Di pusat kantor Jeon, tepatnya di lantai paling atas, ruang direktur utama dimana Jeon Jungkook duduk tengah mengadakan pertemuan dengan para manajer nya.
Mereka semua tengah mendiskusikan tentang produk yang akan mereka produksi bulan depan,tapi sampai saat ini kesepakatan belum juga terjalanai.
" Bos, menurut saya, ini kuranglah efisien, bila kita masih memakai bahan utama dari produk lama, bukankah itu hanya akan memperbaharui, bukan meluncurkan produk baru? "
" Benar, saya juga sependapat dengan nya, tujuan kita adalah peluncuran produk baru agar konsumen kita tidak kecewa juga kita tidak akan menjadi bahan tertawaan dari para pesaing diluar sana."
" Ya, tapi darimana kita harus mendapatkan bahan baku selain milik kita? Adakah dari kalian yang tahu dimana kita harus memiliki nya? "
Sejenak mereka semua terdiam, ada total lima orang disana termasuk Jeon Jungkook yang tengah termenung, dia juga ikut terdiam kala pertanyaan ini di lontarkan oleh salah satu manajer nya kepada mereka.
Kim Mingyu yang memegang posisi sebagai manajer keuangan pun mengetuk ujung pangkal pena nya ke atas meja kaca dan membuatnya menjadi pusat perhatian dari empat lainnya.
" Apa kau punya pendapat lain, Mingyu-ssi? "
Mingyu mengangguk dengan mantap, senyum gigi gingsul itu segera terbit di bibirnya.
" Ya. Begini, bukankah saat ini negara kita sedang di gempar gemparkan dengan pesohor terbaru tuan Vins? "
" Aku tahu maksudmu, tapi haruskah kami ingatkan kembali bahwa mengharap padanya bagaikan bengharap bisa menangkap angin? "
Balas June dengan judes mengingat dengan rumor yang telah beredar lebih dari dua Minggu belakangan ini di kota Seoul yang gempar karena datangnya seorang pesohor terbaru yang bahkan sangat sukses dalam sekejap mata.Mereka jelas tidak tahu seperti apa rupa dari si pendiri perusahaan besar Vinsensius ini yang bernama Tuan Vins, karena dia sangatlah misterius dan tak pernah mau di liput oleh media kecuali nama serta perusahaannya yang di gadang gadangkan sangat mendunia ini.
Ketika kabar tuan Vins datang ke Seoul, banyak dari para usahawan mencoba mengajukan kerjasama dengannya, namun belum ada yang benar benar di tarik olehnya, entah tipe seperti apa yang akan bisa berkolaborasi dengannya suatu saat nanti.
" Kenapa kita harus pesimis? Kita belum mencobanya dan belum tahu bagaimana hasilnya. Bila kita tidak berhasil maka cari yang lain, tapi bila di terima, itu sangat baik lagi, bukankah kau mengatakan ini bagaikan menangkap angin? Hanya keberuntungan! Bos, bagaimana menurutmu? "
Jungkook yang menjadi kunci tanya terakhir pun mengerutkan keningnya, apa yang di katakan Mingyu ada benarnya juga, ini hanyalah soal keberuntungan dan juga mereka belum pernah mencoba nya.
" Aku-
" Sayang~!? "
Suara Jungkook menggantung di udara kala pintu ruangannya lebih dulu dibuka dari luar dengan sembrono bersama pekikan lengkingan yang tidak tahu tempat ini. Jungkook mengepalkan tangannya melirik keempat bawahannya yang masih menatapnya, menunggu keputusan.
" Mingyu, ku serahkan hal ini padamu, dan kalian bertiga bantu dia."
" Baik Bos! "
Keempat nya dengan cepat mulai berkemas lalu bangkit dan mundur dengan perlahan serta sopan untuk memberikan ruang kepada bosnya agar bisa berbicara dengan istrinya itu.
Ya, istrinya.
Kwon Eunbi.
" Ada apa? "
Tanya Jungkook dengan malas, wajahnya yang tenang terlihat acuh tak acuh, total mengabaikan Eunbi yang tengah mencoba merayunya dengan bergelayut manja di sebelah lengannya." Sayang, boleh aku minta uang lagi? "
Alis Jungkook sedikit terangkat dan berkata dengan nada tidak senang.
" Bukankah dia hari lalu kau juga baru memintanya? Aku bahkan memberimu seratus juta! "Eunbi cemberut, lalu manyun dan menempelkan wajahnya ke pundak Jungkook kemudian berkata pelan,
" Itu sudah habis."" Apa!? "
Eunbi sedikit terkejut dengan pekikan Jungkook yang kini menatapnya tajam, Eunbi menelan ludahnya dan berbicara seadanya.
" Yeah, kemarin aku melakukan perawatan bersama Ibumu, kami berbelanja banyak hal bahkan Ibumu juga membeli kalung berlian, jadi itu bukan salahku sepenuhnya, okey? "
Jungkook mengerutkan keningnya dan berkata kasar, " Aku tidak punya uang, sekarang pergilah! "
Eunbi membolakan matanya, jelas dia kesal sekarang, apalagi dia sudah berjanji akan mentraktir teman temannya dan bahkan mereka semua sekarang sudah menunggunya di bawah sana.
" Tidak mau! Kau pasti bohong! Bagaimana mungkin kau tidak punya uang sepeser pun!? Cepat berikan aku uang!! Aku butuh uang! "
" Eunbi!! Aku selama ini memberimu banyak uang tapi kau bahkan tidak pernah puas dan selalu menghambur hamburkan semua yang itu untuk sesuka hatimu. Kau pikir mencari uang itu semudah membalik telapak tangan!? "
Eunbi berdiri dengan bersedekap dada, jelas dia tidak merasa takut pada Jungkook, jadi dia membalasnya dengan angkuh.
" Apa kau pikir aku peduli dengan kerjaan mu? Aku disini istrimu, dan tugas mu sebagai suami adalah menafkahi istrinya. Bahkan sebelum aku menikah denganmu, ayahku selalu memberiku uang seratus juta setiap hari!! "
Jungkook tersenyum remeh, bukan sekali dua kali mereka berdua bertengkar karena hal ini ataupun hal lainnya, jadi dia jelas sudah sangat muak dengan semua itu.
" Aku memang suami mu, tapi aku tidak pernah meminta mu untuk menikah denganku. Kau bahkan tak pernah menjalankan tugasmu sebagai seorang istri selain terus berfoya-foya dengan teman-temanmu itu."
" Kau!! "
" Eunbi, jika kau merasa dirugikan atas pernikahan ini, maka lebih baik kita berpisah, lagipula aku sama sekali tidak akan rugi. Dan kau kembalilah kepada Ayahmu, agar kau bisa meminta uang seratus juta setiap harimu itu."
" Jungkook!! Kau keterlaluan!!! Aku akan memberitahu Ibumu!! "
Jungkook sama sekali tidak peduli dengan istrinya itu, dia memilih mengabaikannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Melihat Jungkook yang acuh tak acuh padanya, Eunbi pun semakin marah dan pergi dengan membanting pintu sekeras-kerasnya membuat sekretaris nya yang berdiri di depan pintu ikut terlonjak kaget.
Yugyeom menepi, membiarkan wanita itu pergi lalu berbisik pelan pada dirinya sendiri, " Jika aku memiliki istri seperti dirinya, mungkin sudah ku cekik sejak lama! "
*
*
*Di sisi lain, jauh dari hiruk-pikuk kota, sebuah bangunan menjulang tinggi dengan pondasi yang kokoh serta bergaya Eropa, putih keemasan.
Di sana, di salah satu ruangan, terdapat sosok yang tengah duduk santai di sebuah kursi tunggal, menyilang kan kakinya dan memakai kemeja putih kebesaran hingga menutupi setengah dari paha mulusnya.
Jemarinya yang lentik bermain main dengan sebatang rokok, menghisapnya perlahan lalu menghembuskan nya dengan penuh penghayatan, mengibarkan asap yang menghiasi separuh wajahnya.
Mata itu tajam tapi sayu, sedikit berkaca kaca karena asap yang ia hisap barusan sedikit membuat perih hidungnya.
Dia duduk menghadap kaca Prancis besar, di bawah sana memperlihatkan pemandangan hamparan taman hijau luas yang bisa dia mainkan sebagai lapangan bola maupun golf.
Mulutnya sedikit berkerut untuk merasakan rasa pahit dan sedikit manis tertentu di batang rokok yang baru di hisapnya. Setelah memendek, puntung rokok itu dia tekan ke dalam dasar asbak, mematikannya dengan perasaan gemas.
Ada sedikit kekehan kala matanya tidak sengaja melirik ke arah lembaran kertas di atas meja samping dirinya.
" Akhirnya kau mencari ku.....?? "
Gelengan kepala membuat rambutnya yang masih sedikit basah ikut bergoyang dan sebagiannya lagi menempel intip di setiap pori pori kulitnya yang terlihat lembut juga kenyal.
" Ahh~~ Sudah lama.... Akhirnya aku kembali. Sayang~ tunggu aku.... "
#BL........
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL LIAR
Non-Fiction(☞゚∀゚)☞Tittle : Beautiful Liar (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞Written By @DiazOktaFiqi ('◔‿ゝ◔')━☞Request By @greciadevi WARNING!!!! (ノಠ益ಠ)ノBAGI KALIAN HOMOPHOBIC PEOPLE, PLEASE DON'T READ MY STORY!!! Harap saling hargai, baik?? Saya tidak mengusik anda, dan anda to...