5│Part 5

52.2K 4.2K 30
                                    

Mata Aiden menyipit melihat deretan angka di berkas yang ada ditangannya, kemudian memanggil sekretarisnya. Dulu dirinya yang berada dalam posisi itu, kini orang lain sudah menggantikannya. Dewi— sekretaris itu masuk ke dalam ruangannya dan bertanya dengan sopan.

"Panggil orang yang bertanggung jawab membuat laporan ini?"

"Rana pak" jawab Dewi kalem.

"Lagi?" Alis Aiden terangkat, ia memijit keningnya melihat Dewi yang memberikan respon anggukan.

"Iya pak"

"Sudah dua kali dalam bulan ini dia menghadap saya, tidak bosan-bosannya dia membuat kesahalan. Panggil Rana kemari"

Dewi mengangguk dan permisi pamit, "Baik pak"

Rana, mendengar nama itu, dirinya menjadi teringat pada kejadian kemarin dimana gadis itu pamit hanya dengan meninggalkan secarik kertas.

Terlintas di benaknya tentang dimana gadis itu menginap semalam setelah berkata padanya tidak memiliki uang sangat mengganggu pemikirannya. Ia teringat bahwa Rana merupakan sahabat Anna, jadi sudah pasti menginap di rumah wanita itu ataupun malah sudah kembali ke rumahnya. Eh, kenapa dirinya malah memikirkan karyawan yang selalu membuat kesalahan itu.

Tak lama Dewi kembali masuk ke ruangannya dan meminta maaf, "Pak, rekan satu divisinya mengatakan bahwa Rana tidak masuk hari ini, juga katanya sudah sejak pagi tadi mereka mencoba menghubungi Rana, tetapi ponselnya tidak aktif"

Aiden terdiam sebentar mendengar penuturan Dewi dan setelah itu mempersilahkan Dewi keluar dari ruangannya. Sepeninggal sekretaris itu, ada rasa khawatir yang menyelinap dalam benak Aiden, walau bagaimanapun dirinyalah orang terakhir yang bertemu dengan Rana sebelum gadis itu tidak ada kabar seperti saat ini.

Sebentar lagi jam istrihat makan siang. Aiden berencana pergi ke rumah Alarik membicarakan MoU perusahaan mereka dengan perusahaan Spanyol dan juga ingin memastikan hal lain.

***

Di lain tempat, Rana yang berada di rumah sakit sedang berbincang serius dengan Bagas, setelah ia berdebat sedemikian rupa menyuruh anak laki-laki itu sekolah, Bagas tetap kekeuh mengatakan tidak mau. Akhirnya Rana mengalah, ia malah jadi menitipkan Putri pada Bagas, untuk menjaganya. Sementara dirinya akan ke bagian administrasi rumah sakit membayar tagihan biaya rawat inap dan obat untuk Putri. Setelah di diagnosa terkena demam berdarah, Putri dianjurkan untuk rawat inap kurang lebih tiga hari sembari melihat perkembangan anak kecil itu, yang masih berumur 6 tahun.

Rana membaca form dengan seksama yang berisi keterangan biaya yang dibutuhkan. Rana menghela nafas, dalam hidupnya baru kali ini rasanya ia akan menangis hanya karena masalah uang. Terbiasa hidup berkecukupan dan tidak pernah merasa kurang, ini pertama kalinya ia akan mengorbankan sesuatu yang berharga. Rana kembali menyerahkan form itu kepada suster yang berada di bagian administrasi.

"Sus, nanti siang saya akan kembali lagi kesini untuk membayar tagihannya tidak apa-apa kan?"

Suster tersebut sempat terdiam sebentar mengamati Rana, kemudian mengangguk. "Iya mbak, tapi jangan lama-lama ya"

Rana meringis mengangguk, ia tahu bahwa suster tersebut sedang menghafal wajahnya. Tidak ingin berlama-lama, ia segera meninggalkan rumah sakit.

__

Rana berterimakasih kepada orang yang ada di hadapannya, ia baru saja selesai menjual ponsel tiga boba yang berlogo apel tergigit dibelakangnya, Rana sempat protes karena ponselnya dibeli jauh dari harga pertama kali dirinya membeli, mendengar alasannya membuatnya harus menggigit jari yang memang tidak dapat ia pungkiri bahwa layarnya sedikit retak dan juga ia tidak membawa kotaknya yang membuktikan keasliannya.

My Fated Girl [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang