Suhu udara di ruang tamu mendadak dingin, Rana hanya diam berdiri saat memandang kakak beradik yang sedang duduk beradu pandang, belum ada yang memulai pembicaraan lagi setelah Aiden menjelaskan awal mula Rana tinggal di apartmen.
"Hanya sebatas atasan dan bawahan sampai memberikan tumpangan tempat tinggal?" tanya Jani.
Aiden menggeleng, "Dia juga pacar Mas"
Tubuh Rana menegang bersamaan suara Aiden yang terkesan datar saat mengenalkannya menambah ketegangan. Apalagi saat ini Rana langsung diberi tatapan menilai dari adik lelaki itu.
"Beneran mas? Mas Aiden nggak lagi berbohong kan?" tanya Jani penuh selidik.
"Menurut kamu?"
"Tapi kemarin—" Dapat dilihat oleh Rana, bibir adik lelaki itu terbuka ingin mengatakan sesuatu tetapi kembali terkatup.
"Emm—aku permisi dulu ya, ambil minum" potong Rana yang ingin berusaha mencairkan suasana. Aiden menoleh dan mengangguk. Mendapat persetujuan, ia melangkah menuju dapur berniat mengambilkan minum, bagaimanapun adik Aiden merupakan tamu, dan ia wajib menjamunya.
"--Tinggal bersama? Itu bukan hal yang bisa dibenarkan mas. Kalau ibu sampai tahu, Mas Aiden bisa langsung dinikahkan, atau yang paling seram, mas malah bisa di rajam sama ibu"
"Mas tidak berbuat macam-macam, dek. Lagipula mas kan sudah bilang alasan awalnya"
"Yaa kan bisa saja. Jani sih percaya saja sama mas, tapi Jani nggak percaya sama setan berkeliaran yang pintar menggoda, mas"
Rana yang mendengar percakapan itu dari arah dapur, memantapkan diri mendekati kedua kakak beradik yang sedang mengobrol itu menghantarkan air dingin.
"Mbak. Mbak Rana beneran pacar Mas Aiden?"
Rana yang mendapat pertanyaan itu, menoleh pada Aiden yang memberikan tatapan terkesan dingin dan datar. Padahal ia ingin mengkode harus menjawab apa. Tetapi melihat Aiden yang seperti itu, Rana meneguk ludahnya sendiri sembari memegang nampan berisi minuman, memilih tersenyum mengangguk kaku. Sedangkan Anjani meresponnya dengan senyum sumringah.
"Wah, berarti sebentar lagi aku bakal punya kakak perempuan secara official dong"
Setelah itu, suasana menjadi mencair. Beberapa kali Anjani memberi pertanyaan untuk mengakrabkan diri. Rana tidak menyangka bahwa ia akan di terima, ia kira akan ada adegan dimana dirinya mendapat makian habis-habisan. Tapi ternyata Rana malah langsung bisa akrab dengan adik Aiden, sangat berbeda sekali dengan sang kakak mengingat Aiden merupakan sosok yang kaku.
"Kamu sudah makan?" tanya Rana disambut gelengan oleh Anjani.
Rana tersenyum, dan mengajak Anjani untuk makan malam bersama. Bahkan melupakan Aiden yang masih duduk di sofa.
Mereka menyantap makanan yang Rana buat, obrolan Anjani dan Rana masih saja berlanjut seolah bertemu teman lama. Aiden yang menyuapkan nasi kedalam mulutnya hanya menyimak percakapan keduanya. Tidak ada dalam bayangannya malam ini akan terjadi, pertemuan Rana dengan adiknya. Apalagi kedekatan keduanya yang dengan mudahnya terjalin.
"Mas"
Panggilan itu, mengalihkan fokus Aiden. Ia mendongak memberikan tatapan ada apa.
"Malam ini aku nginap disini ya?"
Pandangan Aiden dan Rana bertemu, seolah sedang meminta persetujuan. Rana mengangguk mengiyakan.
"Boleh. Tapi kamar disini hanya dua. Satu kamar mas, dan kamu tahu kan satunya di pakai--"
Senyum Anjani mengembang, kemudian mengangguk. "Nggak apa-apa. Lagian Jani juga ingin mengenal lebih dekat calon kakak ipar--"
Uhukk~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fated Girl [END]✓
RomansaMemutuskan pergi dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur ayahnya membuat Ranaya Arabella Raharja (24 th) kalang kabut. Terbiasa hidup bergelimangan harta orang tua, Rana mendadak kaget dengan situasi yang terjadi, sang ayah mencabut seluruh...