Jeon Jungkook kembali memulai karirnya seperti biasa, dia kembali terlihat acuh tak acuh, namun meski begitu benar kata orang, mata tidak akan pernah bisa berbohong......
Dia memang bertindak seperti dulunya namun hatinya kosong, mata itu linglung tanpa warna, menjalani hari harinya bagaikan robot tanpa lelah, bahkan Jung dengan sengaja tidak pernah kembali ke rumahnya seminggu belakangan ini, terus bekerja dan bekerja, bila dia lelah, maka tidur begitu saja di ruang kerjanya.
Tapi setidaknya ini jauh lebih baik dari seminggu yang lalu, dimana waktunya hanya di habiskan untuk menangis dan meratapi hal tersulit.
Kini Mingyu selalu mengingatkan nya, memberikan semangat yang bisa dia berikan dan selalu mengawasinya dalam diam.
" JungKook, apa kau akan pulang sekarang? "
" Tidak "
" Tapi ini sudah seminggu, apa kau tidak bosan? Tidak merindukan rumah mu? "
Mendengar pertanyaan ini, alis Jungkook sedikit terajut, memikirkan apa yang harus dia berikan jawaban nya.
Lagipula, apa yang harus dia rindukan di rumahnya itu? Tidak ada siapa-siapa yang bisa menghiburnya.
Ibunya selalu sibuk dan bersikap acuh, cenderung selalu menekannya untuk posisinya di keluarga Jeon agar tidak goyah, padahal itu tidaklah perlu, karena Jeon Jungkook tidaklah penggila harta seperti itu.....
Eunbi?
Jangan tanya soal dia, karena Jungkook sendiri pun tidak akan menggubrisnya.
Sejatinya Jungkook tidak pernah menganggap dirinya sudah menikah apalagi memiliki seorang istri seperti wanita itu, wanita yang tidak tahu apa apa selain menghamburkan uang.
Tidak mendengar jawaban yang di inginkan bahkan sang pelaku hanya menatap linglung pada kertasnya, sosok Mingyu menghela nafas.
" Baiklah, aku akan pulang terlebih dahulu, jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan menghubungi ku."
JungKook bergumam pelan, Mingyu terdiam sejenak lalu berbalik pergi, menutup pintu ruang kerja Jungkook dengan pelan.
Kini di perusahaan besar itu, tinggallah seorang JungKook di dalamnya, sedangkan di bawah sana ada dua satpam yang akan berjaga malam di depan.....
Kertas di tangannya tidak ia baca, hanya memegangnya dengan tidak ada arti, matanya berkedip, tulisan itu terlihat cukup samar, dia pusing.
Sudah seminggu berlalu dia mencoba bertahan dalam kepedihan ini, kurang tidur dan terus mengalami insomnia, sering melewatkan jam makan dan sering mengkonsumsi kopi membuatnya sering mengalami kram perut dadakan karena asam lambung nya yang kambuh.
Mingyu sudah tahu kebiasaan buruk satu ini, jadi sebelum dia pergi tadi, dia sengaja meninggalkan dua bungkus roti di atas meja kerja Jungkook bersama sebotol air mineral untuknya.
JungKook sekarang merasa tidak berdaya, duduk di kursinya dengan lemah, perutnya yang pedih dia abaikan, enggan makan, tidak memiliki nafsu, hanya meliriknya acuh lalu membuang muka, menatap hamparan kota di tengah malam yang cukup tenang saat ini dari atas sana.
Lampu berkedip-kedip meramaikan suasana malam yang sunyi.
Entah sudah berapa kali dia menghela nafas lelah, matanya mulai berat, dengan masih duduk bersandar di kursinya menghadap kaca besar, Jeon Jungkook pun memejamkan matanya tanpa sadar.
........
Udara berbau disinfektan penuh obat obatan menebar di seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL LIAR
Non-Fiction(☞゚∀゚)☞Tittle : Beautiful Liar (☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞Written By @DiazOktaFiqi ('◔‿ゝ◔')━☞Request By @greciadevi WARNING!!!! (ノಠ益ಠ)ノBAGI KALIAN HOMOPHOBIC PEOPLE, PLEASE DON'T READ MY STORY!!! Harap saling hargai, baik?? Saya tidak mengusik anda, dan anda to...