_Happy Reading_Setelah lumayan lama berkeliling dan mengingat dimana kelasnya, akhirnya Adhe menemukan kelas dengan tulisan 'XI MIPA 4'.
"Kayaknya bener deh ini kelasnya." Ucapnya dan masuk kedalam.
Kelas yang tadinya ribut karena guru yang belum datang kini menjadi hening setelah Adhe masuk.
"Wah ada bidadari nyasar guys."
"Namanya siapa cantik."
"Bagi no wa nya dong."
"Tinggal dimana neng."
Dan banyak lagi pertanyaan dari para lelaki dikelas itu. Adhe yang tidak ingin ambil pusing pun langsung berjalan menuju bangku belakang dekat jendela.
"Ehem, lo murid baru yah? Nama lo siapa?" Kembali mendapat pertanyaan dari seorang gadis yang duduk didepan bangkunya.
"Adhe." Singkatnya dan menenggelamkan kepala dilipatan tangannya.
"Maksud lo Adhelia Syifani Alexander?" Tanya gadis itu kembali.
"Iyaa." Adhe menjawab dengan malas.
"Whatt?, sejak kapan lo ubah penampilan. Adhe yang gue tau selalu pakai tepung ehk maksud gue make up kesekolah." Hebohnya -Aurelia Devanny Anderson- melihat perubahan pada Adhe
"Setiap orang pasti berubah kan?" Mengangkat kepala dan menatap gadis didepannya.
"Bagus deh kalau gitu, bosen juga liat muka lo menor mulu. Gue harap lo juga ubah sifat buruk lo itu dan berhenti ngejar si Rafael."
"Rafael siapa?"
"Lo nggak ingat Rafael? Ketos yang selalu lo tempelin kemana-mana." Heran Aurel melihat kebingungan Adhe.
"Nggak."
"Jangan bilang lo juga lupa sama gue. Coba bilang nama gue siapa?"
"Emang kamu siapa yang harus ku ingat? Lagian nama kamu tertera jelas diseragammu."
"Lo beneran lupa sama gue! Dan apa tadi aku-kamu? Bukan lo banget."
"Terus aku harus ngomong kayak gimana?"
"Huh... Udahlah lupain aja. Kayaknya kita harus kenalan lagi dari awal. Baiklah kenalin nama gue Aurelia Devanny Anderson, lo bisa manggil gue Aurel atau Lia senyaman lo aja. Oh iya satu lagi, gue itu temen lo walau nggak deket banget sih soalnya lo jarang mau diajak ngomong, lo terlalu fokus buat ngejar si ketos itu." Jelas Aurel panjang lebar.
"Kamu udah tau nama aku kan. Jadi aku nggak usah nyebut nama aku lagi." Ucap Adhe.
"Gue rasa lo juga harus ngubah cara ngomong lo, jangan aku-kamu tapi lo-gue." Terang Aurel.
"Aku nggak bisa." Dikehidupan sebelumnya Adhe -atau lebih tepatnya Violetta- terbiasa menggunakan kata aku-kamu atau bahasa formal.
"Lo pasti bisa, coba aja nanti juga kebiasaan."
"Baiklah ak- gue coba."
"Nah gitu dong."
Pembicara mereka berakhir dengan masuknya seorang guru dan memulai pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung banyak murid menatap malas ke papan tulis yang menampilkan rumus-rumus yang sulit dimengerti, sesekali menguap bahkan ada yang sudah menyelam ke alam mimpi.
"Nah sekarang, ada yang ingin coba mengerjakan soal dipapan?" Suasana kelas berubah tegang saat sang guru melontarkan kalimat tersebut.
'Katanya anak ipa tapi soal seperti ini saja mereka nggak tau.' batin Adhe melihat semua murid dikelasnya terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metempsikosis
Teen FictionMetempsikosis adalah istilah bagi ajaran yang mengatakan bahwa jiwa manusia dapat berpindah-pindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain setelah meninggal. Dalam dunia nyata, pertukaran tubuh belum pernah terjadi. Tapi, bagaimana kalau pertukaran tubuh...