"Hai" Sebuah sapaan yang dilontarkan pertama kali oleh seorang lelaki menyambut Rana yang baru saja datang. Rana terdiam mengamati senyum lelaki dihadapannya itu, dan menutup mulutnya kaget kala berhasil mengingat.
"Dafa, jangan bilang kamu?"
Lelaki bernama Dafa itu tersenyum mengangguk, "Mendingan kita duduk dulu" ajak Dafa menuntun Rana untuk duduk di tempat yang telah dipesannya sejak tadi.
"Kamu apa kabar?" tanya Rana membuka percakapan, meletakkan ponselnya di atas meja, karena ia tidak membawa tasnya.
"Seperti yang kamu lihat"
Rana tersenyum sumringah, "Sudah lama ya kita tidak bertemu"
"Ya kamu benar. Sepertinya acara perpisahan di sekolah menjadi pertemuan terakhir kita" jawab Dafa. Merekapun kembali bernostalgia.
"Jadi kamu yang dijodohkan ayah dengan ku?"
"Menurut kamu?"
Rana menggeleng ragu-ragu, "Kok bisa?"
"Ayah kamu dan papa ku itu sudah berteman sejak lama. Bahkan sebelum kita dekat saat menjadi teman sekelas selama di SMA"
Dahi Rana mengernyit, baru mengetahui sebuah fakta itu. "Selama itu?"
"Hm, iya selama itu. Lebih lama dari itu malah, mereka berteman sejak masuk di bangku kuliah. Itu kata papaku"
Rana mengangguk mengerti sekarang.
"Oh iya, keasyikan mengobrol dan bernostalgia jadi lupa pesan. Kamu mau pesen apa, biar aku pesankan"
Rana tersenyum, "Apapun yang mengenyangkan. Lagipula menu-menu disini terkenal enak"
Rana mengamati Dafa yang memanggil pelayan dan memesan menu yang sama, dan minuman yang berbeda.
"Aku minumnya Lemon tea aja" ucap Rana.
"Oke, berarti Stuffed chicken breast nya dua, Lemon ea nya satu dan Americano nya satu"
"Kamu masih siang sudah minum kopi"
Lelaki dihadapan Rana mengalihkan padangannya setelah pelayan sudah pergi dan tersenyum. "Ya untuk mengantisipasi mengantuk di siang hari, Ran. Setelah ini kan aku balik lagi ke kantor papa"
"Oh jadi kamu kerja di kantor papa kamu?"
Dafa mengangguk. "Iya, tetapi masih di bagian staff manager. Papa mau aku mulai semuanya dari bawah dulu, hingga nanti menempati posisi papa mnggakntikannya. Oh iya kabar hubungan kamu dan Anna bagaimana sekarang?"
"Hubungan kami masih baik-baik saja, dan pasti kamu akan terkejut saat aku bilang dia sudah menikah sekarang."
"Wah, sudah kuduga bahwa dia yang akan menikah lebih dulu diantara kalian"
Rana mencebikkan bibirnya, "Kamu tidak terkejut? Dan apa maksudmu itu?"
Dafa menggeleng, "Tidak. Hanya saja aku sempat berpikir, kamu tahu kan pribahasa diam-diam menghanyutkan, jadi itu maksudku. Kamu pasti pahamlah" sahut Dafa.
"Aku juga pendiam, baik hati, dan tidak sombong lagi" aku Rana membranding dirinya sendiri yang mengundang Dafa untuk tertawa. Rana mau tidak mau ikut tertawa.
Disudut kafe, tanpa sepengetahuan Rana. Seorang lelaki menatap tajam pada dua orang yang duduk berdua berhadapan dekat jendela, tertawa bersama. Sejak lelaki itu menginjakkan kakinya di kafe, bahkan setelah menyelesaikan rapatnya, mata lelaki itu sering kali mencuri-curi pandang kesana.
"Kamu?" terdengar kembali surara laki-laki yang sejak tadi dia amati sedang menunjuk Rana.
Melihat Rana yang tertawa bersama laki-laki itu, membuat lelaki yang sejak tadi hanya diam melihat pemandangan itu, panas sendiri, tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Girl [END]✓
RomansaMemutuskan pergi dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur ayahnya membuat Ranaya Arabella Raharja (24 th) kalang kabut. Terbiasa hidup bergelimangan harta orang tua, Rana mendadak kaget dengan situasi yang terjadi, sang ayah mencabut seluruh...