Sepuluh | Bertemu Lagi, dan Hidup Kembali

699 49 0
                                    


Selamat membaca 🌸

Samira merasa ironi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Samira merasa ironi. Lalu terkekeh menertawakan diri sendiri.

Ketika siang itu Samira menerima WA dari Radana Yazid. Sepupunya, anak dari Om Baree Yazid, adik dari Papa.

Demi Tuhan, hubungan Sepupu itu tidak jauh. Ayah mereka bersaudara !

Tapi lihatlah, bahkan nomer sepupu pun , Samira bahkan tidak tau dan tidak pernah berkomunikasi.

Jadi sudah seharusnya Mela tidak boleh berkeluh kesah kalau Samira mencuekinya kan ?

Tadinya Samira hendak mengacuhkan WA Radana.

Tapi entah kenapa, dengan seenaknya wajah Mataharri merasuki pikiran Samira, lengkap dengan mulut monyong - mode mengoceh - dan menceramahinya tentang menyambung silaturahmi dan pertemanan.

Lalu, begitu saja Samira berbalas pesan dengan sepupu nya yang sudah bertahun-tahun tidak bersua wajah dan juga pesan.

Samira tertegun menscroll layar HP nya. Memanjat chat yang seakan tidak habis , terus ke atas .

Samira mendapati hatinya terasa penuh, lega dan lapang.

Menjalin komunikasi tidak seburuk yang Samira bayangkan.

Tidak semua orang tahu kisah hidupnya yang menyedihkan.

Dan kalaupun tahu, memangnya kenapa ?

Samira tertegun dengan pertanyaannya sendiri.

Iya.

Memangnya kenapa jika orang tahu ?

Bukan Samira yang berpaling, pergi dan memilih orang lain yang bahkan di lakukan sebelum ikatan pernikahan mereka berakhir.

Dan bukan ingin Samira tidak punya anak.

Seharusnya Samira sama sekali tidak boleh merasa malu.

Sebuah kesadaran yang terlambat.

Entah kenapa, beban rendah diri dan merasa diri  tidak berguna, menguap dari dadanya.

Mataharri dengan seringai usilnya membayang di mata Samira.

"Kata Pak Anwar kan Allah tidak akan memberi ujian di luar kemampuan hambaNya "

"Ya ampun, Ri. Itu bukan kata Pak Anwar dong ! Ayat Quran itu "

"Nah, itu kamu tau"

Astaga.

Mata Samira berkabut. Tetes sejuk air bekas wudhu  membasahi wajah ayu nya.

Di sela suara mengaji yang mengalun dari mushala Rumah Samira, ada hati yang mulai melunak .

Menyerah kalah kembali kepada sejuk dan damainya menerima takdir Tuhan.

Berteman dan berkawan, ternyata masih semenyenangkan yang Samira ingat.

Seperti ketika berbelas tahun lalu, seorang gadis bertubuh pendek dengan rambut keriting bergoyang -goyang mengikutinya di sepanjang jam istirahat berlangsung, berbulan-bulan hingga masa SMU mereka berakhir.

Welcome, Radana Pertama Yazid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Welcome, Radana Pertama Yazid

TBC

Rumah Samira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang