3 tahun yang lalu..
Rana baru saja selesai membayar makanannya dan beranjak meninggalkan warung makan di pinggiran jalan. Melihat arloji di tangannya, ternyata waktu istirahatnya masih tersisa setengah jam lagi, membuatnya tidak terlalu terburu-buru untuk sampai ke kantor. Bersamaan dengan itu, Rana yang hendak masuk ke dalam mobilnya melihat seorang ibu-ibu penjual gorengan di seberang jalan dengan dagangannya yang terlihat masih banyak, membuat Rana berinisiatif untuk membelinya dan membagikannya dengan sesama teman magangnya ataupun para senior yang ada di kantor.
Ibu penjual gorengan itu tersenyum pada Rana saat ia mendekati sang ibu.
"Mau beli gorengannya mba?"
Rana balas tersenyum mengangguk "Iya bu, kalau saya borong habis berapa ya bu?"
Ibu penjual gorengan itu sempat terkejut mendengar penuturan Rana, dan memastikannya. "Mba serius?"
Rana kembali mengangguk, sang ibu penjual gorengan itu memandang Rana lamat, senyum sumringah tercetak dari wajahnya yang mungkin masih berumur sekitar tiga puluh limaan tahun, ibu itu kemudian beralih pada gorengannya dan mulai menghitungnya. "Kalau semuanya jadi seratus ribu mba"
"Ya sudah bungkusin semua ya bu"
Dengan semangat ibu itu mengemas gorengannya, memasukkannya ke dalam kantung kresek. Ibu itu bersyukur dan berujar terimakasih berulang kali pada Rana, dan sempat bercerita sedikit tentang dirinya yang beberapa hari ini dagangannya selalu sepi hingga membuat keluarganya berhutang hanya untuk sekedar makan.
Rana sempat terharu melihat itu, kemudian tersenyum mengangguk mengiyakan lantas berpamitan. Saat menerima sodoran kantong kresek, ia menyempatkan diri berkirim pesan dengan teman magangnya terlebih dahulu, mengabari bahwa ia membelikannya camilan.
Rana berdiri di pinggir trotoar dekat jalan hendak menyebrang, fokusnya yang terbagi pada ponsel membuatnya tidak menyadari ada sebuah mobil berkecepatan tinggi yang hendak menyalip membanting stir menuju ke arahnya, hingga Rana sadar ketika mendengar suara teriakan.
"Mba awaaas!"
Braakk~
Kejadiannya begitu cepat. Sebuah tarikan dan dorongan membuat Rana jatuh terduduk di pinggiran jalan dengan tubuh mematung, ia melihat ibu penjual gorengan yang baru saja di belinya tergeletak dengan banyak darah di jalanan. Dengan tubuh gemetar bukan main, Rana segera berdiri dari tempatnya menghampiri sang ibu itu yang sudah di kerumuni banyak orang.
"Ibu, ibu bertahan ya. To-long. Tolong bawa ke mobil saya!"
Setelah itu beberapa bapak-bapak membopong ibu itu masuk ke dalam mobilnya, dan juga meminta pada supir yang telah menabrak sang ibu untuk menyupirkan mobil Rana, menghantarkan nya ke rumah sakit.
Di kursi penumpang dalam mobilnya, ibu itu Rana rebahkan tubuhnya dengan kepala berada pada pangkuannya.
"M-mba" panggilan lirih itu berhasil membuat Rana yang semula memperhatikan jalanan depan dengan panik, menunduk.
"Iya ibu. Ibu bertahan ya. Tetap jaga kesadaran ibu"
"Ib-ibu bo-boleh minta tolong"
"Boleh. Ibu boleh minta tolong apapun sama Rana, selama Rana bisa. Ibu mau apa?" Rana mengusap kepala ibu itu dengan khawatir.
"Ib-ibu ti-tip ke-kedua anak ibu ya mba Rana. Na-namanya b-bagas dan p-putri" ucap ibu itu dengan terbata-bata.
Usapan Rana terhenti sejenak, kemudian ia mengangguk. "I ya, ibu tenang saja. Rana pasti akan menjaga Bagas dan Putri, yang terpenting ibu bertahan yaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Girl [END]✓
RomansMemutuskan pergi dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur ayahnya membuat Ranaya Arabella Raharja (24 th) kalang kabut. Terbiasa hidup bergelimangan harta orang tua, Rana mendadak kaget dengan situasi yang terjadi, sang ayah mencabut seluruh...