-24-

740 57 18
                                    

Sudah selama empat hari setelah kejadian buruk itu dan kondisi Thala semakin mengkhawatirkan. Ia tak mau makan, kadang mengamuk saat didekati. Dan kadang histeris dan berteriak dengan keadaan mata yang masih tertutup.

Setelah pemeriksaan pagi tadi, yang mana Thala kembali berontak sehingga membuat dokter memberinya obat penenang, dan kini emosinya sudah berangsur kembali lebih tenang.

Thala bahkan tak ingin bertemu dengan orang lain. Awalnya Ia hanya mengizinkan tante Julia untuk masuk keruangannya. Tetapi kemarin setelah tante Julia membujuknya akhirnya Ayahnya dan juga Davin kini ia izinkan untuk masuk kedalam ruangannya.

Althaf dan yang lain tak ia izinkan untuk bertemu dengannya. Ia tak ingin menunjukkan wajah kacaunya kepada yang lain. Disamping itu dia merasa kotor.

Tiba di sore hari seperti biasa, Thala hanya diam dan memandang kearah luar jendela yang kini menampakkan warna orange yang cantik.

Hubungannya dengan sang Ayah dan juga Davin sudah membaik. Mereka berdua bahkan menangis melihat kondisi Thala beberapa hari yang lalu. Meskipun begitu Thala masih tidak terbiasa untuk bergantung kepada mereka.

"Hey... gimana hari ini?" Tanya Davin yang baru saja sampai di ruang adiknya itu. Masih seperti hari sebelumnya Thala tak banyak bicara dan hanya memandang luar membuat hatinya terasa sakit.

Davin merasa bersalah. Sangat. Ia tahu perbuatannya tak bisa di maafkan. Terlebih setelah kejadian yang menimpa Thala itu ia merasa semakin bersalah karena tak becus menjaga adiknya.

Ia menatap miris lengan Arthala. Ada beberapa luka baru disana karena masih terdpat bercak darah yang sepertinya belum kering.

Ya setelah kejadian itu, saat emosinya sedang tak terkontrol Thala sering melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat lengannya. Hal itu terjadi sehari setelah Thala berada di rumah sakit.

Tapi untungnya tante Julia datang disaat yang tepat dan menggagalkan aksi tersebut. Karena itu kini mereka tak pernah meninggalkan Thala sendiri. Karena takut hal seperti itu terjadi lagi.

"Abang bawain makanan kesukaan kamu. Makan ya?" Bujuk Davin tapi tak juga mendapat respon berarti dari Thala.

"Kamu nggak mau ketemu sama Althaf? Dia masih diluar dari tadi," ujar Davin dan membuat Thala kini merespon dengan menatap kearah pintu kamar inapnya. Tapi setelahnya pemuda itu memilih merebahkan diri dan memunggungi Davin.

Dalam diamnya Thala merasa sedih. Ia merindukan Althaf, tapi ia tak lagi memiliki keberanian untuk bertemu dengan Althaf. Ia merasa tak pantas untuk menjadi kekasih Althaf.
Thala kotor. Ia tidak bisa menjaga tubuhnya hingga lelaki brengsek itu bisa menggerayanginya.

Mengingat kejadian itu, Thala kembali menangis dengan mata tertutup dan tubuh bergetar hebat.

"Jangan... JANGAN SENTUHH!!!" Histeris Thala, membuat Davin yang ada disana panik dan segera mendekat ke arah adiknya.

"La... hey, buka matanya. Lihat ada abang disini," ujar Davin berusaha menyadarkan Thala, tapi tubuh itu masih bergetar hebat.

Suara tangis Arthala tentu saja sampai di telinga Althaf yang kini hanya bisa memandang dari balik pintu tersebut.

"Jangan pegang... jangan..." racau Thala, membuat Davin segera menarik adiknya kedalam pelukannya.

"La, ini abang. Nggak akan ada yang nyakitin Thala lagi, karena ada abang yang bakal jagain Thala." ujar Davin dengan kini matanya yang mulai berair. Tak tega melihat kondisi adiknya.

Thala terus menangis dan meracau hingga kelelahan dan akhirnya tertidur dalam pelukan Davin.

Setelah merebahkan tubuh adiknya, Davin pun keluar supaya tidak mengganggu tidur Thala.

[idk] sukhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang