Part 10

42 7 0
                                    

_Happy Reading_

"Lo pikir gue takut dengan ancaman kecil lo itu."

"LO! Adhe sialan, lo pikir gue juga takut sama lo." Angel mengangkat tangannya hendak menampar Adhe.

Dengan cekatan Adhe menahan tangan Angel dan meremasnya kuat, "emang udah seharusnya lo takut sama gue." Adhe mendatarkan wajahnya dan mengeratkan genggamannya.

"Ashh lepasin anjing." Ringis Angel berusaha melepaskan genggaman Adhe pada tangannya.

"Sekali tangan kotor lo ini nyentuh muka gue, nggak bakal segan-segan gue patahin tangan lo atau mungkin harus gue hancurin." Seringai Adhe terlihat menyeramkan bagi Angel membuatnya tanpa sadar bergetar takut. Adhe semakin menggenggam kuat tangan Angel sebelum menghempaskan.

Merasa sudah cukup mengancam mereka Adhe melangkahkan kakinya keluar dari toilet meninggalkan mereka yang diam mematung.

"Cihh, lihat siapa sekarang yang takut." Adhe berjalan menuju kelas karena sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.

****

Disebuah kamar terdapat seorang remaja laki-laki yang tengah duduk dimeja belajarnya dengan tangan yang memegang sebuah foto yang terlihat dua pasang anak kecil yang tengah membuat istana pasir bersama dengan wajah penuh tawa.

"Lo benar-benar udah berubah yah, dan makin sulit buat gue ngegapai lo." Remaja itu menghela nafas pelan, menutup matanya dan menaruh foto itu ke meja.

"Lia.. gue kangen lo yang dulu, maaf sempat ninggalin lo sendiri tapi gue gak punya pilihan." Membuka matanya menatap langit-langit kamar sembari mengingat masa kecilnya.

Flashback

Terlihat seorang anak yang berumur sekitar lima tahunan tengah menangis seorang diri ditaman rumah sakit.

"Hiks.. kenapa bunda pergi, kenapa bunda ninggalin Zayn disini." Isaknya dengan tangan kecil yang mengusap pipi gembulnya. Yahh, anak laki-laki itu adalah Zayn.

"Zayn mau ikut bunda hiks, Zayn gak mau sama ayah, ayah jahat bunda hiks."

Saat sedang asik dengan tangisannya tiba-tiba saja seorang gadis kecil seumurannya datang berdiri didepannya.

"Hey, kenapa kamu nangis?" Tanya gadis kecil itu sambil memajukan wajahnya ke arah Zayn.

Melihat itu Zayn segera menjauhkan wajahnya dan menatap diam gadis kecil didepannya masih dengan isakan kecilnya.

"Kata mommy anak laki-laki harus kuat, gak boleh cengeng." Gadis itu kembali berucap ketika tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya.

"Zayn gak cengeng." Balasnya pelan, tangisnya sudah berhenti menyisakan mata yang sembab dan hidung yang memerah.

"Masa sih, kalo kamu gak cengeng kenapa kamu nangis?"

"Bunda Zayn pergi dan nggak bakal balik lagi." Ucap Zayn dengan mata yang kembali berkaca.

"Emang bunda kamu kemana? Kenapa gak balik lagi?" Kepo gadis itu.

"Kata bi Ina bunda pergi ke surga jadi gak akan balik lagi, padahal Zayn juga mau ikut bunda tapi bunda udah pergi duluan." Air mata itu kembali menetes walau tanpa isakan.

"Gak papa, kamu pasti bisa ketemu bunda kamu lagi, jangan nangis. Nanti bunda kamu juga sedih kalo kamu nangis soalnya setiap aku nangis mommy juga sedih." Tangan kecil gadis itu terangkat guna menghapus air mata Zayn yang turun.

MetempsikosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang