak kembar, sama-sama masih kekanak-kanakan haha.

"Bang, ayo beli es krim."

Jungkook langsung berhenti dari acara berlarinya, ia menghampirimu, "Boleh ayok, gue juga mau."

Kalian mampir ke sebuah kedai dan membeli tiga bungkus es krim, ngomong-ngomong dirimu yang membayar semuanya karena kata Jungkook ia tak membawa uang. Padahal sebenarnya ia hanya ingin ditraktir olehmu.

"Kok beli tiga, satunya buat siapa?"

"Ada deh."

Jungkook tak ambil pusing, ia lanjut berjalan mendahuluimu.

Sesampainya di rumah kau melihat Jimin sedang termenung di teras. Entah mengapa akhir-akhir ini ia terus saja melakukan hal itu.

"Bang Jimin!" Lihatlah bahkan kau yang dari tadi berjalan di depannya pun tak ia hiraukan, baru ketika kau bersuara ia mendadak kaget dan hampir memukul wajahmu.

"Yaish, lo ngagetin tau gak."

"Hehe maaf, nih ada es krim."

"Ooh ternyata ini yang ada deh tadi?" Kau hanya tersenyum menanggapi perkataan Jungkook, sedangkan Jimin yang tak tahu menahu hanya diam sembari menjilati es krimnya.


Eh kalian, disuruh ngumpul di dalem sama bang Jin," Suara Taehyung terdengar dari balik pintu depan. Sontak saja kalian bertiga bergegas masuk, tidak biasanya sang kakak tertua menggunakan wewenangnya seperti ini.

Lima menit kemudian semuanya sudah duduk mengelilingi meja berisi sebuah buku kecil dengan sampul berwarna cokelat yang sudah usang dan terlihat berdebu.

"Baca satu-satu," Seokjin membuka sebuah halaman dan memberikannya kepada Hoseok yang tepat berada di sampingnya, hal itu terus berlanjut hingga dirimu menjadi yang terakhir membacanya.

Tulisan itu rasanya benar-benar menghantam duniamu, "I-ini beneran?"

"Gue nggak tau, gue nemu buku ini di antara tumpukan buku di gudang," Jawab Seokjin dengan lesu.

Raut wajah saudara-saudaranya pun turut menyendu, rasanya ini merupakan hal yang sulit dipercaya mengingat seberapa dekat dan sayang mereka kepada adik perempuan satu-satunya yaitu dirimu. Namun tulisan tangan ibu kalian mengatakan sebaliknya di sini, diary itu mengatakan bahwa kau bukanlah putri kandungnya dan itu artinya kau juga bukan saudari kandung mereka.

"Sorry, tapi itu semua bener," Perkataan Yoongi membuat kalian semua langsung terfokus padanya.

"Dari mana lo tau?"

"Biar Hoseok yang jelasin semuanya."

Hoseok yang ikut terseret langsung memelototkan kedua matanya, "Kok gue?"

"Bang, jelasin plis, aku pengen tau."

Berkat tatapan memelas darimu akhirnya Hoseok luluh, "Sebenernya beberapa menit sebelum bunda meninggal, gue sama bang Yoongi diceritain soal itu. Katanya Y/n itu anak temen bunda, Y/n diadopsi sama ayah bunda karena orang tua kandung Y/n juga udah meninggal."

Suasana kembali hening, bulir-bulir bening mulai merembes dari mata indahmu.

"Maafin gue, harusnya ini jadi rahasia selamanya," Hoseok memelukmu yang kini benar-benar rapuh. Jujur saja ini tak pernah terbayangkan sama sekali olehmu, mengingat seberapa besar kasih sayang yang orang tua dan kakakmu berikan, rasanya ini tidak mungkin benar.

"Jadi karena itu bunda bilang Y/n dirawat sama bibi dulu?"

"Iya, Y/n dibawa ke rumah pas udah lima tahunan dan waktu itu kita sama sekali nggak ada yang curiga," Tambah Yoongi membenarkan perkataan sang kakak.

"Tapi itu semua nggak berpengaruh apapun, kita tetep sayang sama lo kayak biasanya Y/n," Tutur Namjoon sembari mengusap rambutmu.

"Bang Namjoon bener," Kedua kakak termuda turut mendekap dirimu bersama Hoseok. Yah setidak mereka tidak berubah, meski kemungkinan dirimu sendiri yang akan sulit kembali seperti sedia kala.


•••

Setelah rentetan fakta yang sekian lama membuatmu terpuruk itu, akhirnya hari ini kau memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan guna menghilangkan stress. Hembusan angin sore membawa hangat sekaligus sejuk menerpa tubuhmu yang berbalut sweater dan celana panjang itu.

Kakimu melangkah ringan ke sebuah bangku dan dengan otomatis terduduk di sana, melihat betapa sibuk lautan manusia di seberang yang mungkin tengah kembali dari pekerjaannya untuk bertemu sanak keluarga di rumah.

Seseorang mengambil tempat di sebelahmu, "Eh bang Jimin, ngapain di sini?"

"Cuma mau mastiin perasaan gue aja, ternyata masih sama ya. Gue masih suka liat lo dari deket, gue masih suka deg-degan diliatin gini."

Mendadak semuanya terasa hening, hembusan angin, suara percakapan, hingga suara kendaraan pun menghilang tiba-tiba. Kini yang terdengar hanya debaran kencang dari jantungmu.

"Kalo kita bukan saudara kandung, berarti boleh dong gue jatuh cinta sama lo? Boleh dong kita jadian? Eh yang paling penting perasaan lo gimana?" Ya dan pertanyaan ini lagi, memang bukan pertama kali ia melontarkan pertanyaan ini setelah fakta itu terungkap. Namun hingga kini kau belum pernah menjawab.

"Duh gimana ya, aku takut yang lain marah."

Pemuda di sampingmu itu tersenyum, senyum khas Jimin yang sampai sekarang masih tak ada duanya, "Gapapa nggak usah dijawab, gue tau jawaban lo tanpa harus lo ngomong."








END



Kalo ada typo ataupun plot hole silahkan ditandai ya biar nanti bisa diperbaiki lagi.

Oneshoot BTS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang