Mutiara

611 38 1
                                    


Selamat membaca 💙

Samira menyesap pelan coklat hangat dalam genggaman tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Samira menyesap pelan coklat hangat dalam genggaman tangannya. Mengalirkan kehangatan ke tenggorokannya .

Kisahnya masih mengalir, menyisakan sedih di sudut hati Mariana.

"Aku salut, kamu masih bisa tegar dan menyisakan keberanian untuk menggugat cerai laki-laki tidak setia seperti Haris"

Samira menatap Mariana, senyumnya masih seteduh dulu, dengan mata sebulat kelereng yang bening.

"Dia menalakku lewat chat. Sesudah aku kenyang oleh janjinya yang tidak akan mengulang lagi perselingkuhan itu"

Samira menatap kepulan asap dari coklat hangatnya.
Tersenyum pahit mengenang - berapa lama kisah kelam itu berlalu ? - 5 atau 6 tahun yang lalu ?

PoV Samira

Tentu saja aku masih mengingat hari itu, hari-hari menyedihkan ketika aku menyusuri jalanan, menghabiskan uang untuk mengupayakan Harisku kembali ke pelukanku. Mendatangi berbagai Ustadz yang bisa membuat 'mata hati' Haris kembali.

Tapi sebanyak apapun aku menangis, Haris terlalu jauh pergi. Hingga akhirnya aku mengakui dan menyerah kalah dengan pertarungan ini.

Aku sampai pada kesimpulanku bahwa manusia hanyalah kumpulan pendapat yang tidak mampu memberikan sebuah keputusan untuk kebahagiaanku. Sehingga doaku menembus langit, dengan campuran putus asa dan kecewa yang membumbung.

Ketika hari itu sampai padaku berita bahwa Haris ingin kembali memulai dari awal denganku, kebahagiaan menyesaki dadaku, Tuhan mendengar doa-doaku . Hingga keraguan menggedor dadaku, lalu ku bawa kembali musyawarahku kepada Tuhan, Yang Maha Segala-galanya.

Sumpah setianya , berbalas dengan berita kehamilan wanita itu. Aku terguncang tentu saja, tapi di saat kewarasan sedikit lagi hilang dariku, Tuhan memberiku petunjuk bahwa laki-laki seperti Haris, terlalu tidak berharga untuk kupertahankan sebagai laki-laki yang bisa memegang komitmen suci sebuah pernikahan.

Jawaban dari Tuhan telah datang.

Jadi ketika sore itu dia datang dengan senyum palsu, janji manis kosong yang dengan berani dia umbar, aku menjatuhkannya dengan penolakan rujuk, dan memucatkan wajahnya dengan kartu kehamilan wanita itu.

Wajah Haris sepucat mayat. Ketakutan membayang di matanya. Pias wajah malunya masih ku ingat hingga kini. Menyisakan rasa puas di sudut hatiku, yang kusembunyikan dengan wajah ikhlas .

Bagaimana rasanya di campakkan ?

Aku tidak takut ketika hari terakhir pembacaan sidang talak berkumandang. Tangis menghias mata mertuaku. Tapi kejujuran sudah kudapati jauh hari, dan aku bisa menilai kasih sayang yang tulus atau yang penuh kepura-puraan. Saat suatu hari ketika kudapati Ibu mertuaku memeluk wanita itu, Aku tau bahwa aku harus mengakhiri kehidupan dan harapan gilaku bersama Haris Maherdianta.

Mengeraskan hati, menyusut airmata agar tak jatuh di depan para manusia munafik itu, Aku berdiri.
Aku mengenakan gaun terbaikku, gaun tosca dengan jilbab Aqua Marine yang lembut, melesatkan kepercayaan diriku jauh ke atas , menghadapi keluarga - mantan keluarga - mertuaku, sendirian. Dan dengan keberanian.

Siang itu, di ruang sidang Pengadilan Agama di kotaku, aku berdiri dengan kepala tegak . Aku tidak bersalah dan tidak perlu merasa malu.

"Cukup sekali kau berbuat seperti ini, jangan lagi ada kali kedua. Belajarlah setia dengan keluargamu, karena kesempatan tidak datang dua kali"

Aku tidak  mendoakan apa-apa pada Haris, baik doa baik ataupun harapan buruk.
Tapi melihat wajah mendung Haris, mengingatkanku pada permohonan rujuknya dan tangisan penyesalannya . Hatiku di rambati oleh kepuasan tersendiri.

Aku manusia biasa.  Akan aku buktikan , Bahwa :

Mereka akan menyesal telah memperlakukanku seperti ini, itu janjiku.

END 🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


END 🌸

Rumah Samira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang