_Happy Reading_Keesokan paginya, Adhe telah berdiri di depan sebuah kafe dengan memakai seragam SMA, sesuai janjinya ia akan menjelaskan semuanya kepada rekan timnya atau orang yang sudah dianggapnya kakak.
"Huft, bisa Vio ayo jangan gugup." Gumamnya pelan sebelum melangkahkan kaki memasuki kafe itu.
"Permisi, meja atas nama tuan Marcelino dimana yah mbak?" Tanya Adhe pada pelayan disana.
"Kalau boleh tau nama nona siapa yah?" Tanya balik si pelayan memastikan.
"Violetta"
"Baik, nona Violetta ayo ikut saya"
Setelah sampai disebuah ruangan yang diyakininya adalah private room yang dipesan temannya, pelayan tersebut telah pergi meninggalkan Adhe yang malah terdiam didepan pintu itu.
"Kenapa aku malah gugup gini sih?"
Setelah meredakan sedikit kegugupannya Adhe mulai membuka pintu ruangan tersebut, seketika semua pasang mata yang ada didalam menatap kearahnya.
"Jadi lo yang ngaku-ngaku sebagai Vio?" Tanya Kory membuka obrolan setelah tadi sempat hening karena kedatangannya.
"Bisa aku duduk dulu?" Tanya Adhe balik merasa capek berdiri lumayan lama.
"Oh iya sorry, silahkan duduk." Ucap Joy sambil menunjuk kursi yang kosong.
"Jadi?" Max mulai bertanya setelah melihat Adhe telah duduk.
"Baiklah, aku langsung ngomong poin nya aja. Jadi sebenarnya aku mengalami semacam perpindahan jiwa, mungkin agak sulit dipercaya tapi ini benar-benar terjadi." Jelas Adhe dan memperhatikan wajah rekan-rekannya yang nampak terkejut.
"Maksud lo metempsikosis?" Tanya Neon diangguki Adhe.
"Mustahil, nggak mungkin hal seperti itu bisa terjadi di dunia nyata, yang kayak gitu cuma ada di novel-novel." Sanggah Liam tak percaya.
"Jangan-jangan lo ngarang lagi, ngaku nggak lo." Sambung Kory.
"Tunggu aku nggak ngarang, dengerin dulu. Kalau kalian emang nggak percaya akan ku jelaskan semua dari awal dan apa saja yang ku tau tentang rahasia kalian." Setelah mengatakan itu Adhe mulai menjelaskan kejadian saat ia mendapat misi hingga akhirnya berakhir dalam tubuh yang sekarang ditempatinya.
"Wahh, jadi lo beneran Vio? Gue masih nggak percaya hal kayak gitu nyata, hebat banget." Seru Kory diikuti sahutan lainnya.
Sedangkan Max yang dari tadi hanya diam mendengarkan kini berdiri dan memeluk Adhe erat.
"Vio, kamu beneran masih hidup? Kakak merindukanmu." Bisik Max.
"Iya kak Max. Ohh dan satu lagi, jangan memanggilku Vio namaku sekarang Adhelia, jadi panggil aku Adhe."
"Siap nona Adhe." Balas mereka serempak dan tertawa setelahnya.
Setelah itu mereka berbincang lumayan lama membahas saat-saat mereka menjalankan misi bersama. Mereka juga membahas apa yang akan dilakukan Adhe setelah ini, apakah ia akan tetap pada organisasi itu sebagai Vee atau tetap menjalankan kehidupan normalnya sekarang. Yahh nggak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya, jadi ikuti saja arah arusnya mengalir.
*****
Keesokan harinya.
Saat ini Adhe tengah berada dikelasnya menatap guru yang menerangkan dengan tatapan bosan, kemudian menenggelamkan kepalanya dilipat tangan saat merasa ngantuk menyerang. 'Sangat membosankan' pikirnya.
"Adhe." Panggil sang guru melihat salah satu muridnya tidak memperhatikan
"Adhelia." Panggilnya lagi lebih keras.
"Adhee, lo dipanggil bu Reta tuh." Bisik Aurel berusaha membangunkan Adhe.
Brak
"ADHELIA SYIFANI ALEXANDER." Teriak sang guru setelah menggebrak meja Adhe.
"Hmm, kenapa bu?" Adhe bertanya dengan entengnya seraya menguap.
"Kamu masih tanya kenapa? Beraninya kamu tidur dikelas saya, KELUAR." Marah bu Reta sambil menunjuk pintu menyuruh Adhe keluar dari kelas.
"Baik" Jawab Adhe singkat dan melangkahkan kakinya keluar kelas.
Adhe berjalan menelusuri koridor, tujuannya sekarang adalah rooftop sekolah. Sesampainya disana Adhe berdiri didepan pagar pembatas memandangi siswa yang sedang olahraga dibawah sana sambil menikmati angin yang mengenai wajahnya.
"Tumben lo bolos kesini." Ucap seseorang mengagetkannya.
Adhe membalik badannya dan berusaha menampilkan raut biasa.
"Hubungannya sama lo?" Tanya Adhe datar sambil menaikkan satu alisnya.
"Ternyata rumor itu benar yah." Lelaki itu berucap dengan pelan.
'rumor apa yang dia maksud?' batin Adhe bertanya mendengar ucapan lelaki itu.
"Lo berubah Dhe, gue nggak tau itu pertanda baik atau sebaliknya atau mungkin juga lo ngelakuin ini buat narik simpati Rafael?"
"Rafael?" Adhe mengernyitkan dahinya mendengar nama yang pernah ia dengan dari temannya.
"Nggak mungkinkan lo lupa sama dia." Lelaki itu merasa bingung saat Adhe terdengar tidak mengenali orang yang selama ini dikejarnya.
"Gue cuma pernah denger sekali dari Aurel." Acuh Adhe dan kembali menatap orang-orang dibawah sama
Lelaki yang berbicara dengan Adhe tadi terdiam beberapa saat sebelum melangkahkan kakinya mendekati Adhe.
"Gue Zayn." Yup, orang yang bersama Adhe sekarang adalah Zayn Ulrich Miller orang yang ditabrak Adhe atau lebih tepatnya Vio saat pertama kali datang ke sekolah ini.
"Ohh." Respon Adhe singkat.
'Aneh, dia seperti bukan Adhe.' batin Zayn.
*****
Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu sekolah sudah tampak sepi tapi Adhe masih terlihat berada di koridor, entah apa yang sedang dilakukannya. Saat kakinya akan melangkah menuju gerbang tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh seseorang, Adhe berbalik dan mendapati 3 orang siswi dengan tampilan yang cukup membuatnya merinding.
"Ohh jadi ini yang sedang dibicarain mereka." Ucap salah satu dari siswi itu.
"Penampilannya sih berubah tapikan kita nggak tau dalamnya kayak gimana, siapa tau cuma buat narik perhatiannya Rafael." Timpal temannya yang lain.
"Heh Adhe! Mending lo jauh-jauh deh dari Rafael, nggak malu lo ditolak mulu. Lagian yah Rafael itu udah punya Elena jadi lo jangan coba-coba buat gangguin mereka, dan maksud lo apa tadi berduaan dengan Zayn di rooftop hah!" Bentak siswi itu yang diyakini adalah ketua dari mereka.
Adhe hanya memandang datar mereka tanpa ada raut takut diwajahnya.
"Udah? Kalian membuang-buang waktuku." Adhe mengabaikan mereka dan melangkah menjauh menuju tujuan awalnya, gerbang sekolah.
"Mau kemana lo? Urusan kita belum selesai Adhe! ADHEE." Teriaknya murka.
Adhe tetap mengabaikan teriakan itu dan terus berjalan. Sesampainya di gerbang dia melihat mobil sang kakak yang memang ingin menjemputnya.
"Kenapa lama?" Tanya Xavier saat Adhe sudah masuk ke mobil.
"Sorry kak, ada urusan sebentar tadi." Jawabnya.
"Owhh, Nggak ada masalah kan?"
"Nggak."
*****
Sorry for typo🙏
Thanks for reading🥰
Sampai jumpa di part berikutnya👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Metempsikosis
JugendliteraturMetempsikosis adalah istilah bagi ajaran yang mengatakan bahwa jiwa manusia dapat berpindah-pindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain setelah meninggal. Dalam dunia nyata, pertukaran tubuh belum pernah terjadi. Tapi, bagaimana kalau pertukaran tubuh...