Selamat membaca 🌸
"Aku tidak akan memberimu sepeser pun uang gono-gini. Kamu yang bersikeras untuk bercerai, Mir !"Samira membisu, tetap melanjutkan menjejalkan makanan ke mulutnya walau tidak ada yang di rasakannya ketika menyuap makanan selain ingin muntah.
Ingin muntah secara harfiah melihat wajah Harris dan juga karena makanan itu terasa bagai sabut kelapa yang melewati tenggorokannya.
Samira menenggak air minum , kemudian meneruskan menyuap lagi, mengabaikan Harris yang menatapnya dengan geram.
Ada apa dengan laki-laki bajingan itu ?
Bahkan Samira tidak membantahnya sama sekali, kenapa mukanya seolah-olah baru saja di tampar.Dengan nafas memburu menahan amarah, Harris mendekati Samira.
Dengan sudut matanya, Samira mengawasi gerakan Harris.
Sedikit saja Harris bergerak menyakitinya , Samira bersumpah akan menghantamkan piring di depannya di kepala Harris.
Samira tidak peduli lagi.
"Kau dengar aku, Samira ?!" Teriaknya.
Samira hanya mengangguk.
"Pergilah, Harris. Bawa semua yang mau kamu bawa. Aku tidak akan membawa sampah untuk hidup baruku"
Akhirnya Samira bersuara, yang justru membuat Harris merah padam semakin marah.
Mendorong piring di depannya, karena sudah tidak sanggup lagi meneruskan makan malamnya, Samira meneruskan langkah ke kamar mereka - dulu - namun dengan cepat Harris mencekalnya kuat.
Samira diam.
"Jangan bertak-tik di depanku ! Di depanku kamu seolah enggak masalah, tapi nyatanya kemarin kau mengadukanku dengan si Sialan Malik , dia menghajarku hingga babak belur karena aduanmu !"
"Dan pikirmu, kelakuanmu hanya cukup dengan mendapatkan lebam yang tidak seberapa itu ?"
Samira mendecih.
"Kalau kamu lupa, sebelum aku memutuskan menggugatmu, badanku juga kau jadikan samsak hidup sampai nyaris mati. Harusnya kau bersyukur Mas Malik tidak membunuhmu dan selingkuhanmu itu "
"Dia istriku ! Bukan selingkuhan !"
"Ya ya ya. Terserah. Pergilah, Malik . Kalau tujuanmu kesini hanya mengemis surat-surat tanah dan kendaraan, aku akan mengurusnya dan mengirimkannya padamu. Tidak perlu repot kesini. "
"Lalu rumah ini ?"
Alis Samira mengerinyit .
"Kenapa dengan rumah ini ? "
"Jadi milikku atau milikmu ?"
Samira terbahak.
"Aku kagum dengan Papa, strategi bisnisnya memang selalu bagus"
Apa Samira sudah mulai gila ?
Kenapa tiba-tiba malah menyinggung tentang Papa nya ?"Kamu lupa ? Papa menghadiahkan rumah ini waktu Pertunangan kita, SEBELUM pernikahan kita, Harris "
"Kalau kamu bodoh, aku ingatkan lagi, Jadi rumah ini TIDAK ikut dalam harga gono-gini "
"Tamak dalam versimu mungkin di bolehkan, Harris. Tapi jangan berlebihan. Sempurnakan saja kebajinganmu dengan mengambil semua hakku dan tidak menunaikan kewajibanmu. Aku ikhlas, anggap saja aku sedekah"
Sebelum Harris meledak dan menendangnya -seperti sebelum-sebelumnya- Samira segera berlari ke kamarnya dan menumgunci -2x putaran - kunci kamarnya dan segera menelpon security di gerbang kompleks, berjaga-jaga jika Harris mengamuk lagi.
Samira sudah pandai membela dirinya sendiri.
Tidak lgi menjadi keledai bodoh yang terbucin-bucin dengan Harris, mengiyakan semua keinginannya walaupun fisik dan hatinya babak-belur.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Samira
RomanceHidup Samira luluh-lantak , tak dapat di selamatkan, dan berakhir dengan badai perceraian. Kemarahan orang tua yang dia terima, dan tidak ada kawan yang bisa mempertahankan sisi kewarasan. Nyaris membenci semua orang dan mengobarkan kemarahan dengan...